Melanie's POV
hingga pagi hari aku terus berjalan lemas menuju danau. aku tak perduli bagaimana keadaanku, aku tak bisa berfikir apapun tentang ini. ini sangat sulit untukku. semenjak semalam aku berjalan menuju tempat ini hingga aku tiba.
"aku sudah menebak kau ada disini"
aku menoleh kearahnya sebentar tanpa mengatakan apapun. aku pernah memberitahunya tempat favoritku.
"kau terlihat begitu pucat. kau harus beristirahat"
aku tak menjawab apapun.
"aku tak butuh istirahat. aku hanya butuh waktu" kataku lemah. aku berjalan meninggalkannya dengan sisa tenaga yang kupunya. seketika, semua yang ada didepanku menjadi hitam pucat, kepalaku terasa pusing. aku tak tahan menahan berat tubuhku hingga aku terjatuh.
....
aku membuka mataku dengan setengah tersadar. menyadari bahwa aku sedang terbaring diatas kasur dan melihat liam disisiku.
"syukurlah kau sudah sadar" katanya lega. kau hanya tersenyum dan mencoba mendudukkan tubuhku. ia membantuku untuk mendudukkan tubuhku dan menyandarkannya ditempat tidur. "kau harus makan. kau sangat lemah" katanya khawatir.
"aku tak ingin makan" tolakku.
"aku tahu kau patah hati. tapi kau harus makan"
"do you think im hurt?"
"dont you?"
"i dont even broken. i just feel so stupid" kataku sesal.
"do you still love harry?"
"dont say that name in front of me" bentakku kasar. "im sorry" sambungku
"its okay" jawabnya pengertian. "mel, you have a guess"
"who?"
" i dont know" katanya sambil mengangkat bahunya. aku memutuskan untuk menemui tamu tersebut, siapa tahu itu adalah malaikat pencabut nyawa.
"d-dad?"
"my daughter" katanya berjalan mendekatiku
"dont touch me" kataku kesal.
"melanie, aku benar-benar minta maaf"
"dad, why you leave me. alone. without anthing" kataku mulai terisak
"aku hanya tak tahu harus berbuat apa. aku sangat terpukul karna kepergian ibumu"
"apakah aku tak penting dalam hidupmu?" kataku heran
"sejak ibumu meninggal, hanya kau yang kupunya" katanya sedih
"kau tak dapat merasakan penderitaanku. kelaparan, kehausan. kau tak dapat merasakannya"
"im sorry. aku sangat mencintaimu" katanya penuh perhatian. aku benar-benar tak dapat memungkiri bahwa aku juga sangat merindukannnya. aku memeluknya erat penuh kerinduan
"aku juga sangat mencintaimu, im sorry" sesalku terus terisak.
"so now, im your father and you are my daughter" katanya senang
"yes" kataku senang.
Harry's POV
aku bingung harus mencarinya kemana? aku sudah mencardisetiap sudut kota tapi aku tak menemukannya. sejak kemarin, aku hanya berkutik didalam mobilku mencarinya. aku harus menemuinya apapun caranya. aku tak kan membiarkannya pergi. tak akan. aku memutuskan untuk mengunjungi danau walaupun cuaca hari ini sangat mendung. aku merindukan tempat itu. setibaku disana aku menemukan sebuah dompet hitam yang tak lain adalah milik liam. aku bermaksud untuk mengembalikannya. aku menaiki mobilku dan menempuh perjalanan jauh menuju rumahnya. sesampaiku disana. sesosok perempuan sedang melambaikan tangannya pada mobil yang baru saja berlalu. aku keluar dari mobilku dan menghampirinya.
"melanie" kataku pelan
"ha-harry?"
aku memeluknya sangat erat seakan tak akan melepaskan.
"apa yang kau lakukan?" katanya mencoba melepaskan pelukanku
"aku sangat merindukanmu"
"sayangnya aku tidak" katanya masih mencoba melepas pelukanku.
"mel, kau harus mendengarku sebentar saja" kataku sambil menambah kekuatan pelukanku
"lepaskan aku bodoh" rengeknya
"aku tak akan melepaskanmu begitu saja"
"lepaskan aku ata,-
seseorang menariknya menjauh. ia memukul rahangku membuat mulutku mengeluarkan darah
"keep away from her" bentaknya kejam.
"apa urusanmu?" balasku
"karna dia adalah temanku" katanya menunjukku. aku hanya terdiam ditempatku. harry, bisakah kau pelukku lebih lama. tapi aku tak mau kau mencintaiku lagi.
"teman?"
"aku memang berteman dengannya"
"kenapa kau menyembunyikannya dariku?"
"karna ia kecewa dengamu"
"kenapa kau begitu perduli?" kataku. liam hanya tertunduk "aku yakin kau tak bisa menjawabnya"
"KARNA AKU MENCINTAINYA, BODOH" teriaknya kesal. jantungku berdetak tak wajar mendengarnya. liam menyatakannya.
"what? kau mencintaiku sebagai teman bukan?" katanya meyakinkan. liam hanya terdiam sementara aku hanya tertunduk sedih. liam berjalan mendekatiku dan memegang tanganku.
"aku mencintaimu lebih dari seorang teman. maafkan aku. aku tak dapat menyembunyikan" katanya sedih
"but li,-
"kau tak perlu menjawab apapun, aku tahu kau tak mencintaiku. kau masih mencintai harry" potongnya
"aku memang mencitainya. tapi aku akan mencoba untuk melupakannya" katanya tertunduk. no, kau tak boleh melupakanku. aku tak dapat melakukan apapun sekarang, aku cukup stres akan hal ini. akan betapa bodohnya diriku.