"Jadi? Apa yang mau kudengarkan?" Papar Anka. Clara langsung beranjak dari sofa dan menuju kamarnya setelah berpamitan pada orang tuanya. Gadis itu menghempaskan tubuhnya atas ranjang King Size nya yang bercorak zig zag hitam putih.
"Ngg... akhir-akhir ini dia acuh." Kata Clara.
"Acuh?"
"Ya. Di sms, gak di bales. Di telpon gak diangkat."
"udah kayak lagu aja. Mungkin dia sedang sibuk."
"Ughhh..."
Dilain sisi, Anka memasang seutas senyumnya. Tidak menyangka gadis dingin dan angkuh seperti ini telah memiliki kekasih. Anka pikir gadis ini akan menjadi perawan tua.
Sebagai 'teman', Anka berusaha agar menjadi teman yang baik dan mencoba untuk dekat. Ya, meski awalnya Anka juga ogah-ogahan dekat dengan Queen. Tapi apa boleh buat? Kasihan melihat wanita itu. Toh, jika Anka ingin curhat tentang Clara, Anka bisa curhat dengan Queen.
"Sorry, ya. Aku malah curhat tentang hubunganku." Ujar Queen saat sudah panjang lebar curahan hatinya.
"Tak apa, aku temanmu bukan?" Ujar Anka.
"Ya, bisa tidak? Sebutnya gue elo aja. Berasa kaku?"
"Baiklah, Ratu."
"Bisa ketemuan besok? Ada beberapa ruangan yang mau ku bicarakan di Villa itu."
"Baiklah, dimana?"
"Dikantor mu saja. jam 7 malam. Bisa?"
Anka berpikir sejenak. Mengingat deadlinenya untuk hari esok. Tapi seingatnya, jam 7 malam sudah waktu luangnya.
"Bisa. Oke, kalau begitu. Selamat malam." Ujar Anka.
"Malam juga."
❄❄❄
Clara melangkah kan kakinya ke dalam gedung pencakar langit di hadapannya. Seperti biasa, Clara memasang wajah datarnya. Kharisma yang dimilikinya semakin kuat. "Pak Anka-nya ada?" Tanyanya datar pada perempuan yang duduk di meja luar depan ruangan Anka.
Perempuan yang diyakini sebagai sekretaris Anka, langsung berdiri, menatap segan ke arah Clara. "Ada, Bu. Silahkan masuk." Kata perempuan itu.
Clara mengetuk terlebih dahulu. Setelah mendapat respon dari dalam. Clara langsung masuk. Anka duduk di kursi sambil menatap laptopnya. "Queen?" Sapa Anka.
"Silahkan duduk." Lanjutnya.
Clara atau yang di kenal Anka, Queen, langsung duduk di sofa. Clara, menatap sebuah tumpukan kertas gambar yang telah di desain. Dia mengambil kertas itu dan menelitinya.
"Proyek baru?" Tanya Clara.
Anka beranjak dari kursi kebanggaannya. Duduk di sofa tunggal sebelah Clara.
"Begitulah."Ujarnya singkat.
Clara mengangkat kedua alisnya agar Anka menjelaskan dengan benar. Clara masih heran dengan sebuah desain cafe yang penuh akan balon-balon cinta.
"Seorang pria ingin melamar kekasihnya. Jadi, dia meminta kami untuk menyiapkan yang terbaik."
"Gue baru tau kalau kalian melayani hal-hal seperti ini." Papar Clara sambil meletakkan kembali kertas itu.
Anka mengangguk, "Jadi? Apa yang ingin Lo bicarakan?" Ujar Anka to the point.
"Oh begini-" Clara mengeluarkan sesuatu dari tas Gucci-nya,"-Lo tahu bukan, kami akan mengadakan acara pembukaan Villa itu. Jadi, atas permintaan orang tuaku, seluruh kamar harus kedap suara-" Anka tersenyum melihat wajah Clara yang memerah, "-gue tau ini menjijikkan. Dan bisa-bisanya mereka...you know lah." Kata Clara.
"Akan kubereskan."
Clara mengangguk. "Gue mau sholat dulu. Tadi belum sempat. Apa Lo mau ikut?" Tanya Anka sambil berdiri.
"Tidak, Gue lagi datang bulan." Ujar Queen.
"Bentar, lo tunggu disini oke? Nanti gue antar pulang. Lo gak bawa mobil kan?"
Clara mengangguk. Anka langsung berjalan keluar sambil menggulung lengan bajunya. Dan pergi ke toilet untuk mengambil wudhu
Clara berjalan ke arah jendela besar. Menatap malamnya Kota yang begitu cantik akan kelap kelipnya lampu. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan dari langit gelap tanpa bintang. Sambil duduk di kursi yang ditariknya menghadap ke kaca. Clara terus menatap kaca penghalang itu. Layaknya menonton televisi. Clara tersanjung akan reaksi alami itu. Orang-orang mulai berlarian memakai payung berwarna hitam. Hujan semakin deras. Petir mulai menyambar pelan. Bagai lullaby, Clara terlelap.
❄❄❄
Clara terbangun saat ia dikejutkan oleh petir yang besar. Dirinya terduduk, sambil mengucek matanya. Clara menatap sekelilingnya yang remang-remang. Ia terbangun diatas kasur. Seingatnya, dia tertidur di sebuah kursi. Dan sekarang? Terbangun di atas kasur. Clara semakin bingung saat dia menyadari sesuatu yang asing. Ini bukan lah kamarnya. Lalu di mana dia?
Anka, terakhir kalinya dia berada di ruangan Anka. Clara menatap seorang pria yang lengkap dengan setelan jas nya. Tertidur di atas sofa panjang berwarna pastel.
"Anka?" Panggil Clara dengan serak. Anka langsung terbangun saat mendengar suara Clara. Dia terduduk, dan berjalan ke arah Clara.
"Maaf ya? Tadi gue gak tau harus bawa lo kemana." Ujarnya masih serak.
"Ini dimana?" Tanya Clara.
"Masih di kantor gue. Ini kamar istirahat gue." Ujar Anka masih dengan serak. Clara menatap sebuah jam di nakas. Setengah 1 malam. Gak mungkin dia pulang malam ini.
"Tenang aja, gue gak bakal apa-apain lo. Kalo gue ngelakuin itu, lo bisa teriak. Soalnya diatas ada kamarnya para OG yang tinggal disini." Ujar Anka yang salah menangkap arti dari raut wajah Clara.
Tok... tok... tok..
Clara menatap jendela yang ditutup oleh tirai.
"Ka, ada yang ketuk tuh!" Ujar Clara menunjuk jendela.
Anka tersenyum, "Abaikan saja." Kata Anka. Clara mengernyit.
Tok... tok... tok...
Ketukannya terdengar kembali. Clara menatap jendela, lalu menatap Anka yang sudah keringat dingin.
"Ka? Lo kenapa?"
Tokk... tok.. tok...
=====
Tbc.
Jangan lupa vote dan commentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
RomanceBingung? Itu lah yang dirasakan seorang gadis cantik ini, Clara. Dua orang pria datang untuk melamarnya. Pria pertama bernama Peter. Tidak sulit untuknya menerima lamaran Peter, sebenarnya. Mengingat mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun. ...