"It's the way you walk,
The way you talk,
The way you make me feel inside
It's in your smile, it's in your eyes"Daydreamin' - Ariana Grande
××××××××××××××××××××××××××××××××
"Buruan napa, Sha! Itu Rama udah nungguin lo dari tadi tau gak,"
Duh, suka bingung deh sama kak Dimas. Hobi banget ya neriakin orang.
"Iyaaa kak sabar. Gue juga udah siap kok," kata gue sambil ngaca di cermin yang cukup besar di dinding kamar. Merapikan seragam putih abu-abu gue, dan menyapu poni gue yang tadinya teruntai ke bawah. Mata gue tidak sengaja terpaku pada suatu kertas foto yang tertempel pada cermin. Di sana terpampang foto wanita paling tangguh yang pernah ada.
"Aku berangkat dulu ya, Ma" ujar gue lalu mengecup foto itu singkat. Gue langsung melangkah ringan keluar kamar lalu turun tangga. Sembari turun tangga gue merasakan handphone gue bergetar.Ternyata Rama nelfon gue.
Yaelah apalagi sih nih orang. Sabar dikit napa.
"Apa?" Tanya gue singkat. Dia gak sadar gue udah di luar rumah.
"Lo kemana aja sih, Tash? Ini udah jam 6 lewat loh. Lo mau kita telat? Lo gatau kan gimana bawelnya Pak Budi pas kita telat waktu itu? Dia bilang kalo ki--" gue nutup mulut Rama yang bawel itu dari belakang pundaknya. Dia kaget liat gue udah ada di belakangnya dengan tatapan sinis. Lalu dia hanya menyeringai.
Ya, menyeringai.
Dan sialnya dia hampir bikin gue mati karena seringaiannya dia itu.
Bodoh, gue tiba-tiba diem dan salah tingkah.
Rama kelihatannya bingung melihat gue yang tiba-tiba diem.Oh, God. Gue ga tahan ngeliat senyumnya itu. Plis siapapun sadarin gue kalo dia bukan siapa-siapa gue. Please.
"Tash?" Panggilnya sambil melambaikan tangannya di depan muka gue.
Gue bagai tersengat lebah tiba-tiba bangun dari dunia khayalan gue.
"Tash lo kesambet suster ngesot ya, tiba-tiba diem gitu?"
Gue menggeleng cepat, mencoba mengontrol emosi gue sebisa mungkin.
Dan gue mikir apa hubungannya gue dengan suster ngesot.
"Apaansi lo. Udah yuk buruan, telat nih" ujar gue ketus, berusaha menyamarkan degup jantung yang begitu kencang di dada gue.
Gue langsung naik ke motor milik Rama dan duduk di belakangnya. Wangi parfum khasnya tercium sedetik setelah gue berhasil duduk sempurna di boncengannya. Ah, gila. Bisa makin gila gue lama-lama.
Rama pun menancapkan gasnya menuju sekolah gue dan Rama. Kita satu sekolah, kita sama-sama jadi si anak baru kelas 10 yang masih gatau apa-apa.
-----------------------------------------
Rama Firmansyah. Temen gue, atau bahkan sahabat gue, yang udah gue kenal sejak gue masih SMP.Saat itu gue dan Rama belum jadi sedekat ini. Gue kenal Rama, dan Rama cuma 'tau' gue. Sejak SMP, Rama selalu terkenal dengan kemahirannya bermain basket. Bahkan gue pikir dia the most wanted boy di SMP gue. Dia pergi tanding ke mana-mana mewakili sekolah dan terus-terusan menang. Namanya selalu terucap dari bibir teman-teman seangkatan gue, bahkan banyak banget adik kelas dan kakak kelas yang naksir dia. Gaada satupun 'gadis bernyawa' yang gak kenal sama 'Rama Si Anak Basket'. Lo bisa bayangin kan betapa populernya dia?
Ya, Rama dengan rambut berjambulnya yang berwarna coklat gelap itu pasti selalu bisa bikin hati semua gadis melayang, sih. Belum lagi senyumnya yang akan memamerkan lesung pipinya itu.
Tapi saat itu gue gak begitu tertarik sama dia, ga kayak sebagian temen cewe gue yang bahkan memasang wajah manis Rama menjadi lockscreen gadget mereka.
Bahkan ada sebagian temen gue yang tiap pagi kerjaannya mengirimi Rama surat. Mereka menyisipkan surat yang entah apa isinya ke dalam kolong meja Rama sebelum bel masuk berbunyi. Entahlah gue gak begitu peduli. Waktu itu gue ngerasa mereka yang terlalu mengelu-elukan Rama itu lebay banget.
Sampai akhirnya tatapan itu benar-be nar ditujukan untuk gue.
Senyum itu sungguhan buat gue.
Gue terjatuh, gue kaku.
Gue sadar, selama ini gue lah yang salah besar.-------------------------------------------------------------
Haaii! Gimana cerita ini? Semoga pada suka dehh:)Btw aku masih penulis amatiran hehe jadi mohon dukungannya dengan ngasih vomment kalian yaa!
Support dari kalian berarti banget loh!!
Makasiiihh:)
All the love, A.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 : 26 AM
Teen FictionDi saat semua mata terpejam, semua jiwa terlelap dalam tidur mereka. Mata gue ini malah terbuka. Menatap kosong dinding langit kamar gue yang rasanya begitu hampa. Kalo lo nanya kenapa, ya jawabannya adalah karena lo. Iya, lo. Lo yang jadi tempat s...