Livia membuka matanya perlahan, sinar putih terang membuat matanya silau. Setelah menunduk sejenak, Livia sadar sepenuhnya dan melihat langit terang diatas kepalanya. Livia ternganga, ia tertidur di lantai dua The Macaraon's semalaman dan tidak pulang ke rumah?
Ia tersentak ketika melihat seseorang yang tertidur disampingnya dan menggoyangkan ayunan yang tadinya tenang itu. Matanya membalalak, apakah ini mimpi? Pikirnya. Laki-laki disampingnya mengusap-ngusap lengannya yang hanya berbalutkan kemeja tipis sebelum mengerjap-ngerjapkan matanya.
Sementara laki-laki itu masih dalam proses kembali ke dunia nyata, Livia mengangkat mantel tebal yang menutupi tubuhya. Ditatapnya lagi laki-laki yang selalu membuat jantungnya berdegup cepat ketakutan itu. Tidak, Livia sepertinya sadar sekarang bahwa debaran yang ia rasakan selama ini bukan karena ia takut dengan sosok manly disampingnya itu.
Livia menunduk, mendekatkan wajahnya kehadapan wajah Remi yang sedikit memerah. Tanpa sengaja lengan Livia menyentuh lengan Remi, terasa begitu dingin, namun membuat Livia semakin ingin dekat dengan tubuh Remi. Livia tersenyum kecil, Remi sama sekali tidak menakutkan seperti biasanya, tidak ada es batu yang biasa membungkus wajah itu.
Livia merasakan ada yang bergerak di hatinya, bertepatan dengan sesuatu yang bergerak ditangannya. Remi memegang tangannya dengan mata terpejam. Livia hampir-hampir kehilangan detak jantungnya. Remi membuka matanya dan menatap Livia lembut, namun beberapa detik kemudian Remi bangun tiba-tiba dari ayunan.
Dua-duanya bisu tanpa kata. Membuat atmosfer semakin memanas. Livia menyadari sesuatu dalam hatinya, sementara Remi mencari akal untuk menutupi ekspresi awkwardnya.
"Kamu ngapain tadi?" tanya Remi, yang meskipun sudah berusaha memasang tampang galak tetap terlihat panik
"Saya gak ngapa-ngapain!" Livia ikut bangkit dari ayunan, lalu melihat mantel ditangannya
"Ini... semalem..." Livia bicara takut-takut. Remi mengambil mantel itu kasar
"Semalem saya liat kamu tidur disini, pas saya bangunin kamu gak bangun-bangun. Karna saya ini masih punya hati yang baik, saya mau nungguin kamu, eh tapi kamunya malah gak tau diri, jadinya saya ikut ketiduran deh" jelas Remi panjang lebar.
Livia diam sebentar. Ada yang aneh. Remi bicara padanya dengan senioritas yang tinggi seperti biasa, dengan gestur tubuh angkuh seperti biasanya juga, namun ada yang berbeda kali ini. Biasanya Livia akan ketakutan setengah mati, tapi entah kenapa kali ini justru membuatnya tersenyum.
Livia tiba-tiba teringat seseorang di masa lalunya. Orang itu mirip Remi, lemah, tapi bersikap angkuh agar tidak dianggap mudah oleh orang lain. Menyimpan luka tapi menutupinya dengan tatapan dingin sehingga orang tidak bisa melihat goresan dibalik tatapannya. Livia tersenyum tanpa sadar, mengingat temannya dimasa lalu.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Remi bingung. Livia menggeleng-geleng pelan
"Tiba-tiba aja saya jadi inget seseorang yang dulu pernah nemenin saya setiap hari, tapi saya kehilangan orang itu" kata Livia tersenyum masam
"Ada banyak yang bisa nemenin kamu kalau dia gak ada, temen kamu gak Cuma satu kan?" sahut Remi. Livia berpikir sejenak, apakah seseorang yang dingin seperti Remi tidak pernah merasakan apa yang ia rasakan?
"Remi, kamu pernah gak kangen sama seseorang di masa lalu?" tanya Livia. Remi menatap Livia lekat-lekat
"Saya gak pernah mau merindukan seseorang yang ninggalin saya" jawabnya mantap
"Kalau suatu saat orang itu kembali, gimana?" tanya Livia
"Tergantung jenis memori apa yang bakal dia kasih setelah kembali" kata Remi. Livia tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Macaron In You
RomanceSiapa yang tidak suka cemilan manis? apalagi bila menikmatinya di kedai cantik bernama "The Macaron's". Didalamnya ada Livia, putri tidur yang selalu mengunyah permen dengan tatapan doll eyesnya. Ada Oliver, pangeran impian tiap gadis yang memiliki...