SPK Depkes Makassar in Memorial

55 3 1
                                    

Gema suara adzan subuh seakan mengusik sang pemimpi yang tengah lelap dalam dekapan selimut di atas tilam yang tak pernah jenuh menahan beban yang tak pernah absen menemani tuan mereka saat malam menjelang. Aku terjaga dari tidur yang setidaknya mampu melepas kepenatan dari segala rutinitas yang cukup melelahkan. Di sebuah ruang kecil yang hanya berukuran 3×4 meter dengan 1 buah tempat tidur yang idealnya hanya cukup di huni oleh satu orang, namun beruntung seorang teman rela berbagi tempat untuk menampung aku di kamar kecil itu, meski harus bertarung melawan pengap dan rasa gerah yang seakan membuat mata sukar terpejam, namun bagiku itu sudah cukup memberi tempat untuk hidup di kota daeng yang jauh dari famili dan sanak saudara. Yah.. Asrama KPMP menjadi tempat bernaung sementara dalam perjuanganku menyelesaikan studi di sebuah sekolah kesehatan terfaforit kala itu.. “SPK depkes ujung pandang”.

Kegiatan Pra Pengenalan Study atau lebih di kenal dengan istilah PPS (baca : PE PE ES) yang baru di mulai sejak kemarin membuatku sukar tuk membuka mata, mungkin karena terlalu letih dari kegiatan PPS yang banyak menguras energi serta tekanan psikologis, entahlah… yang jelas hari ini aku harus bangun lebih awal dan berangkat ke kampus lebih cepat jika tidak ingin menjadi kayu gelondongan yang siap di kapak menjadi serpihan kayu bakar oleh kakak senior yang sudah menanti di pintu gerbang SPK Depkes Banta-bantaeng.

“Hai Botak..! kemari… gertak salah seorang senior dengan mata menyalak menatapku saat baru beberapa langkah hendak masuk ke pintu gerbang, aku berlari-lari kecil sambil menenteng tas yang terbuat dari karung gandum yang sengaja di desain layaknya tas gendongan yang di jual di pasaran, “Sudah Jam berapa sekarang hah..?”
“j…jam lima Kak..” ucapku sedikit gugup.
“bohong…” ucapnya dengan nada suara yang lebih tinggi. “Coba lihat jam tanganku, disini jelas-jelas sudah menunjukkan jam 06 pagi, kamu sengaja terlambat y?”
Mataku sejenak melongok hendak memastikan ucapan seniorku yang terlihat semakin garang, aku menangkap sinyal aneh ketika ku lihat jam tangan di lengannya betul telah menunjukkan jam 06 WITA. Padahal jelas sekali dalam ingatanku bahwa aku meninggalkan asrama KPMP sebelum jam 5 subuh, atau mungkin rasa kantuk membuat retina mataku keliru mempersepsikan jarum jam dinding yang menggantung di kamarku? “Ah… tidak, ini pasti sabotase”, ucapku membatin.

Di sudut lain tampak beberapa teman mengalami nasib yang sama denganku, ada yang di suruh jongkok, push up, kengkreng atau sekedar berlari-lari kecil sambil meneriakkan semboyan yang di pesan oleh senior, ah.. ada-ada saja kesalahan yang membuat kami harus di hukum atau bahkan diwawancarai panjang lebar tanpa ujung pangkal, hal yang paling aku suka waktu itu adalah jika senior menghukum aku dengan di suruh menyanyi, he..he.. it’s my favorite, dan menurutku itulah hukuman paling ringan dan sekaligus paling mudah aku lakukan ketimbang harus push up atau kengkreng.

Sekolah itu terbilang sudah tua, telah banyak alumnus yang pernah digelontorkannya dan sebagian besar menghuni beberapa Rumah sakit ataupun Puskesmas di seantero makassar dan sekitarnya. Dan tahun ini kembali merekrut calon petugas kesehatan yang nantinya dipersiapkan untuk mengabdi di beberapa instansi pemerintah dalam lingkup pemerintah setempat sebagai tenaga paramedis (Perawat). Ternyata tuhan telah menggiring langkahku untuk ikut ambil bagian menjadi salah seorang calon perawat yang akan mengikuti studi di sekolah terfavorit itu, setelah menyisihkn ribuan peserta dalam sebuah seleksi penerimaan yang di gelar tahun itu.

15 tahun sudah peristiwa itu telah berlalu… ku coba mengurai kembali peristiwa masa lalu di atas lembaran kertas meski dengan goresan yang sukar difahami, mungkin karena memoryku tak lagi mampu membaca setiap cerita yang pernah ditorehkan masa, sehingga hanya secuil dari seluruh cerita yang masih tersisa dalam benakku, namun bagiku cukup untuk mengenang sekolah yang telah mengantarkan hidupku hingga seperti sekarang.

Buat rekan-rekan sejawat, jangan pernah pesimis dengan profesi yang telah membesarkan kita, berjuanglah hingga profesi ini menjadi sebuah profesi yang mendapat tempat layaknya profesi lain, kita bukan babu atau bukanlah pesuruh yang harus ikut setiap instruksi mereka, buktikan bahwa perawat mampu mandiri dengan ilmu dan profesinalisme yang dimilki, salam untuk seluruh rekan-rekan alumni SPK Depkes makassar…


The end....

Terima kasih ke pada pembaca yg telah membaca dari awal sampai akhir. Saya butuh vote yg bergambar bintang dari anda agar saya bersemangat menerbitkan karya terbaru sekalian melanjutkan isi kelanjutannya. Jangan lupa juga berikan komentar anda. Dan  tolong hargai orang yang menerbitkan karya ini dengan memberikan vote. Sekian dari saya dan saya ucapkan terima kasih banyak ke pada pembaca.  kalo bisa baca juga karya ku yang lainnya yaa

SPK Depkes Makassar in MemorialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang