Chapter 2. I think I'm in Love
Just cant help but talk about him in every conversation
Till your friends are sick and tired of that same old crap
Oh no! I think I'm in love with you
Oh no! I'm hoping you'll want me too
" Nee, Karin-chan, makanan kesukaan Naruto-senpai ramen kan? Kan? Haruskah aku membawakannya bento sebagai ucapan terimakasih? Dia sudah banyak membantuku di kepanitiaan Konoha Anniversary Festival. Bahkan kemarin dia menelponku! Kau tahu? Jantungku serasa mau copot! Hey, Karin-chan? Kau baik - baik saja?"
Aku mengakhiri sesi curhatku dengan pandangan khawatir. Bagaimana tidak? Karin menatapku dengan ekspresi datar tak biasa. Percayalah. Bagi orang serame dan seekspresif Karin Uzumaki, ini merupakan sesuatu yang nyaris ajaib.
"Aku? Aku baik - baik saja. Kau yang tidak baik - baik saja Hinata. Sadarkah kau sudah menceritakan hal ini padaku ratusan kali, Hinata? Oh God! Sampai sekarang aku masih tak percaya kau bisa naksir sama baka sepupuku itu?" kata Karin memutar bola matanya.
Aku bersemu merah mendengarnya. Aih, Karin melebih - lebihkan deh. Tidak mungkin sampai ratusan kali kan? Eh? Ehm....benarkan?
Saat ini aku dan Karin sedang beristirahat di bawah pohon belakang sekolah. Waktu istirahat makan siang tinggal 15 menit lagi. Namun bento kami masih terisa cukup banyak. Tentu saja karena kebanyakan waktu luang kami isi dengan ngerumpi.
Bagi orang introvert seperti diriku ini, sisi Sanguinis hanya akan muncul saat aku bersama orang - orang tertentu. Tepatnya orang - orang terdekat yang membuatku nyaman. Karin adalah salah satu dari sedikit orang - orang tersebut. Kepribadiannya yang menggebu - gebu tapi tidak mengintimidasi mampu membuatku membuka mulut menceritakan rahasia hatiku. Membuatku out of character dari sosok Hyuuga yang kalem bin lemah lembut itu.
Rahasia hati?
Ya. Karin sekarang telah mengetahui bahwa aku ehm... ugh na-naksir sepupunya, Naruto Namikaze. Insiden hampir jatuh dari tangga beberapa minggu yang lalu adalah penyebabnya.
Saat itu, tak lama setelah Naruto-senpai memberikan sapu tangannya kepadaku. Karin berderap menghampiri kami. Melihat tampangku yang -well, sebenarnya aku tak tahu tampangku terlihat seperti apa di mata orang lain. Campuran antara pucat pasi dan mewek menahan tangis mungkin? Dan penampilanku yang cukup berantakan adalah nilai plus bagi alasan logis Karin untuk tanpa babibu langsung mendamprat manusia di depanku.
flashback....
"Shannarooo!!! Apa yang telah kau lakukan pada Hinata-chanku hah?! Sepupu Naruto bodoh!" kata Karin tanpa ampun langsung memukuli Naruto-senpai.
"Waaa!! Aku tak melakukan apa - apa Karin! Suer! Tanya aja Hinata kalau tak percaya?!" bela Naruto, lengannya terangkat melindungi kepala blonde-nya dari serangan brutal Karin.
"Dan aku bakalan percaya begitu saja sama manusia hentai macam kau, Naruto?"
"Dan kau harusnya memanggilku 'Naruto-nii', Karin!"
"Tsk, aku tak mau! Ayo, cepat katakan apa yang kau lakukan pada__"
"Su-sudahlah, Karin-chan! Na-naruto-se-senpai tak me-melakukan apa - apa kok! Malah di-dialah yang me-menolongku tadi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes (Fanfiction)
Fiksi PenggemarRate: Remaja [13+] Hinata hanya gadis SMA biasa. Tak punya kelebihan apa - apa. Selalu kikuk, ceroboh dan terlalu pemalu. Lalu apa itu salahnya? Jika dia jatuh hati pada pandangan pertama kepada Senpai bermata biru yang menawan. Segala cara dia laku...