PART 2

4.2K 214 3
                                    

 "selambat lambatnya perasaan itu datang, tetap saja dia akan datang dan menghancurkan segala keinginan dan impian yang dibangun seseorang, perasaan takut untuk memulai, aku benci itu"

[perfect revision] 
02.06.17 

     Pagi ini keshya akan sekolah, ia mempunyai niat untuk minta diantar oleh kedua orang tuanya, walaupun ia tau jawabanya pasti masih sama seperti pagi pagi biasanya, dan Keshya memutuskan untuk tidak melakukan hal bodoh yang ia sudah tau akan membuatnya lagi lagi terpuruk.

     Bi jumah diperintah oleh kedua orang tua keshya untuk memanggil keshya ke ruang makan, biar pun keluarganya tidak peduli pada Keshya, tetap saja setiap jam makan ia akan dipanggil, jika makanan bi Jumah kurang untuk porsi makan mereka, maka Keshya lah yang akan diperintahkan membantu bi Jumah memasak . 

     "Non, non keshya dipanggil nyonya dan tuan ke ruang makan" bi Jumah sedikit berteriak diluar kamar sambil mengetuk ngetuk pintu, agar Keshya yang didalam mendengarnya.

     "Iya bi, bentar masih pake sepatu" ucap Keshya.

     Beberapa detik kemudian keshya keluar kamar dan tersenyum kepada bi Jumah, dan lihatlah Bi Jumah, berusaha Tersenyum terhadap apa yang Keshya alami 'Nona cantik yang malang, mengapa hidup dia sesengsara ini, setegar tegarnya dia, pasti dia sering menangis' batin bi jumah yang melihat keshya berlalu darinya

     "Pagi bun yah kak tasya kak yasya" sapa keshya dengan senyuman khasnya, lebih tepatnya ia berusaha menutupi kesedihannya, dengan senyuman itu.

     "Hmmm" jawaban yang keshya terima dari semua saudaranya hanya itu, kalian bertanya, apakah itu? jawabannya ya.

     Keshya melangkahkan kakinya yang baru saja turun dari tangga sambil berkata "hmm.. Enak banget baunya, pasti enak"

     Belum saja keshya menempelkan pantatnya di bangku meja makan sudah dikomentari oleh Tasya "Aduh, keshya kamu itu duduk dulu dong baru Comment" ucap Tasya yang mengomentari Keshya, keshya yang tadinya melangkahkan kakinya seketika berhenti karena ucapan Tasya.

     "Bener tuh, guru lo apa gapernah ngajarin sopan santun?" celetuk Yasya yang tampak membela Tasya, Keshya melirik ayahnya yang sepertinya akan ikut ikut mengomentari Keshya, Keshya menghela nafasnya,akan kah ia terus seperti ini?

     "Betul itu keshya, perasaan bunda dan ayah nggak pernah ngajari kamu kaya gitu contoh dong kakak kamu tasya" benar bukan, ayahnya pasti ikut mengomentari Keshya, itu sudah tontonan Keshya setiap hari.

     Keshya yang kini mencoba menghela nafas, dan menarik ujung bibir Keshya, membentuk sebuah senyuman.

     "Baiklah kalau seperti itu aku nggak usah sarapan, aku mau berangkat aja" ucap Keshya yang tampak mengulurkan tangannya untuk salim kepada ayahnya namun tidak dibalas oleh ayahnya, dan tampak lagi lagi keshya menghela nafas panjang panjang, lalu ia berganti posisi untuk mengulurkan tangannya ke bundanya namun, masih sama.

     Keshya tampak menahan air mata. Namun nihil, butiran butiran bening berhasil keluar dari mata cantik keshya. Keshya berjalan menuju halte untuk menunggu bus yang akan datang, air matanya tak kunjung berhenti terus saja mengalir. 

     "Ya tuhan, sesakit inikah rasanya'hanya itu yang bisa ia ucapkan dalam hati, Rasanya ia ingin teriak sekencang kencangnya, melepaskan penat yang ia rasakan sejenak, dimanakah?

KESHYA (케시야)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang