first

2.3K 40 1
                                    

"Aca. Gue enggak mau tahu. Elo harus lakuin dare dari gue itu."

Isabela yang kerap disapa Aca menggelengkan kepalanya keras. "Enggak! Revan, lo gila aja. Lo suruh gue nembak kakak lo yang kakunya enggak ketulungan itu? BIG NO!" Tolaknya kesal.

"Bodoamat, Ca. Lakuin atau gue suruh elo nyium pipi Pak Budi?" Tawar Revan. Pak Budi itu guru BK yang super gendut dan perutnya buncit banget. Aca trauma dengan Pak Budi karena Pak Budi pernah mengedipkan matanya genit kearah Aca.

"Enggak keduanya, Van. Yang lain dong," rengek Aca. Tangannya memegang tangan Revan yang sedang duduk di depannya.

Ayura yang asik memainkan ponselnya tiba-tiba ikut berbicara. "Udah, Ca, lakuin aja dare yang pertama. Daripada elo nyium kepala Pak Gendut? Mendingan mana?"

Aca menatap sebal kearah teman sebangkunya. Ayura. "Ra. Masak lo nggak tahu sih kalau kak Pras itu kaku banget. Dilirik sama dia aja gue malu, apalagi kalau bicara sama dia." Gerutunya.

Prasetya Mahatma. Dia kakak kandung Revan. Entah kenapa sifat mereka berdua sangat bertolak belakang satu sama lain. Pras yang kaku dan Revan yang pecicilan.

"Oke. Ca. Elo pilih aja, didiemin sama gue atau terima dare dari gue?" Ujar Revan mengancam Aca.

Aca mendesah pasrah lalu membuang wajahnya kesamping. Aca paling tidak bisa didiamkan oleh Revan, sebab semenjak kecil mereka selalu bersama. Sehingga, menjadi kebiasaan bagi mereka untuk saling menjaga komunikasi dengan baik. Pernah sekali, Aca mendiamkan Revan. Aca langsung sakit selama tiga hari karena banyak pikiran. Lantas setelah itu Aca tidak pernah mendiami Revan. Lagi.

Ayura bertanya. "Memang selama bertahun-tahun sahabatan sama Revan. Elo sama sekali nggak pernah komunikasi sama kak Pras? Even just once?" Tanyanya bingung.

"Pernah sih, Ra. Cuma kayak ngomong singkat-singkat gitu. Gue sama dia memang enggak cocok dari dulu. Setiap ketemu pasti canggung banget. Beda banget kalau sama Revan." Jawabnya. "Curiga gue mereka beneran saudara atau enggak." Sambungnya dengan wajah jahil.

Revan menyentil kening Aca pelan membuat Aca meringis. "Beneran lah. Bego lo. Orang wajah gue aja mirip sama dia." Jelas Revan yang membuat Ayura mengangguk membenarkan sedangkan Aca menjulurkan lidahnya mengejek Revan. "Tapi, Kak Pras memang dari lahirnya udah irit bener bicaranya. Kadang gue jadi sebel sendiri kalau ngomong sama dia. Dijawab palingan sepatah atau dua patah kata gitu."

Revan melihat kearah Aca. "So, Ca? Elo pilih yang mana? Dare atau gue diemin?" Tanyanya dengan wajah menyebalkan.

Aca menatap Revan malas. "Jahat lo!"

"Memang lo nggak jahat, Ca? Elo nyuruh Revan nyium pipi bu Asih yang notabenenya guru paling galak disini." Celetuk Ayura yang membuat Aca sedikit meringis. Kemarin sata ToD baru dimulai, Aca memberi Revan tantangan untuk mencium pipi Bu Asih. Guru paling killer di sekolahnya.

"Bener kata Ayura. Bahkan saat elo ngasi gue dare itu. Gue enggak ada penolakan. So, elo harus sama juga, oke?" Ujar Revan sedikit kesal.

Aca mendesah pasrah sekali lagi. "Oke-oke gue terima tantangan elo. Asshole." Pasrahnya. Salah dirinya juga memberi tantangan aneh-aneh kepada Revan yang jahil.

Revan tersenyum menang. "Nah gitu dong. Baru Acanya Revan." Ujarnya. "Kan gapapa, Ca. Siapa tau berhadiah kan?" Tambah Ayura semakin membuat Aca kesal.

"Bego lo berdua." Umpat Aca sedangkan Revan dan Ayura hanya tertawa.






Next vomment.

ToD (rombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang