Rio masuk ke kamar neneknya setelah ia kembali dari kamar Alvin. Dari ruangan ini semuanya harus diluruskan. Awal dari semua ini, ada di ruangan ini. Rio mendekati tempat tidur neneknya, di mana Nadia tengah berbaring di sana. Rio tahu neneknya masih terjaga. Tanpa ijin, Rio naik dan menyelinap ke dalam selimut yang dipakai neneknya. Dia berbaring di samping Nadia dan memeluknya.
"Oma ... ini Rio," kata Rio. Rio merasakan dada neneknya bergetar menahan tangis.
"Ini benar-benar Rio. Bukan orang lain. Rio kembali." Rio bisa merasakan neneknya mengubah posisi tidurnya dan membalas pelukan Rio.
Rio tersenyum. "Rio sayang Oma seperti Rio sayang Mama dan Papa." Rio menyibak selimutnya dan bangun.
"Om Hadi dan Tante Siska memaafkan Rio atas kebakaran di kediaman Litae. Mereka juga sudah memaafkan Oma tentang ... tentang Kak Goldi," kata Rio. Nadia bangun dan menatap Rio.
"Kamu tahu?"
"Ya, mereka juga meminta maaf atas kebakaran di pasar malam itu." Nadia terdiam. Ia tahu kematian anaknya bukan karena Litae, tapi karena dirinya sendiri. Seandainya waktu itu ia memanggil bantuan, Hendra dan Renata masih bisa diselamatkan. Tapi keegoisannya membuat Nadia kalap dan meninggalkan anak beserta istrinya itu dalam kobaran api. Secara teknis, dialah yang membunuh orangtua Rio.
"Rio memaafkan semua yang Oma lakukan. Jadi ... Oma juga harus minta maaf ke keluarga Litae! Dan keluarga Fanes juga." Nadia menatap Rio.
"Zeus Group, serahkan ke Rio dan Alvin! Kami akan menjaganya dengan baik." Tanpa terasa air mata Nadia menetes. Cucunya sudah dewasa. Dia bukan lagi Rio yang tidak bisa mengendalikan traumanya. Dia bukan lagi Rio yang setiap saat bisa menjadi orang lain. Dengan senyum di wajahnya, Nadia mengangguk dan memeluk erat cucu kesayangannya itu.
#
Rio keluar dari mobilnya sambil mengamati mobil yang terparkir di sebelahnya. "Alvin? Ngapain dia di rumah Sivia?" Rio berjalan ke arah pintu dan memencet bel rumah. Menunggu seseorang membukakan pintu di depannya.
"Rio?" Alvin berdiri di depan Rio dengan ekspresi kaget. Mungkin tidak menyangka akan melihat Rio di depan kediaman Fanes.
"Lo ngapain?"
"Mau ketemu Sivia."
"Buat?"
"Ngajak nikah," jawab Rio asal, berhasil membuat Alvin membulatkan matanya.
"Kidding. Cuma mau ngobrol."
Alvin mempersilakan Rio masuk. Mereka duduk di ruang tamu. "Sivia lagi mandi. Lo tunggu aja di sini! Gue bikinin minum," kata Alvin sambil beranjak ke dapur.
"Vin!" Panggilan Rio mau tidak mau menghentikan langkah Alvin. Ia berbalik.
"Sejak kapan lo jadi senyaman ini di rumah Sivia?" tanya Rio. Alvin mengalihkan pandangannya dari Rio, menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Sepertinya banyak hal yang gue nggak tau tentang kalian? Gue yang kurang peka atau lo yang kelewat diem sih?"
"Banyak hal yang terjadi selama lo menghilang. Termasuk rencana pertunangan gue sama Ify. Banyak hal yang kami lewati dan kami korbankan," kata Alvin.
Rio terdiam. "Lo bener. Maaf."
Alvin tersenyum, "Nggak ada yang perlu dimaafkan."
"Rio?" Suara Sivia mengalihkan pandangan Alvin dan Rio. Mereka menatap Sivia yang berada di ujung tangga teratas. Alvin kembali melanjutkan langkahnya ke dapur, meninggalkan Rio dan Sivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velvet Love (Completed) -- Revised
Lãng mạnVersi revisi terbaru! Selembut dan sehangat beludru, itu cinta yang bisa aku berikan. Pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Rio, membuat hidup Ify berubah. Sifat Rio yang berbeda di setiap pertemuannya, mengarahkan Ify ke sebuah dunia baru yang...