Riana, gadis ini tinggal di kota bernama "Justice". Tapi ironis sekali kenyataan nya, kota ini jauh sekali dari keadilan. Tapi Riana tidak pernah tau siapa yang mengontrol kota itu, karena peraturan konyol itu. Peraturan, dimana warga kota tidak boleh keluar setelah jam setengah 12 malam.
Jangan kira tidak ada yang mencoba, banyak yang mencoba untuk terjaga di luar rumah setelah jam 11, tetapi entah bagaimana menurut cerita orang-orang mereka kembali lagi ke rumah mereka masing-masing dan terbangun di pagi hari nya lupa akan kejadian itu.
Pagi ini, Riana akan bekerja di toko roti yang dekat dengan rumah nya. Toko roti itu bernama "Maam's Favorite", salah satu alasan kenapa Riana memilih bekerja disini adalah karena tempat ini memiliki kesan yang homey.
Yup, Riana memiliki beberapa teman kerja seperti Becky, Mirah, and Saloni. Bos mereka, Riana tidak tahu namanya ia hanya menyuruh Riana untuk memanggil nya "Ma'am". Riana sempat bertanya kepada teman kerja nya siapa nama asli Ma'am tetapi mereka hanya berkata "nanti ada waktunya" setiap saat.
Di saat itu ia memutuskan untuk tidak lagi bertanya apa-apa dan memendam semua pertanyaan nya sendirian.
Hari ini toko roti ini buka jam 08.00 - 17.30, karena hari ini Minggu. Jika hari Senin-Sabtu , toko buka dari jam 07.00-18.00.
"Morning everyone!" Ucap Riana sambil membuka pintu toko roti dan membuat lonceng di pintu berbunyi.
"Ugh" Ucap Becky, manusia yang satu ini memang selalu bete tetapi sebenarnya ia punya sisi baik dan lembut, kalau tidak punya mengapa ia memilih bekerja disini dibanding tempat membuat tato. Oke,kuakui itu rasis.
"HELLO RY!" Teriak Saloni gadis periang yang suka sekali dandan dan menghias kuku, personalita nya yang flirty pun cocok dengan suaranya yang high pitched. "Hi, Lony!" Balas Riana dengan riang.
"Riana, ayo masuk ke dapur bantu aku disini" Ucap suara keibuan yang dimiliki oleh tidak lain dari Mirah, wanita paruh baya ini memilih untuk tetap bekerja di toko roti ini. Pernah sekali aku menawarkan diriku untuk memanggilnya Ma'am. Tetapi dia bilang untuk hanya memanggilnya Mirah saja.
Hari di toko itu berlalu begitu saja seperti biasanya, tetapi Riana seperti biasa ingin cepat-cepat pulang agar bisa ke rumah Freddie, teman nya. Teman nya ini berprofesi sebagai tukang kayu, karena kebiasaan nya pergi ke hutan ia jadi mempunyai pengalaman yang tidak biasa dan pengetahuan yang kebanyakan orang tidak tahu.
Maka itulah perbedaan umur tidak membuat Riana gadis yang ingin tahu segalanya, dan Freddie yang bisa memberikan Riana jawaban atas pertanyaan nya untuk berteman.
"Kriinggg" seperti bel sekolah, itu tanda nya waktu bekerja sudah habis. Dengan sigap Riana mengambil tas nya dan coat nya, saking terburu-burunya ia sampai menabrak meja pelanggan.
"Hati hati nakk!" Teriak Mirah khawatir. Riana hanya menyunggingkan senyum gigi nya dan menggaruk-garuk tengkuk kepalanya sambil berjalan keluar dari toko itu dan bergegas ke rumah Freddie.
Perasaan Riana sangat senang begitu melihat rumah Freddie di ujung jalan dekat hutan. Tetapi perasaan senang itu, tertutup sedikit dengan perasaan.. Riana juga tidak tau apa arti perasaan itu.
YOU ARE READING
Downtown
Teen FictionRiana, terjebak di sekumpulan orang yang menyebut diri mereka "downtown"