Detektif Pikun: Prologue

312 15 6
                                    

-Rabu, 20 Januari 2016 , jam 19.31, Jalan Dukuh 32 nomor 5-

Dalam kegelapan malam yang sunyi, terdengar derap langkah kaki yang kian lama kian kencang. Seseorang mengejarku! Aku harus kabur! Detak jantungku tidak akan melambat, justru kian lama kian kencang! Bayangan itu semakin mendekatiku. Setelah beberapa lama aku berlari, akhirnya aku sampai di rumahku. Dengan tangan gemetar, aku membuka pintu rumahku dengar tergesa-gesa. Banyak sekali keringat yang menetes dari sekujur tubuhku. Aku tutup pintu rumahku dan langsung lari ke kamar tidurku. Karena aku tinggal sendiri, kamarku terasa sangat hening dan menyeramkan. Dasar! Gara-gara orang itu, siapa sih yang mengejarku! Setelah aku mulai tenang, aku mengambil pakaian tidur dan langsung ke kamar mandi. Air shower hangat langsung menghajar tubuhku. Aku mulai merasa rileks sampai tiba-tiba lampu kamar mandi kudimatikan. Dan dengan cepat ada suara derap langkah kaki yang begitu keras. SESEORANG TOLONG AKU!!!!! Sekilas aku melihat wajahnya!

"Hez... Jangan!!!!" teriakku, namun itu terlambat.

-Kamis, 21 Januari 2016, jam 09.07, Jalan Tanjung Duren 10 nomor 22-

Perkenalkan, namaku Ricky. Tapi, biasanya sih banyak yang memanggilku Nicky. Aku baru lulus dari sekolah detektif di Jepang. Yah, itu sih cita-citaku dari dulu, dari buku Sherlock Holmes sampai detektif Conan pun sudah tamat aku baca semua. Namun, itu tidak membantuku dalam memecahkan kasus sama sekali. Aku layaknya seperti Kogoro Mouri sebelum dibantu Conan!

"Hah!" kataku sambil duduk di bangku kerjaku.

Aku mempunyai sebuah kantor kecil di Jalan Tanjung Duren 10 nomor 22. Yah, walaupun kecil, namun cukup untuk dimasuki sekitar 5 orang. Aku masih belum terkenal! Aku baru menangani kasus-kasus kecil seperti hilangnya seorang anak, pencurian kecil, dan sebagainya. Menyelesaikan kasus sangatlah susah. Dari 20 kasus yang aku terima, aku baru berhasil 9 kasus. Tapi, dengan 9 kasus ini, aku masih bisa menyambung hidup di tengah IbuKota! Oh ya, kelebihanku sebagai detektif adalah pengamatanku sangatlah brilian, karena sering main Criminal Case sih. Cuman, saat aku sekolah dulu, aku tetaplah yang pertama dalam bidang observasi. Namun, kelemahanku lah yang membuat kelebihanku ini jadi sangat tertutupi, yaitu PIKUN!!! Setelah aku menganalisa sesuatu, jika dalam waktu 5-10 menit aku tidak mencatatnya, aku bisa lupa dan kehilangan informasi berharga. Makanya, dalam kasus kecil pun, aku masih kesusahan, karena pikunku ini. Hah, tapi yang namanya rezeki kan gak ke mana.

Tiba-tiba, teleponku berdering. "Akhirnya, kasus baru ini kayaknya!" kataku yang langsung bersemangat. Langsung saja kuangkat telepon itu.

"Selamat pagi, dengan Bapak Ricky?" Tanya orang yang ditelpon.

"Ya benar, saya Bapak Ricky. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku dengan nada senang.

"Ah ya, kami dari agen yang punya ruko, yang sedang Bapak sewa sekarang."

Glek!! Aku hanya bisa menelan ludah sambil kaget. Aku belum bayar uang sewa 3 bulan! Gawat! Bisa diusir aku!

"Pak?" kata orang yang ditelpon.

"Ah ya, maaf pak, saya belum punya uang untuk bayar tunggakan dan sewa bulan ini. Maaf pak.." kataku sambil memelas. Beberapa lama, orang yang ditelpon tidak menjawab.

"Coba lihat keluar dari jendela." Kata penelepon. Aku langsung melihat ke luar jendela. Celaka!! 3 orang berbadan kekar!! Waduh, kayaknya ini suruhannya si bapak ini nih! Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekati 3 orang tersebut sambil menggunakan telelpon dan melihat ke arahku. Ah, itu si pemilik ruko!!!

"Kalau sampai minggu depan uang sewa bulan ini, bulan kemaren, dan bulan kemarennya lagi belum ada.. Siap-siap diusir paksa sama anak buah saya. Mengerti?" kata bapak itu dengan santainya. Tapi, suasana saat itu sangat menegangkan!!

"Ya pak. Saya usahakan." Telepon langsung diputus dan mereka pergi. Aku kembali duduk di bangku-ku sambil menghela nafas. 'Baru buka 3 bulan, masa udah berhenti?' kataku dalam hati. Ah, yang bisa kuharapkan sekarang cuman kasus yang bayarannya tinggi!

Baru saja aku selesai berkata-kata, teleponku berbunyi lagi. Aha! Semoga job!!! Langsung ku-angkat telepon itu.

"Eh, benar dengan Bapak Ricky?" Tanya penelepon. Suaranya sedikit berat, kayaknya bapak-bapak nih!

"Benar pak, ada yang bisa saya bantu?" jawabku dengan sedikit menahan nafas.

"Ada kasus untuk bapak. Apakah bapak bisa membantu?" Aku yang mendengar kata-kata itu langsung lompat setinggi-tingginya, yah hampir aja kena langit-langit, karena langit-langitnya pendek.

"Bisa?"

"Bisa kok pak! Ngomong-ngomong, kasus tentang apa ya?"

"Pembunuhan."

GLEK!!! APA?!


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Detektif Pikun :vWhere stories live. Discover now