"Pagi, Ibu Akila!!" seru Dita dengan memanjangkan setiap katanya
"Waduh, tumben nih udah sampai kantor. Semangat banget lagi,"
Salah satu detail yang ku suka dari desain kantor ini adalah dinding antara lobi dan ruanganku. Tempat Dita duduk terlihat dari lobi, sehingga memudahkan Dita kalau ada tamu yang akan berkunjung ke ruanganku. Tapi spot lain di ruangan ini enggak terlihat dari luar. Privasi tetap terjaga. Ideku dalam desain ini jenius, kan? Aku jadi tinggi hati gini, hehe
Eh, ya. Dita kok beda ya pagi ini. Karyawan-karyawan lainnya juga berbeda. Ada apa sih?
Tanpa menaruh tas di mejaku, aku duduk di sofa di dekat jendela. Tempatku dan Dita bersantai, tidur-tiduran, ngemil, menjamu tamu informal, dan bengong bareng memandangi pemandangan dari jendela. "Ada apa sih? Kok lo sumringah banget?"
"Ada sesuatu buat lo. Kali ini pengirimnya enggak pakai rahasia-rahasiaan. Enggak bakal ada salah paham lagi deh,"
Dita menyerahkan sesuatu yang dilapis kertas beige.Kode pengiriman barang internasional tertera di pojok kanan atas. Lengkap dengan nama dan alamat pengirim.
Dapat kurasakan jantungku yang berpacu kencang sekali, disertai aliran deras darah menuju kepalaku. Tama.. Apalagi sekarang?
Dalamnya adaah kotak ukuran sedang warna baby blue, bercorak sedikit warna lavender bush. Warna birunya senada dengan warna yang kugunakan sebagai laut saat SD. Warna favoritku. Sama dengan cat biru yang diambil, atau dipinjam, oleh Tama.
Sebuah kartu mungil, bagia luarnya kertas daur ulang warna dodger blue, ada di tumpukan paling atas.
I'll wait for you.
Keep warm and safe flight, Sweetheart
"Gue sih mau tau banget itu kartu isinya apa. Tapi, lebih penasaran sama tumpukan file di bawahnya. Kayaknya pentingan itu sih," seloroh Dita
"Ih, ganggu deh," ucapku sambil mencebik sebal ke arah Dita
Aku mengeluarkan seluruh isi kotak itu. Ada 3 zip bag berukuran hampir sama.
Zip bag pertama berisi tiket pesawat Jakarta-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Amsterdam, dan Amsterdam-Dublin. Semua tiket, jumlahnya 24 tiket, sudah disertai data diri lengkap penumpang, lokasi dan waktu penerbangan, dan nomor kursinya.
Zip bag kedua isinya visa bisnis Mullingar. Semua data sudah lengkap juga, dan kami hanya perlu membawanya untuk keperluan imigrasi di bandara.
Zip bag terakhir berisi alamat, nomor telepon, peta tempat-tempat penting Mullingar dan Dublin (mungkin), dan data yang kami butuhkan selama di Mullingar nanti.
"Ih, rapi banget ya Tama. Enggak berubah itu orang. Sampai dimasukkan ke zip bag gitu," celetuk Dita sambil asik melihat dokumen-dokumen itu
"Kok ini ada voucher butik ya? Nyasar apa gimana?" tanyaku, "Nominalnya gila-gilaan juga,"
"Ini butik bagus banget, di daerah Jakarta Selatan. Kayaknya memang untuk orang-orang yang mau pergi ke luar negri di musim dingin. Modelnya banya baju-baju tebal, dan keren-keren sih," jelas Dita semangat. Matanya melebar. "Makanya dia nulis 'keep warm' gitu. How romantic. Gue mau bilang ke geng keripik!!"
Aku sampai lupa untuk bercerita tentang kotak ini ke Bre dan Karin! Aku segera mengabari mereka, lengkap dengan foto kotaknya.
Bre dan Karin yang selalu ku ceritakan tentang Tama beberapa hari ini langsung membalas. CAPSLOCK JEBOL BANGET!
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! Cat Biru Kesayangan Akila
Literatura FemininaMullingar #1. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Di luar terdengar suara rintik-rintik hujan, menambah indah warna jingga kemerahan langit menjelang senja. Akila bisa menghabiskan waktu seha...