hai ^^
bosan ketemu aku? hiks, sedih...
kali ini, aku bawain one shoot. Ini tantangan dari salah satu temanku. Namanya Tep. Kalian bisa mampir juga ke akun wattpadnya Zhuntachi
oke, deh... maaf kalau jelek, ya... maaf kalau absurd!
sumpah, aku kurang bisa bikin cerita beginian, hahaha...
Semua orang mulai terasa asing untukku.
Bukan, bukannya aku ingin mencurigai semua orang disekitarku. Hanya saja, mereka semua seperti tengah membicarakanku. Tatapan mata mereka begitu menyelidik, seolah-olah aku adalah tersangka kasus pembunuhan. Demi Tuhan, tidak bisakah mereka bersikap sedikit ramah kepadaku? Seingatku, sebelum ini, semua orang selalu mengajakku berinteraksi. Tidak ada tatapan menyelidik, pun dengan wajah datar tanpa ekspresi tersebut.
Ah... benar-benar menyebalkan.
Hari ini, aku ada jadwal kuliah. Dengan gesit, kumasukkan semua diktat kuliahku ke dalam ransel yang biasa kupakai. Sebelum berangkat, aku kembali berkaca. Ah, pakaian yang kugunakan hari ini benar-benar manis. Aku sendiri heran kenapa aku bisa mengenakkan pakaian semanis ini. Biasanya aku hanya mengenakkan kaus berlengan panjang dan celana jeans saja. Tapi, saat ini, aku mengenakkan dress selutut berwarna putih dan bandana dengan warna serupa.
Aneh, bukan?
Sama seperti kemarin, ketika aku keluar dari dalam rumahku, semua mata memandangku dengan pandangan menyelidik mereka. Aku sangat risih. Apa, sih, yang mereka inginkan? Kalau ada sesuatu yang mereka ingin sampaikan kepadaku, langsung saja bicarakan. Tidak perlu dengan menatapku sampai seperti itu, bukan? Ada-ada saja!
Mendadak, kedua mataku menatap ke arah rumah bercat hijau tosca yang berada di seberang rumahku. Di sana, sosok seorang laki-laki dengan jaket levisnya tengah bersandar sambil bersedekap di dinding. Laki-laki itu lumayan tinggi. Dia memakai kacamata, hidung yang mancung, bibir tipis berwarna pucat serta kedua mata tegas yang mengarah langsung padaku.
Siapa?
Tidak mau ambil pusing dengan sosok yang baru pertama kalinya kutemui itu, aku kembali melanjutkan langkah. Kemudian, kudengar langkah kaki yang mengikutiku. Saat aku menoleh, aku terkejut.
"Kau? Sedang apa kau di sampingku?" tanyaku dengan nada curiga. Kuhentikan langkah dan kutatap laki-laki itu dengan tatapan dingin.
Aku tidak suka berinteraksi dengan orang asing.
Bukannya menjawab, laki-laki itu justru tersenyum. Dia mengulurkan tangan kanannya, menungguku untuk menyambut uluran tangan itu.
"Tenang saja, aku bukan orang jahat," ucapnya saat dia menyadari kebimbanganku. Kulirik sekilas laki-laki itu dan kuputuskan untuk menjabat uluran tangannya sambil berdeham.
"Tsania."
"Telvano. Kau bisa memanggilku Elvan atau Vano. Apapun yang kau suka."
Aku memutar kedua bola mataku dan mendengus jengkel. Benar-benar sok akrab sekali orang yang bernama Telvano ini. Kutarik tangan kananku dan kembali berdeham. Lagi, aku bisa merasakan semua orang menatapku-kami-dengan tatapan menyelidik mereka.
Ada apa dengan mereka, sih?!
"Sepertinya kau merasa risih."
Aku menatap Telvano dan menarik napas panjang. Sambil memijat pelan pelipisku, aku kembali melangkah dengan Telvano yang berada tepat di sisiku. Apa Telvano berniat mengikutiku sampai ke kampus?