Kaitan#1

11.9K 768 70
                                    

Rinjani masih mengaduk-aduk secangkir caramel macchiato dengan raut muka datar. Sesekali, helaan nafas pendek-terdengar berat-keluar dari celah bibir yang sedetik kemudian menyesap minuman manis di hadapannya.

"Keputusan ini diambil sesuai perintah Nyonya Besar, Jani," tukas seorang wanita yang membingkai matanya dengan kacamata berlensa bening, "dan kamu, tidak bisa menolak perintah itu seenak perutmu sendiri,"sambungnya cepat tanpa memberikan kesempatan kepada Rinjani untuk mengemukakan penolakannya.

"Tapi saya-"

"Kalau kamu mau protes, silahkan menghadap langsung ke Nyonya Besar. Menjelaskan sampai berbuih, pun, kepada saya, tidak ada gunanya."

Tak ada yang bisa Rinjani lakukan, selain menerima keputusan tersebut dengan pasrah. Meskipun hatinya diliputi rasa asing yang terus-terusan berupaya menyerang tanpa henti, ia tak punya pilihan lain selain menganggukkan kepala saat mata tajam Sofia masih bertahan mengawasinya. Seharusnya, Rinjani tak perlu secemas ini dalam menyikapi kenaikan jabatan yang ia peroleh secara mendadak. Toh, posisinya ke depan, adalah sebuah pencapaian tinggi dalam kariernya di dunia literasi-dimana posisi tersebut dinginkan oleh beberapa rekan kerjanya yang bernaung di bawah lebel penerbitan Mediable. Hanya saja, ada satu hal yang benar-benar tak ia mengerti. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya setelah hari kelam itu berlalu. Pertama kali ia merasa ketakutan setengah mati jika harus berdekatan dengan seseorang yang justru paling ingin ia hindari.

Bola mata Rinjani berputar, menuju satu titik objek dari balik jendela kaca berembun. Ia terjebak derasnya hujan sore ini di sebuah kadai kopi seorang diri. Rinjani memejamkan mata sejenak, sambil diam-diam menghirup aroma macchiato yang terasa legit. Kekacauan pikirannya, membawa kembali kepingan-kepingan kenangan yang berjalan lambat-seperti sebuah film dokumenter yang ditampilkan lewat layar proyektor.

Otaknya memerintah, membawa jari lentik Rinjani merogoh sesuatu dari dalam tas. Beberapa hari ini, benda tersebut selalu menemaninya ke mana pun ia melangkah. Padahal, sebelum ia ditarik dari kantor lamanya, tak sedikitpun konsentrasi Rinjani teralihkan pada cincin platinum bertahta berlian asli yang setahun ini teronggok di dalam kotak beludru yang ia sorokkan begitu saja di laci meja kamarnya.

Senyuman kecut menghiasi wajah ayu Rinjani. Tak mau berlama-lama bergelung bersama masa lalu, bergegas ia bangkit. Akan tetapi, sebelum kakinya melangkah keluar, benda logam yang pernah melingkar manis di salah satu jarinya itu jatuh menghantam lantai dan mengeluarkan bunyi kling bertubi-tubi. Refleks, Rinjani berjongkok sembari kakinya bergeser senti demi senti untuk menghentikan laju gerakan cincin yang bergulir semakin jauh dari posisinya saat ini. Tangan kanan Rinjani yang bebas menggapai-gapai.

Belum ia menjangkau benda itu, sebuah tangan lain lebih duhulu memungut cincin tersebut. Seulas senyuman merekah yang pertama kali Rinjani bingkai ke dalam mata coklatnya ketika kepalanya mendongak. Rinjani menelan ludah pelan. Tenggorokannya serasa ditumbuhi duri-duri tajam-setajam duri sang mawar. Tangan wanita tersebut terjulur, bermaksud ingin menyerahkan cincin yang dianggap penting oleh Rinjani semenjak hari dimana ia ditarik ke kantor pusat untuk menggantikan posisi chief editor lama yang memutuskan resign.

"Nggak nyangka kita bisa ketemu lagi, ya," ucap lembut lawan bicaranya disertai senyuman tipis.

Rinjani menanggapinya dengan anggukan enggan. Tangan wanita tersebut masih menggantung di udara, belum mendapatkan respon Rinjani yang tengah sibuk menetralkan sesuatu dari balik rongga dada yang hampir meledak. Tatapannya menyapu ke sudut kanan dan kiri ruangan. Seolah ia tengah memastikan sesuatu yang datangnya bagai angin tornado yang secepat kilat sanggup membawa tubuh semampainya itu masuk ke dalam pusaran angin mematikan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang