Love 36

4.5K 258 33
                                    

mumpung sekalian, author dapat ide. entah ini mengesankan atau tidak. tapi jujur, author ngerasa ada yang kurang dari chapt ini.

tapi author sudah berupaya yang terbaik. jujur. ini kemampuan maks author yang kurang bisa di bilang.

tapi sekali lagi makasih buat kalian yang ngikutin Chapt sampai di sini. maaf kalau Chapt ini absurd banget. :3

haapy reading~~

=============================================================================

(Author's POV)

Kini suara gaduh memenuhi ruangan. Tak ada satupun di sana yang berani angkat suara. Bahkan untuk suara tikuspun tak ada. Hanya amarah yang meluap-luap dari seseoranglah yang memenuhi ruangan ini. Dia begitu emosi mengetahui kejadian yang baru saja terjadi. Banyak barang yang telah berhamburan. Alhasil dia mencoba mencengkram kerah seorang bocah yang ada di sampingnya. Tatapannya kini berubah menjadi segelap malam. Terlihat jelas sorot matanya, bahwa pria itu sedang emosi. "Kau tau apa kesalahanmu?!" berusaha menekan segala emosi yang sudah ada di ujung kepalanya, untuk tidak meledak di hadapan para bawahannya. "Jawab aku Alex." Masih dengan kesunyian serta rasa takut yang mencengkram dalam ruangan ini. "JAWAB ALEX!!"

Tak ada jawaban yang di berikan oleh bocah yang di cengkramnya. Dengan emosi tinggi pria itu melempar tubuh Alex ke samping, hingga menubruk sebuah lemari yang cukup besar. PRYANG! "APA SAJA YANG KAU LAKUKAN!! BAGAIMANA BISA ANNABELLA DI CULIK!! HAH?! JAWAB AKU ALEX!!"

Alex mencoba untuk duduk dan memendang pria yang kini telah meluapkan amarahnya pada semua benda yang berada di sana. Bahkan tak segan-segan dia telah membunuh bawahannya yang tak becus itu. Dan telah ada 4 orang yang ada jadi korbannya. Alex meludahkan air liurnya ke samping. Rasa sakit serta amis dapat ia rasakan dari ujung bibirnya. "Aku sudah mengatakannya semua padamu. Aku bahkan tak sadar ada seseorang di belakangku. Dengan aku tanpa senjata? Apa kau bercanda?" sudut bibir Alex kini mengangkat. Tapi sebuah benda melayang padanya. PRYANG! Dan hampir saja mengenainya.

"Inilah mengapa aku tak mengajakmu. Bahkan kau tak memiliki respon yang cepat pada sekelilingmu!" dengan tatapan yang dingin serta suara yang dingin pula. Kini Jeremi telah berdiri di hadapan Alex.

Satu kaki Jeremi kini terangkat dan menendang perut Alex. "Aku paling tidak suka orang yang tak becus atau tak berguna. Kau mengacaukan rencanaku." Masih menendang perut Alex. Tak ada satupun orang yang berani menghentikan kelakuan Jeremi. Hanya diam dan memandanglah yang dapat mereka lakukan. "Kau sudah merusak semuanya. Kini apa yang bisa kau lakukan?!" Bug!

"Uhuk...kau bercanda? Uhuk...kau bahkan masih mempunyai bocah gila itu." Sambil menatap Issamuel di sebrangnya.

Kini rahang Jeremi mengeras. Matanya mulai menggelap. Kembali satu kakinya terayun manis menuju perut Alex. "Satu hal yang aku benci. Dan kau melakukannya. Betapa angkuhnya kau. Aku mengngat iris mata itu. Aku ingat Robert Duszelle, yang betapa angkuhnya dia dengan segala pendapat yang dia keluarkan hanya untuk menolak semua keputusanku. Sayang, anaknyalah yang telah membunuhnya sebelum aku sempat membunuhnya." Jeremi kini berbalik dan menatap Assie yang menunduk karena ketakutan. "ASSIE! Bersiaplah di posisimu." Assie hanya mengangguk.

Kini Jeremi telah melangkah menuju seorang bocah yang dengan riangnya menyayat tangannya sendiri. Kini Jeremi mencengkram kedua pipi Issamuel. Dia menatap tajam Issamuel yang kini fokusnya adalah dia. "Aku ingin kau 'bermain' sepuasmu. Hancurkan mereka sampai akarnya." Issamuel tampak berbinar-binar mendengarnya. "Satu hal yang harus kau ingat, Imuel. Habisi semua tetuah di sana tanpa sisa. Aku mengijinkanmu." Dan Issamuel mengangguk. "Aku akan memberimu hadiah bila kau mengontrol rasa senangmu itu. Jangan kau bunuh kawanmu, dan ambil 'barang'ku kembali." Kini Issamuel terdiam tanpa ada binar kesenangan di matanya. Issamuel sadar bahwa atasannya sedang emosi. Dan dia harus menurutinya.

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang