"A-aku...." Luna menelan ludah lagi, "namaku... Luna."
Ar mhaithe na titeann naofa a thit ar an talamh, ar mhaithe le naofa ainm Bandia Veusila...
Sebuah suara bisikan halus yang terus berulang terdengar sesaat setelah Luna berbicara. Bisikan yang terdengar sangat halus dan sukses membuat bulu kuduk Luna dan Fhreii meremang. Tiba-tiba tirai daun merah muda di sekeliling mereka yang bertabur berlian putih di setiap helainya bersinar terang. Agak menyilaukan pandangan mereka berdua.
Gach onóir agus ceiliúradh don ghrian agus an ghealach, bhí fáilte roimh nádúr le háthas...
Kala bisikan lain terdengar, makhluk kecil berbentuk ubur-ubur terbang yang Fhreii temukan saat pertama kali memasuki tempat ini berkumpul. Makhluk-makhluk kecil itu beterbangan di sekitar mereka berdua. Luna dan Fhreii sontak tertegun, benar-benar kebingungan dengan apa yang terjadi. Mereka hanya bisa memperhatikan keadaan sekitar yang berubah aneh.
Ar mhaithe na titeann naofa a thit ar an talamh, ar mhaithe le naofa ainm Bandia Veusila...
Tiba-tiba angin yang cukup kencang bertiup, menerbangkan tirai daun di sekeliling mereka. Fhreii dan Luna terkesiap, kaki mereka seolah tertancap di tanah, rambut mereka pun ikut bergerak-gerak mengikuti angin. Sambil menatap sekitar dengan nyalang, mereka bisa merasakan hawa yang berbeda, ritme jantung pun ikut berpacu karena takut. Berlian-berlian yang menggantung di tirai daun itu masih bersinar. Ubur-ubur terbang itu jumlahnya semakin banyak, sinar yang mereka pancarkan pun semakin terang. Bisikan-bisikan itu terus berulang dan semakin cepat.
Gach onóir agus ceiliúradh don ghrian agus an ghealach, bhí fáilte roimh nádúr le háthas...
Gach onóir agus ceiliúradh don ghrian agus an ghealach, bhí fáilte roimh nádúr le háthas...
Gach onóir agus ceiliúradh don ghrian agus an ghealach, bhí fáilte roimh nádúr le háthas...
Tubuh Fhreii dan Luna terdorong ke depan oleh ubur-ubur itu, mendekatkan satu sama lain. Saat jarak mereka hanya tinggal sejengkal, seluruh cahaya yang bersinar di sekitar mereka seakan meledak. Tubuh Fhreii dan Luna menegang, merasakan sesuatu merasuki pikiran mereka.
"NGGAK! JANGAN!"
"Jangan berani untuk mendekatiku! Pergi!"
"Aku... percaya padamu."
"Mungkinkah ini?"
"Tidak, ini tidak boleh terjadi."
"Kau tidak bisa mengelak."
"PERGI! CEPAT!"
"Aku... mencintaimu...."
"Kita... tidak bisa. Selamat tinggal."
Sebuah kilasan kejadian-kejadian terlihat, semua terjadi dengan begitu cepat, Fhreii dan Luna hanya mendengar beberapa kalimat yang tidak jelas. Mata mereka bertubrukan dan seperti ada aliran listrik yang begitu menyengat, tubuh mereka tersentak lalu lemas seketika. Mereka ambruk. Dengan posisi saling berhadapan, mereka menangkap tubuh satu sama lain dan jatuh ke tanah karena lemas. Cahaya-cahaya itu meredup, ubur-ubur itu terbang menjauh, angin kencang tinggallah tiupan lembut, dan bisikan-bisikan itu... hilang.
Pikiran mereka kosong. Saking tertegunnya mereka tak bisa memikirkan apapun. Kejadian ini tak bisa mereka pikirkan dengan akal biasa.
Mendekap satu sama lain dengan jarak wajah yang sangat dekat membuat deru napas mereka saling bertubrukan. Mereka terduduk di atas tanah. Luna memejamkan matanya sembari menggenggam erat kedua lengan Fhreii, merasakan perasaan nyaman dan hangat yang belum pernah ia rasakan kala wajahnya bersandar di dada bidang Fhreii, sedangkan lelaki itu merangkul pundak Luna dan menatap tanah, ia pun merasakan sesuatu kala ia mendekap gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aeritys
Фэнтези[•] "Dunia kita berbeda," Fhreii memberi jeda, menarik napas lebih dalam dan berusaha menahan rasa sesak di dadanya, "kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Di Athyra, maupun di duniamu. Aku takkan pernah bisa melawan para Dewa. Maka dari itu...