PROLOG

105 7 0
                                    

...8 tahun yang lalu tepatnya tahun 2008...

"1...2...3...4...5...6...7...8...9...10... Andre, Darwin akan ku cari kalian sampai dapat." Gumam gadis berambut lurus panjang.

Gadis itu dengan semangatnya mencari kedua lelaki itu, meskipun sinar matahari siang hari ini membuat kulit gadis itu seperti nyaris terbakar. Sosok gadis berambut lurus, kulih putih, bermata sipit, dan periang. Itulah sosoknya. Ia tak pernah berhenti untuk mencari hal yang ia inginkan. Ia selalu penasaran--istilah gaulnya KEPO.

Gadis itu tak berhenti mencari kedua lelaki itu. Namun, ia tak tahu mereka berada dimana. Rasa ketakutan pun mulai melingkupinya.

"Andre... Darwin...," teriak gadis itu mulai ketakutan saat mengetahui dirinya berada di daerah asing--daerah yang tak pernah sama sekali ia kunjungi. "Andre... Darwin... kalian dimana. Udah dong aku takut nih. Tolong kalian keluar. Aku menyerah! Kalian hebat. Membuatku kalah. Ayolah keluar." Gadis itu memohon dengan mimik memelas.

Suara kekanak-kanakannya tak cukup nyaring untuk memanggil mereka di tempat seluas ini. Ia mulai berhenti di bawah pohon besar. Ia termenung di bawah pohon besar itu dan mulai menggigil kedinginan. Yang ia pikirkan saat ini ialah satu, yaitu pulang.

"Tuhan, bantu Stephanie untuk pulang, Tuhan. Maafkan juga kedua teman-teman, Stephanie." Isak tangis Stephanie. Air matanya turun membasahi pipi gempal nya itu.

Suara itu... ya suara itu... aku mengenal suara itu pasti mereka adalah sahabat-sahabatku. Gumam gadis yang bernama Stephanie

"Hahaha... kamu kalah... kamu... kalah... hahaha," ejek Darwin. Mereka sama sekali tak terlihat cemas pada diriku. "Gitu aja nangis. Jangan nangis dong, stephanie. Kakak akan selalu disampingmu." Sahut Andre. Menenangkanku.

Lelaki yang bernama Andre itu selalu membuat Stephanie nyaman didekatnya. Hanya Andre yang terlihat cemas. Sedangkan Darwin, adeknya Andre, tak pernah cemas pada Stephanie.

Sikap dingin laki-laki itu membuat Stephanie makin terpesona padanya. Entahlah mengapa itu bisa terjadi.

"Bagaimana kalau kita membuat permohonan saja?," cela Stephanie tanpa membalas pembicaraan kedua lelaki itu. "Dengan permohonan itu kita tak akan saling melupakan. Ya kecuali kalian tidak menganggap ku lagi sebagai sahabat." Lanjut Stephanie, membuat kedua lelaki itu terbelalak dan saling bergantian menatap.

"Aku setuju."

Andre setuju. Tetapi, rasa ada yang janggal dalam benak Darwin. Ia antara setuju dan tidak pada usul Stephanie.

"Aku setuju jika permohonan itu ditulis di kertas agar kalian tidak mengetahui isi dari permohonan itu. Permohonan itu bisa dibuka 9 tahun kemudian , Are you agree with me, Stephanie?." Sahut laki-laki berambut cepak dan berkulit putih itu--putih seperti salju.

Laki-laki yang bisa dikatakan sebagai laki-laki yang paling dibenci oleh Stephanie.

Andre dan stephanie setuju dengan usulan Darwin. Lalu, dengan waktu bersamaan mereka menuliskan permohonan mereka masing-masing di dalam kertas kecil berwarna pink, yang sengaja dibawa Stephanie.

Sekitar 5 menit mereka menuliskannya.

"Baiklah, kita gantungkan saja di pohon ini dan berdoalah agar terkabul." Pinta gadis bertubuh gempal nan imut itu.
♡♡♡♡♡

I Can't Live Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang