Rambut Justin Bieber

272 29 7
                                    

"Udah ga usah nangis gitu mikh." Kata reuben menenangkan mikha.

Dan sekarang mikha meluapkan semua rasa sesalnya dengan bersujud di lantai menangisi boxer kuning yang sudah tak layak edar di tangannya.

Mana ingus nya meler-meler keluar ni bocah.

Jibang banget.

Jiji banget banget.

"Maafin gue (y/n), gue ga sengaja." Ucap mikha masih dengan senggukan-senggukan kecil yang keluar dari mulutnya.
Hati kecil ku merasa iba dengan apa yang aku lihat saat ini, tapi tetap saja reputasi ku sudah hancur di depan satpam tamvan itu hanya karena insiden boxer kuning yang tak akan pernah bisa di lupakan ini.

"Gue maafin kali mikh, udah yuk berdiri."

Aku mengulurkan tangan panjang ku untuk membantu mikha berdiri.

Maling kali ah panjang tangan

Dia pun menyambut uluran tanganku dengan secercah senyum manisnya

Btw tangan mikha kok basah-basah lengket gitu yak?

Bergelembung juga nih keknya

Eh anget

"NAJISTUN!"

Aku beringsut ke arah mada dan mencoba membersihkan apa yang ada di telapak tangan kanan ku saat ini.

Ingus ijo

Gatau diri banget nih mikha

Emang di kira gua tisu toilet

"Taik lu apaan nih!" Mada berusaha menghindar dengan sedikit berlari ke arah rak makanan.

Aku tidak boleh menyerah. Aku harus menghapuskan jejak ingus ini dari tanganku. Harus.

"Mada! Sini dong. Ganteng deh ah." Aku ikut berlari kecil mengejar mada dengan nada yang aku buat menggoda.

Anjay malah kek bencong taman lawang gua

"(Y/n) plis jauh jauh dari gue! Plis!" Kini mada berlari kencang dengan suara yang sedikit keras membuat ibu-ibu yang sedang mendebatkan harga minyak goreng di pasar lebih murah itu menengok dan memperhatikan kami berdua.

"Uluh uluh. Cocok pisan itu si eneng sama si abangnya. Romantis. Masa main india-indiaan di mol gini. Uh gemas."

Yakali india-indiaan bu.

gue maskerin juga lu pake ni ingus.

eh tapi gapapa.

Dia bilang gue sama mada cocok.

Aku pun terharu dan menangis ala-ala princess di tempatku berdiri. Air mata ku mengalir deras.

Ada juga orang yang menganggap ku dan mada cocok. Berarti tidak sepenuhnya aku terlalu percaya diri.

"(y/n) lo gak papa kan. Maafin gue ya." Tiba-tiba seaeorang memegang bahu kananku dengan begitu lembutnya.

Aku hanya berharap yang di belakang ku ini adalah adam lepin si satpam tampan c*rrefour.

Tapi semua sirna saat aku melihat rambut ikal manja yang tadi ku incar.
Mada menarik lenganku naik karena tadi aku menangis hingga tertidur di lantai supermarket yang dingin ini.

"Lo kenapa nangis." Tanya mada penuh perhatian dan kini mencoba membenahi tatanan rambutku yang sudah lusuh.

Yaallah bang.

Terus aja bikin jantung eneng sekotjam.

Terus aja bikin eneng lupa caranya napas.

Aku tak menjawab pertanyaan mada. Aku terlalu jatuh dalam bola mata hitam pekatnya yang begitu indah.

Nikmat Tuhan mana lagi yang akan engkau dustakan.

"(Y/n)?" mada memanggilku dengan nada yang menenangkan. Setenang aliran sungai bengawan solo.

Aku tidak menjawab dan kembali sadar bahwa targetku sedari tadi sudah di depan mata.
langsung saja aku mendekat ke arah mada.
Posisi kami hampir seperti orang berpelukan.

Hampir elah

Jangan ngiri dulu.

"Mad." Aku mendongak karena mada memang jauh lebih tinggi dari ku.
Aku menyeringai tajam dan dia hanya mengerutkan dahinya bingung.

"GANTENG BANGET SI BANG RAMBUTNYA. MAU DEH PEGANG."

aku berteriak cukup kencang hingga semua barang di rak sebelah ku berjatuhan dan kantai supermarket ini terbelah menjadi 2 bagian memisahkan antara aku dan mada.

Ya enggaklah.

Emang gua apaan.

"Anying! ah bangke lu (y/n) gila. Wah parah." mada terua menggerutu sambik membersihkan lendir hijau dan bergelembung itu dari rambutnya.

Maafin baim yaallah

Baim tau ini dosa. Tapi baim senang.

Aku tertawa sambil memegang erat perutku yang terlewat sakit ini. Mada cukup jadi hiburanku setelah sedari tadi mereka hanya membuat kepala ku ingin pecah.

"Mad sumpah ya lo harus bersyukur gue kasih tu ingus." Ucapku masih tertawa.
Mada hanya mengangkat dua alis tebalnya yang setebal keset welcome itu.

"Lo ngaca deh. Gara-gara ingus itu rambut lo lurus man!"

Mada dengan teramat sangat buru-buru mencari kaca di los almari pakaian.
Betapa terkejutnya ia saat melihat bayangannya di cermin almari itu.

Seketika maskara hitam mada luntur karena air matanya kini mengalir deras.
Di luar ekspektasinya.

Dia memang menginginkan rambut lurus seperti rambut justin bieber yang seperti akar pohon beringin itu.
Dia ingin seperti justin yang dengan kebaikan hatinya menampung monyet-monyet ragunan untuk bergelantungan di rambut blode badainya itu.

Udah kayak suaka marga satwa tuh rambut si entin.

Tapi kenyataan kadang memang menyakitkan.

Bukannya mirip justin bieber, kini si mada lebih mirip dengan sosok penyanyi legendaris lainnya.







Andika kangen band.

Yolanda

kamu dimana

Dengan siapa

Semalam berbuat apa.....

LOL [TOV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang