"Shil, lo bakalan ngambil SMA mana?" Tanyaku kepada Ashila, chairmate-ku.
Sambil menunjuk diri sendiri, Ashila berkata, "Gue? Ooh, gue kayaknya bakalan ngambil SMA 11 atau ngga gue bakalan ngambil Garuda SHS. Lo?"
"Gue sih bakalan ngambil O'Coz (okoz) SHS atau Heberd SHS." Jawabku lesu karena akan berpisah dengan chairmate- kesayanganku itu.
"Hah? Lo mau masuk SMA terkeren sepanjang masa itu? Sumpahlah ya Ra, lo keren banget! Secara kan nih ya, O'Coz itu tempatnya Aldrin sekolah dan Heberd itu tempatnya Chloe and the geng sekolah." Ujarnya menggebu-gebu selagi meyebutkan 2 nama yang familiar di telingaku ini.
"Alah Shil, apaan sih untungnya satu sekolah sama orang kaya mereka? Rugi iya." Protesku dengan mengacak-acak rambut frustasi.
"Rachel, kita itu udah UN. Masa lo belum tau mau ngambil SMA mana? Hell to the lo~ Masa-masa SMP itu tinggal sebulan lagi. Lagipula, tes masuk Heberd sama tes masuk O'Coz udah buka loh dari dua hari yang lalu." Terangnya selagi melipatkan kedua tangannya seolah-olah dirinya itu adalah guru.
"Iyaaa Shilaaaa, gue tau juga kok. Gue bakalan masuk O'Coz deh. Kan kak Tyrex masuk situ, jadi gue ada temen deh." Kataku mulai sedikit ceria.
"Walaupun sebenernya gue kesel, tapi gapapa deh. Kita seneng-senengan aja dulu."
"Starbucks?"
"Sip."
•••••
"Selamat kepada Rachell Gravian, anda mendapatkan nilai tertinggi se-angkatan 2016."
Mendengar teriakan itu. Aku yang awalnya sedang makan siomay langsung berdiri.
Karena heran, aku mulai bertanya kepada orang sekitarku.
"Jess, ngapain sih gue dipanggil?" Tanyaku kepada Jessian.
"Lo itu dapet juara sa-" Perkataan Jessian terputus karena siaran ulang dari orang tadi.
"Sekali lagi, Untuk Rachell Gravian diharapkan untuk naik keatas panggung dan mengambil thropy nya."
"Tuh dengerin makanya, jangan asik makan siomay ajaa." Gerutu Jessian.
"Selow Jess, ntar gue bilang ke kelas lo kalo nama lo itu bukan Jessian, tapi Jazzy." Usilku.
"Hush! Jangan buka aib dong." Katanya. "Eskrim deh seember."
"Gamau."
"Eskrim seember + Coklat sekardus + Voucher starbucks sebulan?!?" Tawarnya.
"Sip."
"Yauda, sana lo pergi." Usirnya dengan kasar.
"Yauda sii."
"Bodo."
"Pinter."
"Rachell! Kamu ini kemana aja sih? Pak Bowo itu udah manggil kamu berkali-kali dari tadi. Kamu malah asik cekikikan sama Jessian." Omel Bu Bintang, guru kimia ku.
"Oh maaf bu."
"Yasudah, kamu naik gih ke panggung."
"Iya bu."
Dengan polosnya, eh, maap, dengan sok polosnya aku berjalan menaiki panggung.
"Bapak, maafin Rachell terlambat naik ya pak. Tadi Rachell lagi makan siomay pak." Ujarku dengan (sok) polos-nya.
"HAHAHA" Sorak penonton dibawah panggung menertawakan kekonyolan diriku.
"Ckck, yasudah. Applause to Rachell Gravian!!!." Teriak pak Bowo yang membuat telingaku tuli sebelum waktunya.
"Prok prok prok."
"Selamat Rachell, pertahankan prestasimu."
"Iya pak."
"Rachell, berkat nilai memuaskan kamu. Kamu mendapat beasiswa ke Heberd dan O'Coz. Jika kamu berminat, kamu hanya perlu membawa surat-surat dan sertifikat ini." Kata pak Bowo tiba-tiba sambil memberikanku sebuah map berwarna putih ketika aku sudah turun ke bawah panggung.
"Wah, terima kasih pak. Saya akan memikirkannya terlebih dahulu."
"Ya, sama-sama."
•••••
"Jadi, kamu pilih yang mana nak?" Tanya mommy setelah aku menjelaskan tentang beasiswa yang ku dapatkan.
"Acel pilih O'Coz gimana mom?" Tanyaku balik.
Acel. Nama yang biasa aku sebutkan saat aku masih kecil. Biasalah, cadel.
"Mommy hanya menuruti saja. Toh, yang akan menjalani kan bukan mommy. Yang menjalani kan Rachell. Jadi, keputusan berada di tangan Rachell. Bener kan Ram?" Jelas Mommy selagi menyebutkan nama Daddy ganteng-ku.
"Iya Cel, mommy kamu bener. Keputusan itu berada ditangan kamu. Kami sebagai orang tua hanya mengikuti dan mendukung kamu saja." Dukung Dad.
"Mom, Dad, menurut kalian, Acel pantes ga, masuk O'Coz? Secara kan, O'Coz banyak anak O'Xian (osyan). And, biasanya anak-anak O'Xian yang lulus masuk O'Coz itu songong Mom, Dad." Aduku kepada dua orang yang sangaaaaaat kusayangi ini.
"Gapapa kok Cel. Mom sama Dad juga kaya gitu dulu. Dulu Mom masuk England International SHS juga kaya gitu. Kan kebanyakan yang masuk EI SHS itu anak EI JHS. Lebih parah malahan, satu yayasan." Terang Mom.
"Hahaha, iya Cel. Dulu tuh ya, mom itu sendirian ajaaa, ga ada temen. Menyendiri gitu looh." Mulai Dad.
"Rama Gravian! Jangan buka aib aku depan anak sendiri dong!" Dengus Mom.
"Abianca Gravian! Emang apa salahnya sih? Biar Rachell tau story kita dulu. Toh, dia kan anak kita." Balas Dad innocent.
"Nih ya Cel, Dad kasih tau sama kamu. Mom itu dulu naksir sam-"
"RAMAAAAAAAAAAAAAAAA."
•••••
Please leave vote and comment.
Thanks Before,
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Never End (SLOW UPDATE)
Teen Fiction"Kamu, kamu percaya ga sama yang namanya cinta?" "Aku? Yap, aku percaya." "Kenapa? Tumben, biasanya kan laki-laki pada ga percaya." "Karena aku bukan 'biasanya' aku adalah aku. Aku yang akan memberikan warna di kehidupanmu." Copyright © Januari 2016...