Emma Heart Phillia

16 1 0
                                    

Di suatu wilayah dekat kota london, terlihat padang rumput yang masih luas nan indah, angin yang berhembus kian membawa wangi rumput hijau yang segar, hal ini wajar terjadi di musim semi pada tahun 1911

Dari kejauhan di jalanan dekat pepohonan terlihat seorang remaja wanita dengan baju dres kelasik yang masih tren di era 1910, mirip dengan baju fashion yang dipakai para penumpang kapal titanic yang tenggelam di tahun 1912 silam.

Terlihat remaja wanita itu sedang menenteng tas kecil di tangan kirinya dan payung putih di tangan kanannya

Emma: .... sudah lama sekali aku tidak kembali ke sini, rindu rasanya dengan kota ini (memasang senyum simpul)

Emma: ..... (termenung sejenak)
Emma: maafkan aku mark.. aku harus ingkar janji, rasa bersalahku akan selalu menghantuiku bila aku tidak menebus dosa terhadap mereka

Sesampainya di kota london emma langsung mencari pasar tradisional di daerah yang dulu sering ia kunjungi untuk mencuri bersama mark. Perasaan takut dan gelisah mulai merasuk ke pikirannya, namun ia berusaha untuk menampik dan memberanikan diri

Emma: di...dimana pasar pasar yang ramai waktu itu? Kenapa hanya ada pertokoan disini?

Emma melihat seorang pengemis di pinggir jalan dekat gang kecil daerah toko roti, emma berjalan ke arahnya dan pengemis itu mulai meminta minta

Pengemis: nona yang cantik, kasihanilah saya, matahari sudah tenggelam dua kali namun saya belum mendapatkan makanan sedikitpun, tolonglah saya nona

Emma mulai simpatik dan mengeluarkan uangnya dari dalam tas kecilnya

Pengemis: Puji Tuhan. Semoga Tuhan memberkatimu nona

Emma senang melihat senyum bahagia terpancar dari pengemis itu

Emma: apakah bapak melihat pasar tradisional di daerah ini?
Pengemis: pasar tradisional? Apakah nona sudah lama tidak berkunjung ke kota ini lagi? (Terheran)
Emma: ... maksud bapak?
Pengemis: pasar tradisional di sini sudah hilang sepuluh tahun yang lalu dan berganti menjadi pertokoan

Emma: hah! Apakah itu benar pak!?
Pengemis: ya aku tidak berbohong, untuk apa aku berbohong terhadap orang yang sudah menolongku?

Emma termenung dan kecewa, mukanya mulai terlihat gusar

Pengemis: apa yang terjadi nona? Kenapa kau tampak gusar? Adakah yang bisa ku bantu? (Resah)

Mulut emma membisu sejenak dan sulit mengutarakan alasannya ke pengemis itu namun ia tetap paksakan menjawab

Emma: aa....aku sebenarnya sedang mencari para pedagang yang dulu berjualan di sekitar sini
Pengemis: ada keperluan apa nona mencari mereka?

Emma mulai membisu lagi dan kali ini ia benar benar tidak bisa menjawab pertanyaannya

Pengemis: ......., baiklah mungkin ini bukan urusanku maaf bila saya telah lancang nona, aku tau dimana para pedagang itu sekarang

Emma terkejut

Emma: di..dimana mereka pak!?
Pengemis: mereka sudah berpencar ke seluruh penjuru london. Ada yang menjadi penyemir sepatu, pembantu, tukang cukur rambut, kusir delman dan bahkan pengemis seperti diriku
Emma: mengapa mereka tidak berdagang lagi pak?
Pengemis: dagangan mereka mulai bangkrut karena para pembeli mulai beralih membeli barang dan makanan ke pertokoan yang lebih nyaman dan tertata. Sama seperti diriku

Emma: tu..tunggu! Tadi kau bilang apa pak?
Pengemis: ya seperti diriku, nona. Dulu aku penjual roti dan aku sekarang menjadi pengemis

Emma terkejut dan mulai bingung, ia mulai sadar kalau pengemis itu mirip dengan pedagang roti yang waktu itu rotinya sering ia curi bersama mark sewaktu kecil. Emma mulai bimbang dan gelisah, ia mulai takut dan berlari meninggalkan pengemis itu

Pengemis: no..nona! Apa yang terjadi?! Nona!

Emma berlari ketakutan tak tentu arah

Emma: "a...aku....aku tidak menduga kalau pengemis itu yang waktu itu memukuliku dan mark... aku memang bersalah sudah sering mencuri roti dagangannya tapi ........... aku tidak ada sanggut pautannya dengan kenapa ia bisa bangkrut dan menjadi pengemis seperti itu" (bicara dalam hati)

Tak terasa ia sampai ditaman kota, lelah berlari emma duduk di bangku taman kota. Peluh mulai membasahi pakaiannya, ia termenung dan bingung harus berbuat apa, emma teringat kembali akan sosok mark, kalimat terakhirnya mulai terngiang di benaknya

Mark: "APAPUN YANG TERJADI!! JANGAN PERNAH KAU MENGINJAKAN KAKI MU KESINI LAGI EMMA!!!!"

Emma: ...........
Emma: aku punya dua pilihan
Emma: lari dari kenyataan
Emma: .............
Emma: atau....

Emma mulai beranjak dari bangkunya

Emma: atau tetap berdiri menghadapinya

Matahari mulai tenggelam, dengan lesu emma mulai mencari penginapan, ia menemui penginapan tua di pinggir jalan dekat pepohonan rindang disamping perkebunan jeruk. Bunyi gemerincing lonceng terdengar saat emma membuka pintu, terlihat Receptionist cantik yang melihatnya

Receptionist: selamat datang di penginapan kamii
Emma: aku ingin menginap selama seminggu adakah tempat yang masih kosong? (Ujarnya dengan lembut bercampur lemas)
Receptionist: tentu ada nona yang cantik, anda ingin menginap di lantai berapa?
Emma: umm.. apakah di lantai atas ada pemandangan yang indah?
Receptionist: oh tentu ada nona, pemandangan alam yang kami sajikan di luar adalah yang terbaik di london utara hahaha
Emma: baiklah aku pesan ruangan di lantai atas
Receptionist: saya harap anda menikmati penginapan kami nona, ini kunci ruangan nomor 31 mohon tunggu sebentar pelayan kami akan mengantarkan anda keruangan yang anda pesan
Receptionist: maaark! Maaaark! Cepat kesini!
Emma: m..mark?!!!! (Terkejut)

Emma melihat pelayan tua dengan berjalan ke arahnya, ia memakai baju khas pelayan dengan sepatu hitam, kulitnya berwarna hitam dengan janggut yang memutih

Mark: ada apa Lenny?
Receptionist: tolong antarkan nona ini ke rungan nomor 31

Emma sedikit terdiam melihat pelayan itu, ia mulai teringat teman kecilnya bernama mark

Emma: "kenapa namanya mark? Kenapa harus mark?" (Berbicara dalam hati)

Pelayan: mari nona, saya antarkan (senyum simpul)
Emma: eh? ba...baik

Pelayan itu mengantar emma menuju ruangan di lantai dua, di tengah tengah jalan si pelayan mencoba memecah suasana dengan berbasa basi

Pelayan: umm...nona, malam ini angin sedikit kencang, jangan lupa menutup jendela agar tidak dingin
Emma: ..... (terdiam)
Pelayan: .....

Pelayan itu mulai terdiam juga karena tidak mendengar tanggapan emma, sesampainya di ruangan nomor 31

Pelayan: nah ini dia ruangannya nona, makanannya ada di meja disebelah sana, kasurnya sudah tertata dan air hangatnya sudah saya siapkan, silahkan menikmati penginapan kami (senyum simpul)

Emma masih terdiam

Pelayan: ..... (melihat emma)
Pelayan: saya permisi dulu (senyum)
Emma: m..mark..
Pelayan: ya nona?
Emma: apakah kau tau dimana tinggalnya tukang sayur, tukang roti dan semua pedagang yang dulu pernah berjualan di pasar tradisional di kota highbury london utara?

Si pelayan bingung akan pertanyaan yang dilontarkan emma

Pelayan: ...... umm.....maafkan aku nona, tapi aku tidak mengetahuinya
Emma: begitu ya...
Pelayan: .....
Pelayan: tapi aku memiliki kerabat bernama jean, dia dulu pernah berdagang di sana, sekarang ia menjadi tukang penyemir sepatu di kota woolwich london tenggara
Emma: bi...bisakan kau antarkan aku ke tempat dia berada?
Pelayan: .....baiklah nona, tapi hari sudah malam, bagaimana bila kita kesana besok pagi
Emma: y..ya baiklah..
Pelayan: ...... kalau begitu saya permisi dulu nona (senyum)

Lalu si pelayan itu meninggalkannya, emma mencoba mencari suasana dengan melihat pemandangan di balik jendela, terlihat sinar jingga menyelimuti pepohonan yang bergerak lembut karna angin tertiup angin

Emma: .........
Emma: aku......aku pasti bisa menebus dosa dosaku (menggenggam telapak tangan)

-To be continued-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Emma Heart PhilliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang