The time when we spent together

5.2K 172 65
                                    

Cuma cerita ringan yang cukup membawa perasaan... Cuma ingin menyampaikan sesuatu melalui cerita ini. Happy reading..

Biar afdoldengerin musik di multimedia ya

++++

At Rumah sakit Seoul

Derap langkah kaki para perawat yang berlarian menyambut mobil ambulan yang baru saja masuk adalah suara yang pertama kali di dengar untuk memasuki unit gawat darurat. Secepat mungkin para perawat yang bertugas melarikan bangkar ke ruang penanganan pertama.

Nichkhun yang bertugas siang itu langsung berlari dan membaca laporan yang diserahkan oleh perawat yang melakukan penangan pertama di dalam mobil ambulan.

"Kecelakaan tunggal, dok," ucap perawat itu.

Nichkhun menyerahkan kembali laporan itu dan bersiap memeriksa pria muda yang memgalami kecelakaan. "Bersihkan luka-lukanya, ujarnya seraya mengambil gunting yang diserahkan oleh perawat dan mulai menggunting pakaian pasien itu untuk lanjut memeriksa luka-lukanya.

+++
+++

At salah satu hotel berbintang di Seoul

Hwang Chansung tengah mengamati ballroom yang sedang di hias oleh berbagai macam bunga mawar berwarna putih dan pink. Pita-pita berwarna senada terbentang di langit-langit, mengelilingi lampu kristal. Karyawan yang lain sedang menata meja dengan bunga-bunga. Di meja panjang yang terletak di sisi kanan ruangan terlihat para asisten koki sedang menata makanan-makanan manis di sana.

Chansung tersenyum puas, lalu berjalan ke sekretarisnya. "Apa bandnya sudah selesai memasang soundsistem?"

Wanita cantik dengan perawakan tubuhnya yang tinggi menoleh ke arah Chansung, lalu mengangguk. "Baru saja selesai."

"Bagus. Pastikan semuamya berjalan sempurna. Ini pesta ulang tahun yang penting untuk hotel kita."

"Ya, manager Hwang."

"Miss..." Mereka berdua menoleh ke arah laki-laki yang memanggil wanita itu. "Ada masalah dengan salah satu lampu sorotnya."

"Apa?" Chansung mengeraskan ekspresinya. Tidak. Semua harus dalam keadaan sempurna. "Cepat cari cara untuk memperbaikinya."

+++
+++

At Pengadilan Negeri Seoul

Suasana menjadi riuh ketika pengacara terdakwa mengumumkan bukti-bukti yang menyatakan bahwa kliennya sama sekali tidak bersalah. Sang suami sedang berada di tempat kerja ketika istrinya mati bunuh diri dengan menembakkan senapan berburu miliknya tepat di kepala. Sidik jari sang suami tidak ditemukan di senapan itu. Sang istri menembakkan sendiri kepalanya.

"Diam..semuanya diam.." Hakim yang memimpin persidangan itu memukul palunya beberapa kali sampai semua yang hadi itu pun diam tidakbersuara.

Kim Minjun, jaksa penuntut di dalam persidangan itu berdiri di tempatnya, berjalan ke tengah-tengah ruangan dengan mata terus tertuju pada terdakwa.

"Yang mulia Hakim. Aku menemukan sesuatu yang mengganjal dari bukti kehadiran terdakwa di tempat kerjanya. Terdakwa memang terbukti masuk kerja dan pulang di jam yang seharusnya. Tapi, ada sesuatu yang salah. Bagaimana mungkin terdakwa berada di dua tempat yang berbeda? memang ada orang yang melihatnya sedang bekerja, tapi apa mereka melihatnya di jam terbunuhnya sang istri?"

"Aku memang berada di tempat kerja, bukankah rekan kerjaku sudah membuktikan bahwa dia melihatku?" bantah sang terdakwa.

"Melihat bayanganmu." Minjun mengeraskan suaranya. "Yang saksi lihat hanyalah bayangan di bilik kerjanya yang mana bayangan itu adalah bayangan sebuah balon. Kau meniupkan balon di bilikmu yang besarnya menyerupai besar manusia, lalu pulang ke rumah untuk membunuh istrimu. Setelah selesai membunuh kau kembali ke kantor dan menghilangkan bukti. Tapi, kau lupa untuk melenyapkan satu bukti. Bukti hidup yang kau lupakan."

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang