Bab 1: Andre And Darwin Part Activity

70 4 4
                                    

Musik hard rock bergema di dalam kamar Darwin. Salah satu genre musik yang disukai oleh Darwin dan berbanding terbalik dengan Andre yang lebih menyukai genre musik pop dan RnB. Darwin lebih menyukai genre musik yang lebih menggairahkan dibandingkan Andre lebih menyukai musik yang tenang dan lebih mudah dicerna arti dari musik tersebut.

"Darwin, please, dengerin gue, lo nyetel lagu rock dengan volume full nggak bagus buat pendengaran lo. Tolong matikan ya, CD nya." Pinta Andre agar CD nya dimatikan.

Tak mendapat respon dari Darwin, Andre dengan lancang mencabut kabel penghubung CD. Ia tak tahan dengan suara-suara keras khas rock yang dikeluarkan dari lagu itu, membuat gendang telinga Andre serasa pecah.

"Woy, lo, ndre!," teriak Darwin tak terima CD nya di cabut tanpa persetujuan Darwin. "Lo, jangan lancang gitu dong. Lo harus tunggu jawaban dari gue." Lanjutnya dengan nada meninggi.

Andre tak menghiraukan bentakan dari Darwin. Ia pergi meninggalkannya sendiri. Berjalan menuju suatu ruangan dan menyantap makan siang bersama kedua orangtuanya.

Darwin tak nafsu makan. Ia hanya termenung. Mengingat kronologi 8 tahun yang lalu. Kenangan itu tak akan pernah dilupakannya. Dimana gadis itu selalu memberikan senyuman yang meninggalkan kesan manis dihatinya.

Gadis bertubuh gempal itu selalu membuatnya tersenyum. Masihkah sekarang dia bertubuh gempal yang mulutnya selalu bercelemotan sehabis memakan donat?

Gumam demi gumaman selalu mucul tak henti-hentinya dalam benak Darwin.

♡♡♡♡♡

"Win, nggak kuliah?" Tanya Liana, mamanya Darwin dan Andre begitu Darwin keluar dari kamar mandi.

"Nggak," jawab Darwin singkat, lalu duduk di sofa. Tangannya sibuk memindah-mindakan channel dengan remote.

"Tapi kok barusan Andre berangkat kuliah ya?" Tanya mama heran.

"Ma," tukas Darwin kesal. "Aku sama Andre kan jauh beda jurusan. Nggak mungkin kan jadwal kuliahnya sama."

"Oh iya ya. Mama pikir kamu sama Darwin sejurusan," kata mama untuk kesekian kalinya ia berceloteh--sambil mengaduk adonan kue.

"Makanya kasih perhatian dikit,"gumam Darwin. "Udah mau kuliah dua tahun juga, tapi mama nggak tau salah satu anaknya juruaan apaan." Keluh Derwin sembari menghembuskan nafas panjang.

"Apa, Win?" Ibu tak mendengar perkataan Darwin karena suara putaran mixer.

"Nggak... nggak ada. Yah.. gak penting." Darwin mematikan TV, lalu bergerak ke arah kamarnya.

"Win, kamarnya diberesin dong," kata mama sebelum Darwin menutup pintu kamarnya. "Bantuin mama kek. Jangan nyantai mulu kamunya. Lihat tuh kamarnya Andre rapi dan bersih."

"Iya rapi dan bersih seperti kamar perempuan." Sambar Darwin.

Ibu berhenti mengaduk adonan, lalu mengernyit kepada Darwin. "Kejantanan cowok bukan diukur dari keadaan kamarnya."

Darwin hanya menanggapi dingin komentar mama, lalu masuk ke kamar. Dia melangkahi buku-buku yang berserakan di lantai. Tangannya menggapai gitar kesayangannya, lalu duduk di pinggir jendela besar--sambil menyanyikan lagu when your gone.

Kejantanan seorang cowok tidak dilihat dari keadaan kamarnya. Yang benar saja, pikir Darwin sambil mendengus. Kalau kamar cowok itu bersih, tidak ada satu poster pun, yang ada hanya foto-fotonya bersama piala-piala dan medali-medalinya, dengan banyak CD penyanyi RnB di atas meja, jelas-jelas kejantanannya patut dipertanyakan. Juga bisa dipastikan kalau pemilik kamar tersebut memiliki kadar kenarsisan yang sangat tinggi.

Darwin hanya tersenyum dan tak habis pikir akan kata-kata mamanya tadi--sambil terus menyanyikan sebuah lagu kesukaanya.

♡♡♡♡♡

"Hai Andre!"

Andre mencari sumber suara itu dia berbalik, dan mendapati Nathalia sedsng berlari-lari kecil ke arahnya dengan riang. Andre tersenyum kepadanya. Nathalia masih belum berubah sejak Andre memutuskan hubungan dengannya.

"Hei," sapa Andre.

Nathalia menatap Andre dengan kedua mata bulatnya. Andre lantas mengalihkan pandangannya, karena kenyataannya dia masih tidak bisa menahan keinginan untuk memeluk Nathalia setiap kali melihat sepasang mata yang bersinar itu.

"Kenapa lo?" Tanya Nathalia heran. "Lesu amat."

"Oh ya?" Andre tertawa kecil.

Nathalia mengangguk, lalu mulai berjalan. Andre mengikutinya. Mereka mengambil jurusan yang sama, dan kelas yang sama.

"Kenapa? Marahan lagi sama Darwin?" Tanya Nathalia. Entah untuk keberapa kalinya ia celoteh.

Mendengar pertanyaan Nathalia, Andre mendengus. "Kapan sih gue pernah kagak marahan ama dia?"

Nathalia menatapnya dengan pandangan serius.

"Nat, gue kan pernah bilang, kalo gue sama Andre itu sudah ditakdirkan nggak bisa baikan. Bahkan sejak kami bayi, sudah gak akur." Kata Andre lagi.

Nathalia terbahak saat mendengarnya. "Bohong lo" sahutnya seraya tertawa ringan sambil mendorong Andre.

"Serius," Andre balas mendorongnya.

"Udah deh," kata Nathalia setelah pulih dari gelinya. "Bilang aja lo sayang sama Darwin. Kata orang, benci itu artinya peduli. Peduli itu artinya sayang."

"Kata siapa tuh?" Andre mengetuk kepala Nathalia pelan. Nathalia hanya mengedikkan bahu sambil melirik penuh arti kepada Andre.

Andre menghela napas, lalu berhenti berjalan. Dia memegang kedua pundak Nathalia dan menatapnya lekat-lekat.

"Nat, kalo ada orang yang paling gue benci di dunia ini. Itu udah pasti Darwin."

♡♡♡♡♡

Nantikan ya part 2 nya. Makin seru kok, jangan takut kalau nggak seru! Aku jamin semakin seru dan pastinya kalian tidak akan menyangka jika hal itu terjadi di part 2.
Kalian bisa mengirimkan koment kalian(usahain berupa saran maupun kritikan). Jangan lupa dong Vote nya😘

I Can't Live Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang