Prologue

9.1K 115 11
                                    

---

Satu dimensi
Dua narasi
Tiga kerajaan
Tersambung dalam lantunan benang merah yang terikat
Dan tak dapat dilepas

---

Di suatu dimensi yang letaknya terlampau jauh hingga tak terjangkau. Yang di dalamnya terdapat berbagai kerajaan, membentuk suatu kesatuan yang damai.

---

Kerajaan Ravenskye.

Seorang prajurit berseragam besi itu berlarian melewati koridor panjang kerajaan dan berhenti di depan pintu besar yang berukiran simbol-simbol aneh. Ia mengetuknya beberapa kali, dan masuk setelah ada yang menyahut dari dalam.

Raja dan Ratu Kerajaan Ravenskye tengah duduk di singgahsana mereka, sebelumnya mereka tengah bercumbu mesra tapi segera menjadi kaku ketika sang 'pengganggu' mengetuk pintu. Mereka tengah menatapnya tajam sekarang.

"Ada perlu apa kau datang kemari?" Suaranya lantang dan tegas, mencerminkan sikap raja yang sesungguhnya.

"Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kepada yang diatas, lalu kepada Raja dan Ratu yang tengah duduk bersantai disini, dan kepada para tetinggi termasuk Petinggi Lore dari Barat, Petinggi Julian dari Timur, dan Petinggi Cleaf dari Utara. Saya kemari karena mendapatkan sebuah pesan mengerikan dari Kerajaan Qiueu, dan saya kemari karena ingin mengumumkan pesan tersebut, dimohon Raja, Ratu dan para Petinggi lainnya duduk tenang dan mendengarkan--"

"Lalu, apa isinya ?" Ratu Lunamore sedikit kesal dengan ceramah panjang kali lebar samadengan luas dari prajurit itu hingga segera memotong ta sabar.

"Isinya mengenai masa depan, masa yang tidak pernah kita tebak atau kita duga ... itu sama saja. Dan Raja Qiueu memberikan saya pesan yang sangat panjang ini, isinya adalah 'Pangeran Kegelapan mungkin akan bangkit ketika bulan purnama bertengger di atas Menara Kourge, dan saat itulah ada seorang anak manusia dengan kekuatan hitamnya, membangkitkannya. Kemungkinan Pangeran Kegelapan bangkit ... sebulan lagi', itu yang dikatakannya, maafkan saya jika ada kata-kata yang kurang berkenan, mari saya tutup dengan doa sebelum saya keluar dari sini ... selesai. Kalau begitu saya pamit dengan hormat." Ia membungkukan badannya hormat dan berjalan keluar ruangan, tergesa.

Sedangkan yang berada di ruangan hanya bisa melongo dengan perkataan yang dikatakan oleh prajurit kultum-nya barusan. Intinya ia berkata 'Pangeran Kegelapan akan bangkit'. Mengapa harus bertele-tele?

"Benarkah itu?" Raja dan Ratu sudah mulai menegang, menengok ke kiri dan ke kanan, menatap para Petinggi yang sepertinya tertidur karena ceramah panjang yang dikemukakan oleh prajuritnya tadi. "Bangun!" Seru Raja Alexander dengan keras, membangunkan para petinggi dengan mata melotot.

"Apa yang ia bicarakan?" Tanya Cleaf.

"Sesuatu mengenai kehancuran dunia atau apalah itu." Jawab Lore serampangan.

"Mungkin saja paskah sudah tiba." Ujar Julian tambah asal. "Oh ... aku tahu, Hari Penanaman Cheri telah dimulai. Aku harus kesana." Katanya lagi lebih menerka daripada Lore.

"Sayangnya Hari Penanaman Cheri itu dilaksanakan seminggu yang lalu." Cibir Ratu Lunamore. "Yang dikatakannya adalah, 'Pangeran Kegelapan akan bangkit'."

Para Petinggi tiba-tiba histeris sendiri, Cleaf menerjang bangku Lore yang tengah mengorek telinganya, sedang Julian berpikir sejenak sebelum mulao teriak. Raja dan Ratu lagi-lagi harus berteriak menenangkan, dan kadang masih tidak percaya kalau mereka adalah Para Petinggi.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Bertanya kepada para penyihir hitam, mungkin. Bukankah mereka dapat meramalkan masa depan?" Cleaf memberi saran dan diberi anggukan setuju oleh Ratu Lunamore.

Ratu Lunamore bangkit dan berlari kecil di koridor, berbelok di antara dua lukisan besar yang telah pudar dan mengikuti cahaya obor yang diletakkan di dinding. Ia berhenti ketika melihat jalan itu buntu, tapi ia segera berdeham. "Grin ... Anastasia ... Mokudo." Sebuah mantera, atau lebih tepatnya ia menyebutkan nama-nama para penyihir hitam di dalam ruangan, menyuruh mereka untuk membukakan pintu.

Dan benar saja, dinding itu bergerak kasar ke samping, dan memutar, menimbulkan suara ubin yang tergesek lantai. Beberapa detik kemudian, dinding itu sudah berubah menjadi sebuah pintu batu yang berukiran tulisan kuno. Sekali lagi Ratu Lunamore berdeham, membuat pintu itu terbuka perlahan tapi pasti.

Ia berjalan masuk dengan ragu, hanya kegelapan yang ditemuinya. Dan sekali lagi ia berdeham. Terkadang ia sangat sebal jika ingin masuk kemari, karena harus berdeham sebanyak tiga kali dan itu membuat giginya kering.

Lilin-lilin menyala dengan sendirinya secara domino, memperlihatkan tiga orang penyihir dengan jubah hitam, bahkan kulit merekapun hitam. Mereka duduk di bangku yang terbuat dari batu yang kelihatan tidak nyaman itu. Ratu bersyukur karena bukan dia yang duduk di bangku keras dan dingin itu.

"Apa yang kau inginkan dari kami? Setelah mengurung kami disini, dan kau meminta tolong? Kepada penjahat?" Tanya seorang penyihir perempuan yang ditengah, terutama nada sinis itu.

"Aku hanya meminta kalian untuk meramalkan kejadian beberapa bulan dari sekarang. Aku hanya ingin memastikan, apakah Pangeran Kegelapan akan bangkit atau tidak. Bisa saja itu hanya kabar burung, 'kan?"

Tiba-tiba penyihir yang di pinggir kanan tertawa. "Pangeran kegelapan akan bangkit? Kurasa itu memang harus terjadi, dan dia akan membebaskan kami. Hahaha. Aku sudah tak tahan lagi berada di sini dan duduk di bangku kasar yang tidak nyaman ini." Keluhnya. "Jika saja aku bisa menggunakan mantera, yang pertama kali kulakukan adalah mengutukmu!"

"Jaga kata-katamu Grin!" Sang Ratu berdeham dan mengeluarkan mantera hipnotis dan membuat Grin tertidur memalukan.

"Karena aku tidak mengantuk, lebih baik aku mengabulkan permintaanmu, tapi kau harus membuka segel manteranya dulu agar aku dapat merapal sebuah mantera." Kata Anastasia kemudian.

"Jangan berbuat macam-macam." Ratu Lunanore mengingatkan dan membuka ikatan berwarna biru yang bersinar dari tangan Anastasia.

Anastasia mengangguk dan mengeluarkan sebuah bola kristal sebesar bola voli, tapi yang ini lebih bersinar dan ada asap di dalamnya. "Infassionate." Dehamnya, mengusap-usap bola kristal itu pelan dan membuat asap di dalamnya berputar-putar dengan cepat.

Asap itu semakin cepat berputar, seakan-akan ingin menghancurkan bola kristal itu dari dalam. Tapi, beberapa saat kemudian, asap itu menjadi tenang dan menghilang kemudian, memerlihatkan sebuah kota yang rusak, kacau balau, pertengkaran antar manusia terjadi, darah, api berkobar membakar semuanya, dan berbagai hewan aneh meluluhlantahkan seluruh Dunia Lain. Ini lebih parah dari dugaan Ratu Lunamore. Tapi kemudian, seseorang terlihat di sana dengan jubah hitamnya, ia tertawa mengerikan, dan di sebelahnya ada seorang perempuan dengan mata kosong ikut memandangi kota hingga hancur lebur.

Beberapa menit kemudian, sekelompok manusia berpedang segera mengepung dan terjadilah perkelahian mantera di antara keduanya. Hingga sebuah pedang emas menancap di dada lelaki berjubah itu dan meleburnya menjadi serbuk kehitaman yang mengerikan.

Lalu, asap hitam menghalangi pemandangan semuanya. Buram. Ratu Lunamore tak dapat melihat lagi kejadian selanjutnya.

"Siapa anak-anak itu?" Tanya Ratu Lunamore penasaran, kali saja ia dapat mencarinya dan menyeretnya kemari hanya untuk mengalahkan sang Raja Kegelapan seperti yang diperlihatkan Bola Kristal itu.

"Anak-anak manusia." Jawab Anastasia setelah lengannya telah di segel kembali.

"Apakah dengan mencarinya, Dunia Lain akan selamat?" Tanya Ratu lagi dan Anastasia hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali, aku akan mencarinya bersama dengan kedua anak buahku." Ia berlari keluar dan segera menyiapkan segala keperluannya.

"Bersenang-senanglah, selagi bisa, Yang Mulia."

7 Warrior : Darkness KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang