18 bulan.
18 bulan aku hanya menguntit si kelinci, tanpa ada satupun kata yang terucap antara aku dengannya.
Kelinci terlihat semakin jauh. Aku coba gapai namun yang tersentuh hanya udara. Aku coba panggil namun suara ku hilang sebelum bicara.
Kelinci tak lagi di taman, namun dia masih berlari-lari di pikiran. Pesan-pesan ku tak lagi terkirim, namun semua masih terasa layaknya dulu.
Setiap aku melihat kelinci, kupu-kupu masih terasa menggelitik perutku.
Setiap kelinci lalu, jantungku masih saja berdebar-debar karena nya.
Aku masih tak berani menyapa nya. Aku masih terlalu takut untuk sekedar menatap wajahnya. Aku masih harus mengingat-ingat bagaimana suaranya.
Semua tentang dia belum benar-benar aku ketahui. Sekian lama aku hanya berjalan ditempat yang sama.
Namun, dengan berjalan ditempat saja aku sudah letih. Bagaimana jika nanti aku mengejarnya?
Bukan hanya letih, tapi kelinci pasti akan lari. Lari lebih jauh ke tempat dimana tak ada hal tentang ku.
Ah tapi kan kelinci tak pernah tau siapa aku? Si penguntit? Si pengirim pesan bodoh?
Biarlah. Biarkan kelinci tau di ujung Melodi, bahwa ada aku di sekitarnya.
Aku memang tak tahu kapan semua ini akan berakhir.
Tapi kelinci, dari sekian banyak hal yang ada di kepala, aku cuma ingin mengatakan hal ini.
Aku letih. Letih sekian lama mengagumi mu, letih begitu lama menatap mu dari jauh. Aku letih karena tak bisa mengartikan perasaan ku sendiri.
Ini salahku, sepenuhnya. Aku tahu kelinci tak peka, namun selalu ku kirim pesan tak kasat mata. Aku paham kelinci tak banyak bicara, namun aku selalu berharap bisa mendengar suaranya. Aku tau kelinci tak mengenalku, namun aku berharap ia peduli.
Bahkan dari sekian banyak do'a-do'a ku, aku berharap bahwa suatu saat aku bisa menatap kelinci bukan dari jarak sejauh ini. Berbicara sepatah dua patah kata, atau setidaknya dia tau siapa aku.
Dengan dia mengenalku saja, aku bahagia. Setidaknya aku tak perlu jadi penguntit lagi.
Kelinci, aku malah merasa sepi. Bukannya sepi bisa membunuh siapa saja? Termasuk aku, bahkan hatiku lama-lama akan mati dirundung sepi.
Kelinci, jika suatu saat ku katakan siapa aku, apa kau akan peduli? Peduli siapa aku? Peduli pada pengganggu mu?
Kalau iya, biarlah ku katakan nanti. Entah kapan, tapi ku pastikan aku akan melakukannya.
Ketahuilah bahwa aku sepi. Rasaku hampir mati. Perih menerjangku bertubi-tubi. Hatiku retak, dengan sekali sentakan bisa luluh lantak.
Ketahuilah kelinci, betapa letihnya aku mendambamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Melodi
Teen FictionKelinci dan Aku. Akan jadi apa kita nanti? Kapan melodi ini berhenti? Haruskah aku menunggu sampai aku tak jatuh cinta diam-diam lagi?