Beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba, sebuah perusahaan percetakan membuka lowongan pekerjaan. Kali ini Abdullah (pemuda desa) mencoba melamar jadi pegawai perusahaan tersebut. Alhasil, Abdullah diterima untuk bekerja di percetakan itu.
Banyak catatan menarik dari pemuda itu saat proses wawancara, pemuda itu pernah dihadapkan dengan pilihan yang sulit yaitu memilih kuliah gratis atau daftar akademi militer. Namun ia memilih opsi kedua. Dengan harapan bisa mengabdi pada negara.
Kehidupan keluarganya sangat sederhana. Sang ayah hanya bekerja sebagai sopir panggilan dan ibundanya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dengan kondisi ini, pemuda itu gigih dalam mencapai impiannya.
Akademi militer, sejak kecil ia genggam mimpi itu. Demi impian tersebut, pemuda ini selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya.
Prestasinya di sekolah cukup mengesankan. Dia peringkat 6 paralel, rata-rata nilai rapor 80 serta banyaknya sertifikat kepanitiaan.
Pada tahap awal penyisihan regional dia dinyatakan lolos dan berhak melaju ke tahap selanjutnya. Bahkan sempat berlatih di bumi Marinir Karang Pilang Surabaya. Sayang, setelah dinyatakan lolos berkali-kali. Akhirnya impian itu kandas saat ia dinyatakan gugur pada tahap akhir seleksi. Namun impian seragam TNI melekat di badan masih kuat. Mimpi yang sudah dirajut mulai kecil tak mudah patah sesaat. Secara diam-diam, ia bermaksud mencoba seleksi dan selalu mempersiapkan segalanya untuk seleksi Akademi Militer mendatang.
Yang sangat mengesankan, ia sekarang tampil berbeda dari penampilan saat SMA yang diceritakannya awal wawancara.
Saat SMA ia dikenal pribadi yang pintar, aktif dan punya komitmen yang kuat, kini sosok yang sama muncul. Namun semakin matang dan penuh kepribadian. Sikapnya tegas, kerjanya lugas, duduknya tegap serta disiplin tinggi. Ia selalu datang kerja paling awal dan selalu siap diberikan tugas apa saja.Entahlah,.. Ia menyadari perubahan ini atau tidak. Yang pasti ia sekarang tampil penuh dengan kewibawaan. Satu hal sang pemilik usaha yakin bahwa proses militer secara tidak langsung berkontribusi membawa perubahan dalam dirinya. Training militer yang diikutinya telah meninggalkan bekas dalam kesehariaanya. Walaupun ia gagal dalam seleksinya.
Seperti pemuda itu, setiap tahun seorang Muslim juga mengalami latihan yang berat yaitu bulan Ramadhan. Bulan dimana kita berlatih mengolah nafsu, ego, pikiran, kesabaran, keikhlasan dll. Dengan kata lain Ramadhan sebagai bulan kaum Muslimin untuk menjadi...
Sebagai bulan yang penuh akan ujian dan cobaan. Seharusnya ada hal yang membekas di hati kita. Baik membekas dalam perilaku, lisan, pikiran, ibadah dll meski Ramadhan telah meninggalkan kita. Jika seiring berjalannya waktu adanya krisis keimanan, maka Ramadhan mendatang adalah saat paling tepat untuk menikmati prosesnya kembali.
Selain puasa ramadhan yang wajib kita lakukan. Ada banyak sunnah lain yang baik ketika kita lakukan. Tak terasa Ramadhan sudah jauh meninggalkan kita dan semakin menjauh.
Bagaimana dengan jejak Ramadhan dihatimu? Masihkan jelas terlihat? Atau sudah pupus di terjang zaman?
Mari kita renungkan jejak itu. Sudah seberapa berhasil training Ramadhan yang kita lalui? Sudah membekaskah di ibadah kita saat ini? Membekaskah di lisan kita saat ini? Membekaskah di perilaku kita saat ini? Ataukah membekaskah di hati kita saat ini?
Sanggupkah kita mencari jejak itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng Illahi
SpiritualSebuah gambaran Muslimin yang terjadi di fase ke-4 dunia akan berakhir. Dimana seseorang yang selalu memegang teguh sunnah Nabi Muhammad SAW. Semoga anda tidak merasa sendiri, karena Allah SWT sangat dekat dengan kita.