Ia adalah Alice, dan sekarang ia tengah berjalan bersama March Hare.
"Kau tahu, Alice! Aku duduk di sana sejak semalam, dan tidak ada yang datang! Hanya kau yang datang—benar-benar di dalam ekspetasi eh, The Duchess itu? Aku tidak tahu dan hanya dapat bertanya-tanya bagaimana seandainya kami bertukar? Bagaimana menurutmu, Alice?"
Alice memijat pelipisnya, March Hare belum berhenti berbicara sejak ia menemukannya. Selalu melompat ke sana dan kemari dengan semangat, beberapa kali jatuh kepala terlebih dahulu menembus dinding labirin Wonderland dan kembali tegak seolah lukanya bukan apa-apa, beberapa kali tersandung lalu bersalto untuk kembali berdiri; pemuda ini terlalu aktif.
Telinga kelinci milik March Hare menegak ketika ia mendengar Alice menghela napas.
"Ada apa, Alice? Lelah? Hei, apakah kau sudah tidur?" March Hare mundur beberapa langkah untuk berjalan di samping Alice, sepasang iris sewarna bayangan mengintip dari balik helai-helai rambut sekelam tinta. Sekilas, sesuatu dalam mata itu berkilat berbahaya.
Dan Alice tersentak kembali ke dunia nyata.
The Duchess sudah memperingatinya tentang White Queen yang seorang heterokromania dan Red Queen yang memiliki rambut sewarna senja. Tentang Knave of Heart yang berambut gelap dan menatap segalanya dengan tatapan setajam belati. Tentang White Rabbit yang berambut hitam namun berbulu putih. Tentang Mad Hatter yang irisnya sewarna badai. Tentang Chesire Cat yang bisa menghilang dan mengacau pikiran Alice dengan kata dan kata. Tentang orang-orang berpita biru seperti dirinya—pemilik pita biru seperti seorang 'Alice'.
Tetapi The Duchess tidak memperingatinya tentang March Hare.
Tetapi The Duchess tidak memperingati Alice tentang March Hare, seorang kelinci hitam yang berwarna merah dari atas ke bawah. Apakah itu berarti March Hare dapat dipercayai?
Alice baru saya menyuarakan pikirannya keras-keras.
"Bukankah itu tergantung seorang Alice untuk memutuskan?"
"Kau terlalu dekat," Alice mendorong kepala March Hare menjauh dari kepalanya sendiri.
Sepertinya March Hare punya kebiasaan untuk menginvansi jarak pribadi orang lain. Alice bertanya-tanya apakah pemuda ini tidak merasa kaku bila bercakap-cakap dengan pemuda lain seperti Chesire Cat. Ah, tetapi Alice tidak begitu peduli, memangnya March Hare siapa?
March Hare.
... siapa?
March. Ha—?
Sesuatu dalam kepala Alice menyentak hebat.
Apa? Apa?
Seharusnya ada lanjutan dalam kalimat itu, bukan '—re', bukan 'Kelinci'. Sebuah nama melesat naik dan turun, di ujung tenggorokan Alice, namun tidak ada yang meluncur keluar.
"Eh, eh eh!?" March Hare melambaikan kedua lengannya dengan cepat, berusaha melepaskan tangan Alice yang mencengkram wajahnya dengan kekuatan yang hampir mustahil dimiliki seorang gadis kecuali bila gadis yang dimaksud sedang murka luar biasa.
Setelah March Hare berhasil melepaskan tangan Alice, pemuda itu mengelus hidungnya yang memerah, cemberut. "Jangan salahkan aku, Alice. Aku terbiasa melihat orang dari jarak dekat suapa aku dapat mengamati mereka dari dekat, dan aku ingin dekat dengan mereka, jadi secara teknis aku haaaaaruuuuuuuus sangat dekat dengan mereka," March Hare menyeret kata tersebut untuk penekanan. Telinga kelincinya bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Dan Alice kami tidak se-ekspresif dirimu. Sungguh hebat, The Duchess itu."
Alice merasa bahwa ia baru saja ditodong pistol di kepalanya.
Kalimat Chesire menggema di dalam kekosongan, "Alice! Perkenalkan, ini Alice!"
Kata demi Kata March Hare membahana dalam gelap, "Dan Alice kami tidak ekspresif."
Alice, Alice, dan Alice.
Alice, Alice dan ... Alice?
Tiga Alice?
Alice?
Siapa pula itu Alice?
Gadis itu berhenti berjalan. Tudung hijau menutupi wajahnya ketika ia mencengkram kedua sisi kepalanya, kedua mata cokelat tua terbuka lebar, penuh dengan horor dan teror yang tak terlihat, bibirnya terbuka, lalu menutup. Berbagai informasi melayang keluar, mengambang di udara, terlepas dari memorinya. Apa yang ia ingat? Apa yang bisa ia ingat?
Ia adalah seorang gadis, dan sekarang ... apakah ia adalah seorang Alice?
Ia tiba di pintu masuk Wonderland, tanpa ingatan, dengan satu perintah. Darimana ia bisa yakin ia adalah Alice? Semua orang memanggilnya Alice, tetapi apakah dengan itu saja ia bisa yakin bahwa dirinya adalah Alice? Bukankah Wonderland seharusnya menyambut Alice? Lalu mengapa Wonderland mencoba membunuh Alice? Apa yang terjadi?
Ceritanya rusak, ia bahkan tak mengerti apa yang ada di hadapannya lagi.
Di sisinya, March Hare menyeringai.
"Nah, nah, nah, Alice, ceritanya tidak akan seru bila mentalmu patah begitu saja sekarang, kan? Aku percaya orang yang seharusnya merusak mentalmu adalah Chesire Cat, bukan March Hare, karena March Hare seharusnya lebih gila dari Mad Hatter. Iya kan, Alice?"
March Hare berjongkok, memandang gadis di sisinya dengan senyum lebar. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berseru. "ALICE!" teriak March Hare, mengejutkan gadis di sampingnya.
Lagi-lagi Alice tersentak ke dunia nyata.
Gadis itu menunduk, menatap March Hare yang tersenyum miring.
Semua pikirannya mendadak menghilang, kepalanya kosong, dan Alice dapat kembali terfokus dengan March Hare yang berdiri di hadapannya. Helai-helai rambut sekelam tinta menutupi iris hitam yang menatap lurus ke tengah kolam cokelat tua yang membesar.
Kemudian begitu, hanya begitu saja, Alice kembali ingat siapa dirinya.
"Sudah lebih baik, Alice? Maaf, maaf, White Rabbit sudah memberitahuku untuk tidak menyinggung hal itu, karena aku bukan Chesire Cat, dan hanya Chesire Cat yang dapat mengacau pikiran seorang Alice. Tetapi—ah, sudahlah. Kau punya makanan?" March Hare menunjuk tas milik Alice, menatap isinya yang menggembung dengan mata berbinar.
Alice mengerjap lalu mengangguk. The Duchess memasukkan banyak makanan ke tasnya.
"Serius? Ada apa saja?" March Hare melompat ke sisi Alice, telinga kelincinya bergerak naik dan turun dengan cepat seperti sepasang antena hitam super besar yang mendeteksi makanan.
Alice mengintip ke dalam tasnya, sesungguhnya ia bahkan tak tahu apa yang The Duchess masukkan ke dalam tasnya. Ia ingat ada apel, dan berbagai macam buah, tetapi ia tak ingat apa sisanya—semoga The Duchess memasukkan minuman juga, Alice tidak mau dehidrasi.
Satu tangan mendadak mengambil sebutir apel yang diletakkan di bagian paling atas makanan. March Hare menggigit apel itu tanpa sedikit pun pertanyaan dan permintaan, mengunyah buah itu dengan cepat seolah jika tak cepat dihabiskan, Alice akan merebutnya.
"Itu punyaku, kau tahu," Alice menatap March Hare dengan senyuman yang miring ke satu sisi. Semua otot di tubuhnya berdenyut, bersiap untuk melempar kelinci ini ke atas Chesire Cat, karena dengan begitu sama saja seperti membunuh dua burung dengan satu batu, atau lebih tepatnya membunuh seekor kucing dan kelinci dengan satu lemparan berbahaya.
"Aku sangat tahu kok, Alice. Oh lihat!" March Hare membelokkan kepala Alice dengan tangannya sebelum mencomot satu makanan lagi dari tas Alice, dalam sela-selanya mengunyah, ia kembali berseru. "Itu rumahku! Terima kasih sudah mengantarkanku, Alice!" serunya.
Alice menatap bangunan itu sejenak, wajahnya seketika memucat.
March Hare tidak bilang ia tinggal di istana milik Queen of Heart.
.
.
Chapter Eight End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Alice
FantasiSatu cerita, dua sandiwara, tiga menara; yang mana yang nyata?