Waktu itu menyelinap resah ku dalam gelisah
Berbelok rusuh ke jengkal rasa angkuh tubuh terbelah
Menggigil menantang taji segala arah
Ada kira di sebelah kiri
Ada konon di sebelah kanan
Ceritanya, konon kota ini dulu adalah sawah
Sengaja di permak sehingga indah
Ya, hanya penuh gedung pencakar saja
Pencemar udarah
Udara menjadi udarah karna darah
Terpa menjadi terparah karna parah
Kucing kampung menjadi rubah
Karikatur jadi ubah-bedubah
Andai dunia tak beranak.
mamah
pasti! semua mengadu ke Inah.
Mengumpul, memantul, membatu paman mendirikan sebuah rumah.
Setelah jadi, ku hias banyak bunga di serambinya
Biar terlihat seperti sawah dan alam cipta semula
Lalu ku cat dinding-dinding dalamnya
Ku hias, ku permak dengan cat bernuansa alamiah
Lalu kamar. kulukis temboknya
ku permak, kupampang jendela sebesar panggung jenaka.
Kupaku dengan seksama
Ku rekat, ku cat, ku lihat banyak potret tanda tanya melekat.
"Ah ku tau, tutupi saja dengan figura!"
Tergantung lembai figura tua
Hasil dulu cepretan papa
Manusia dalam kaca figura
Sudah lupa kapan terakhir menjadi ingat
Foto itu pas waktu aku mau disunat
"Ah masa bodoh" kata si maman lanjut memaku papan.
Tok tok tok...
Ya mau bagaimana toh, kata si paman
Sebenarnya paman jago berpidato
Katanya dulu bekerja di unesco.
Menolak pembalakan hutan dengan beko
Berkat itu, katanya dulu papa ingin berkado
Sebelum dia usai
Ingin mengajak kami senam dipantai
Atau sekedar nostalgia mencari tutut di ladang sawah
Atau ucapan tidak untuk menanam tanah dengan rumah
Aku ingat, kata salman
"manusia tak cari kiri atau kanan,
mana hati mana kerjaan,
Mana biji mana dahanan,
Mana kursi mana tatanan,
Mana dengki mana sabaran,
Mana tahi mana makanan,
Mereka hanya melihat sepadan mana tak sepadan"
"Atau kau sebut itu atas bawah
Mana teras mana sawah
mana sawah.
Mana teras
Mana sawah.
Mana sawah
Mana teras"
Lanjut si inah terengah-engah.2016 sepeninggal ayah
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi : Analogi Klasik Kehidupan Modern
PoetryUngkapan-ungkapan nyeleneh dari jiwa yang aneh. Hukum alam sedang membuat cucu-cucu kita semakin tidak faham akan dunia. -Habib