"Bunda, tahukah kau mengapa tahun baru penuh dengan kembang api?" Kata seorang anak kepada ibunya di tempat tidur.
"Mengapa engkau bertanya akan hal itu, Nak?" Jawab sang bunda sambil menarik selimut anaknya tanda akan tidur.
"Aku hanya penasaran Bunda. Mengapa pergantian tahun selalu identik dengan kembang api. Aku melihatnya tahun lalu. Dan tahun lalunya lagi. Aku juga melihatnya di televisi bagaimana indahnya menara Eiffel dengan latar kembang api kala tahun baru datang. Begitu juga dengan Monumen Nasional. Dua bangunan yang menjulang tinggi ke langit itu seolah ingin menangkap sang kembang api. Mungkin karena mereka indah. Layaknya lukisan di langit malam."
Sambil mengusap-usap dahi sang anak, bunda bertanya, "Sepertinya kau sangat suka sekali dengan kembang api? ..."
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, sang anak dengan semangat menjawab pertanyaan ibunya, "Iya Bunda. Benar sekali. Aku sangat suka dengan kembang api. Mereka bersinar. Punya banyak warna. Punya suara yang membuat jantungku berdegup. Tapi tahukah Bunda bahwa aku tak mau menjadi kembang api?"
Pertanyaan sang anak tersebut membuat dahi bunda mengkerut tanda kebingungan. Kemudian bunda mengakhiri kebingungannya dengan sebuah pertanyaan.
"Kenapa?"
"Karena aku tak mau menyiksa diriku sendiri untuk kebahagiaan orang lain."
Jawab sang anak membuat bunda tersenyum.
"Nak, pernah kah kau mendengar dongeng tentang tahun baru?"
"Hmm.. aku belum pernah mendengarnya Bunda. Maukah Bunda menceritakannya padaku?"