[6] Mbun

1.8K 60 0
                                    

"Bang! Abang ngapain?" tanya Riffat.

"Ng... Ini lagi maen game," elaknya, sebenarnya ia sedang melihat lagi acara chat with Adinda-nya. "Kenapa? Riffat minta bantuan?" lanjutnya.

"Oh, nggak. Nggak apa-apa. Emang abang lagi maen apa?" tanya Riffat sambil melihat HP Abangnya.

Mengetahui kelakuan adiknya, Raffi langsung meletakkan HP nya diatas kasurnya, "Eitsss.. Anda penasaran? Sama saya juga. Hahaha!" Raffi mempermainkan adiknya.

"Abang mah sukanya gitu, pasti abang lagi chattingan sama pacarnya yaaa?!" kata Riffat menyeringai.

"Kamu ini bilang apa sih?! Kamu masih kelas 3 SD, tapi kenapa kamu bilang yang aneh-aneh, hah?!" kata Raffi sambil mengacak-acak rambut hitam Riffat.

"Buktinya, udah cukup loh, Bang. Itupun menurut Riffat, sih." kata Riffat sambil mengusap-usap dagunya.

"Emang apa aja?" tantang Raffi.

"Pertama, Abang naruh hape abang pas Riffat liat. Padahal biasanya nggak," jawab Riffat. Raffi bungkam, tak tau harus menjawab apa.

"Kedua! Abang pas pulang tadi senyam-senyum gak jelas," lanjutnya.

"Ketiga, the last! Abang sekarang kayak... gimana gitu, kayak ada yang bikin Abang bahagia setiap detiknya, padahal biasanya Abang datar-datar aja," Riffat mengakhiri kalimatnya sambil mengangkat bahunya cuek.

Hilangkan aku sekarang, Ya Allah! Emang gue keliatan banget apa kalo lagi seneng? Batin Raffi. Akhirnya sebuah ide muncul di pikirannya.

"Oh iya! Kamu udah selesai liat Naruto episode baru belum?"

"Emang udah rilis, Bang? Abang udah download? Kalo udah, Abang udah liat? Kalo udah tunjukin dong, Bang!" tanya Riffat bertubi-tubi.

"Iya-iya, kamu liat aja sendiri di laptop Abang. Nanti abang liat sendiri, oke?" kata Raffi.

"Makasih, Abang ganteng!" kata Riffat.

"Udah, kamu itu kalo ada maunya aja muji-muji Abang," jawab Raffi.

"Hehehe, Bang aku pake maen sekalian, ya laptopnya Abang!" pinta Riffat.

"Iya bawa aja ke ranjang kamu sendiri." jawab Raffi.
Akhirnya lupa juga!

Riffat mengambil laptop Raffi, dan membawanya ke atas kasurnya. Sambil memunggu laptop Raffi menyala, Riffat teringat sesuatu.
"Oh, iya, Bang!" katanya sambil menoleh ke arah Raffi.

"Apa?" tanya Raffi yang sedang bermain game di hapenya.

"Jangan kira aku udah lupa sama yang tadi, loh, Bang!"

Mampus gue! Rutuk Raffi dalam hati.

"Serah, deh, Dek! Aku mau main game lagi!" jawab Raffi.

"Si Abang tumbenan panggil aku Adek, yak?" gumam Riffat sambil membuka video Naruto terbaru di laptop.


Tok... tok...tok...
Suara ketukan pintu terdengar, "Bang?" suara wanita paruh baya terdengar setelah ketukan pintu.

"Bang, panggil Mbun tuh!" kata Riffat. Saat itu juga Raffi tersadar dari konsentrasinya dari game.

"Bunda masuk, ya?" tanya Mbun, alias Bundanya.

"I-iya, Bun, Raffi bukain." sahut Raffi dari dalam.

Raffi membuka pintu dan terlihatlah sosok perempuan paruh baya yang sedang tersenyum padanya.

"Mbun boleh masuk, kan, Bang?" tanya Mbun. Mampus gue, kalo Mbun tanya yang aneh-aneh gimana? Pikir Raffi.

"Bang? Kok ngelamun, sih?" tanya Mbun sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah tamvan Raffi.

"Masuk aja, Mbun. Si Abang kayaknya lagi gak fokus gara-gara pacar barunya." sahut Riffat dari dalam. Mbun menatap Raffi penuh tanya.

"Ng... nggak, kok Mbun. Abang nggak pacaran kok!" belanya untuk dirrinya sendiri. liat aja lu nanti, Rif! Batin Raffi.

Bunda masuk ke kamar Raffi-Riffat, dan diikuti Raffi dari belakang. Mbun duduk di pinggiran kasur Raffi, Raffi pun ikut duduk di sebelahnya.

"Serius Abang nggak punya pacar?" tanya Mbun sekali lagi.

"Dua rius malahan, Mbun!" jawab Raffi.

"Aku tiga rius kalo Si Abang lagi bohong," kata Riffat tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Apaan sih, Rif!" jawab Raffi ketus.

"Udah, kalo kamu bener nggak pacaran yaudah, nggak usah dengerin Riffat," kata Mbun.

"Serius, Mbun, Raffi nggak pacaran. Raffi cuma chattingan biasa aja tadi sama anak cewek yang sekelas." jelas Raffi panjang lebar.

"Nah, dedek bilang juga apa, Mbun! Awalnya cuma chattingan, lama-lama jadi pacaran," seru Riffat. Ni anak maunya apa sih? Batin Raffi.

"Riffat!" peringat Mbun dengan halus.

"Chattingan aja gak salah kan, Mbun?" tanya Raffi.

"Iya, nggak salah, kok, Bang," jawab Mbun. "Mbun, sih, nggak ngelarang kamu dekwt sama siapapun, asal Abang bisa jaga diri, dan kalo bisa ajak temen-temen Abang untuk berbuat kebaikan." lanjut Mbun. Rafgi mengangguk dan menancapkan nasihat ibunya di dalam hatinya.

"Mbun?" panggil Raffi. Mbun, menatap Raffi lalu berkata, "Ya, Bang?"

"Ayah kapan pulang?" jawab Raffi.

"Iya, Mbun, Ayah kapan pulang?" tanya Riffat yang berjalan ke arah Raffi dan Bunda.

"Nggak tau, Dek, Bang, mungkin bentar lagi. Emang kenapa?" kata Mbun.

"Lagi pengen ngobrol aja sama Ayah," jawab Raffi.

"Dedek juga! Tapi Dedek yang cerita dulu sebelumnya Abang," sahut Riffat penuh semangat.

"Jadi, ngobrol sama Mbun aja nggak cukup ya?" tanya Mbun.

"Lebih dari cukup, kok, Mbun. 'Cause you're my everything, Mbun!" jawab Raffi sambil memeluk Ibunya.

"Aku juga sayang sama Mbun, bukan Abang doang, kok!" kata Riffat sambil memeluk Mbun juga.

"Semoga kalian jadi anak yang sholeh, yang berbakti bagi orang tua, dan menghormati wanita, ya, nak." kata Mbun sambil mencium puncak kepala kedua putranya bergantian.

Assalamu'alaikum minna~👋
Maaf kalo chap ini lebih banyak di rumah Raffi😊 #BisaDibilangLagiBuntu😸
Ya maaf kalo udah bikin readers nunggu update-an chap selanjutnya!
I'll wait your vomment minna-san!
See you💞

Bismillah, Ta'aruf DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang