4

69 7 1
                                    

'Jadi, sebenernya sebelum Gara jemput aku, Sandra udah dijemput duluan?' Zani tersenyum miris. Tidak bisakah dirinya menjadi yang pertama di mata Gara? Kenapa selalu Sandra yang selalu dinomor satu kan. Sandra yang sempurna - baik, ramah, cantik, anggun, pintar. Jika dibandingkan dengannya, Zani hanyalah sebuah upil yang menggantung, sudah tidak berguna, dibuang pula.

Zani teringat ucapan Gara beberapa saat lalu. Iyalah gue kan selalu ada saat terpenting hidup lo. Gara benar, dia selalu ada disaat terpenting hidup Zani, bahkan kini Zani menjadikannya sebagai orang yang terpenting dihidupnya. Tapi tidak sebaliknya. Di mata Gara, Zani hanya seorang sahabat. Tidak lebih tidak kurang. Lalu siapakah yang harus disalahkan disini? Perasaannya kah?

"Udah sampe, nih pake payung gue keluarnya." Gara mengambil payung di jok penumpang belakang, kemudian memberikannya kepada Zani.

"Gak mau masuk dulu?"tawar Zani

"Boleh deh, udah lama gak ketemu Mama." Gara dengan cepat mengambil alih payung yang berada di tangan Zani. Kemudian dia membuka pintu mobil, dia memutari mobil lewat depan lalu membuka pintu mobil untuk Zani.

Jadilah kini, mereka berdua berjalan dibawah payung yang melindungi mereka dari guyuran air hujan. Tidak. Sebenarnya payung ini tidak bisa melindungi mereka berdua, karena payung ini terlalu kecil untuk dipakai dua orang. Sebagian tubuh Gara tidak dapat dilindungi payung ini, hasilnya baju yang dikenakannya ya basah.

"Sini geseran, lo kebasahan." Zani menggeser sedikit payungnya kearah Gara dan menyuruh Gara agar lebih mendekat.

"Gak usah, nanti lo yang kebasahan." Gara mencegah gerakan Zani.

"Gak papa, gue bisa langsung ganti baju kok." Kilah Zani.

Tanpa di duga Gara membawa Zani kedalam pelukannya. Meletakkan kepala Zani tepat didadanya. Tangan Gara berada di pinggang langsing Zani. Zani merasakan gelenyar aneh di perut saat tangan itu menyentuhnya. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik disana.

"Begini lebih baik, gak ada yang keujanan." Zani tak menjawab, dirinya sibuk dengan perut dan jantungnya. Sepertinya besok pagi jantungnya sudah tidak bisa lagi memompa darah dengan semestinya, karena detik ini kinerja jantungnya 10 kali lipat. Dan ah, jangan lupakan kejadian dimobil. Kalian pasti tahu secepat apa kerja jantungnya.

Zani merasa nyaman dengan posisi ini, kepalanya sengaja ia selundupkan lagi ke dada Gara. Penasaran dengan sesuatu yang ada dibaliknya. Sesuatu yang selalu ingin ia tahu bagaimana reaksinya jika Gara berada berdua didekatnya - detak jantung Gara. Zani menggunakan indra pendengarnya untuk mendengar detak jantung Gara. Ia mendengarkannya dengan seksama.

Teratur. Itulah yang Zani simpulkan setelah menguping detak jantung Gara. Zani mendengus. Bagaimana bisa jantung Gara berdetak teratur sementara ia tidak. Apakah itu artinya, dihati Gara tidak ada ruang kosong untuknya. Pandangannya mengabur. Apakah semua perhatian yang Zani tujukan kepada Gara hanya angin lewat saja? Apakah hanya Sandra seorang yang memiliki ruang tersendiri di hati Gara? Bagaimana bisa Gara jatuh cinta kepada Sandra dalam dua tahun kebelakang? Kenapa tidak dengan Zani? Yang selalu bersamanya sejak kelas 8 SMP. Batin Zani.

Tangan yang tadi melingkar ditubuhnya kini perlahan terlepas. Zani kecewa. Ini semakin memperburuk keadaan hati Zani. Zani menjauhkan diri sedikit dari tubuh Gara. Tangan Gara terulur untuk menghapus jejak air hujan di pipi Zani, dengan cepat Zani menepisnya.

"Ayo masuk." Zani mengeluarkan suara paraunya. Gara diam, mendapati sikap Zani yang berubah dengan cepat. Mungkin Zani hanya kecapekan. Pikir Gara.

"Assalamualaikum, Zani pulang mah." Zani sedikit berteriak tapi masih dengan suara paraunya.

"Walaikumsalam, tuh Zani sudah pulang." Rara menjawab salam, tapi setelah itu ucapannya menunjukkan bahwa ia sedang bersama seseorang. Zani belum bisa melihat seseorang itu, karena hanya Mamanya yang terlihat di matanya.

"Kamu sama Gara toh, Zan. Sini Gara masuk." Lah yang jadi anak itu siapa, masa Gara yang disuruh masuk duluan. Zani hanya memutar kedua bola matanya. Gara berjalan terlebih dahulu menuju ruang tamu. Zani menyusul dengan langkah gontai. Saat sampai di ruang tamu, matanya menangkap seorang laki - laki tampan bersama Mamanya. Tidak! Itu bukan Gara, itu .... Ahh Zani tidak tahu namanya. Nanti kalau sempat ia akan bertanya atau kalau perlu berkenalan kemudian bertukar pin bbm. Lumayan untuk menambah koleksi cogannya.

"Zan, tolong bikinin minuman ya tiga, jangan yang dingin. Kalo bisa teh, terus kalo kamu mau minum juga bikinnya jadi empat." Hah. Ayolah sepantas itukah Zani menjadi pelayan restoran? Sampai wanita yang notabenenya adalah Mamanya menyuruhnya seperti sedang berada di restoran. Malangnya nasibmu, Zani. Zani meninggalkan ruang tamu, melangkah menuju dapur. Meninggalkan tiga orang yang mungkin sudah larut dalam obrolan hangat. Zani memutuskan untuk membuat teh. Ia kembali lagi ke ruang tamu, membawa empat teh di dalam nampan.

"Ini Nya, tehnya." Zani menyajikan teh kepada Mamanya disertai dengan nada ledekan. Begitu pun kepada dua orang laki - laki yang berada di ruang tamunya. "Ini Den, di minum tehnya." Gara sedikit terkekeh, sementara laki - laki yang belum diketahui namanya itu hanya tersenyum.

"Oh ya Zan, kenalin ini Zidane Pratama orang yang Mama sama Papa jodohkan dengan kamu. Sesuai sama persetujuan kamu tadi pagi. Mama suruh dia dateng kesini, supaya kalian bisa berkenalan dari sekarang." Mama Zani berbicara panjang lebar. Bukan panjang kali lebar, nanti jadinya nyari luas persegi panjang.

'Oh jadi namanya Zidane. Eh tunggu! Dia yang akan dijodohkan denganku? Bukankah harusnya Gara?'. Zani melototkan matanya menyadari fakta kalau Zidane adalah orang yang akan di jodohkan dengannya. Kalian tahu? Ekspresi wajah Gara juga seperti ekspresi Zani. Terkejut.

"Nah Zidan, kalo yang ini Gara. Dia sahabat Zani dari kecil, banyak yang mengira mereka pacaran tapi sebenernya enggak kok." Entah mengapa mendengar ucapan dari wanita yang baru masuk kepala empat itu, ada satu hati yang sakit. Hati Gara. Tapi seperti angin lalu, dengan cepat ia hiraukan.

"Anggara panggil aja Gara, apa yang dibilang Mama bener kok." Menohok. Itu kalimat yang sangat menohok untuk hati Zani. Mengapa Gara tidak berkilah? Hey! Sadar diri kau Zani! Kau hanya dianggap sahabatnya tak lebih. Batin Zani.

"Nah Mama harap kalian cocok ya, Mama selalu mendoakan yang terbaik kok." harap Rara.

Gara duduk gelisah, hatinya resah. Rasanya ia ingin keluar dari rumah Zani dengan cepat. Satu hal lagi, rasanya ia ingin tidak mengetahui tentang perjodohan Zani. Entahlah di dadanya seperti ada nyeri. Sejenis nyeri yang tidak bisa diobati dengan obat, saat mengetahui Zani ingin dijodohkan.

"Ehm, Gara izin pamit dulu Ma. Bunda kayaknya udah nunggu di rumah, soalnya tadi lupa ngasih kabar kalo mau anter Zani." Pamit Gara. Mungkin kali ini ia harus mengikuti apa mau hatinya, supaya rasa nyeri itu berkurang, walau hanya berpengaruh sedikit. Gara menyalami Mama Zani.

"Biar Zani anter sampe depan. Ma, Zani anter Gara dulu." Rara hanya mengangguk. Zani melangkah meninggalkan Zidane dan Mamanya. Menyusul Gara yang sudah terlebih dahulu berjalan. Zani melihat kearah depan, bisa dilihatnya punggung tegap milik Gara.

"Ini payungnya, sekali lagi makasih udah nganter sampe rumah, Gar." Zani memberikan payung yang tadi dipakai mereka untuk menerobos hujan. Tangan Gara menerima payung itu.

"Iya sama-sama." Gara menjawab dengan nada dingin juga tanpa senyum. Sebelum berbalik meninggalkan Zani, Gara membisikan sesuatu di telinganya.

"Aku kecewa sama kamu Zan."

***
Posted! March 2 2016, 18.50

Hai guys! Berjumpa lagi dengan aku dilapak yang mulai berdebu. Maaf ngaret dikarenakan jadwal yang padat, tapi udah aku panjangin kok. Part ini sengaja dipanjangin karena sepertinya akan menghilang dalam waktu -entah sampai kapan. So, sabar ya. Tuh Zani dijodohin sama Zidane. Cocok gak ya mereka?

Regard
Nisapanda

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INVISIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang