Makan Malam #1

294 19 6
                                    

TAKDIR bilang Haina akan menjadi miliku malam ini.

Aku sudah menyiapkan makan malam. Bunga, lilin, fiolin, dan puisi tertata rapi di atas meja. Heina akan datang sebentar lagi. Sesuai janjinya, berkunjung jadi pula ia pada dentang ke delapan.

"Saya sudah bertunangan." Heina berkata saat duduk di bangkunya. "Dengan Ambawa, abangmu, kalau kau lupa," lanjutnya.

Tentu saja aku tidak lupa. Kekasihku, yang sudah aku pacari hampir tujuh tahun, bertunangan dengan abang kandungku. Bagaimana aku bisa melupakan itu?

"Makan saja. Ini tidak berarti apa-apa."

Dia sangsi, tapi tetap mengikuti. Di raihnya segelas sunrise yang aku sediakan. Itu minuman kesukaannya...

... dan akan menjadi minuman terakhirnya juga.

Aku tersenyum memandang Haina yang tersedak minumannya sendiri. Gelas kaca yang ia pegang jatuh ke lantai. Pecah berkeping-keping. Tubuhnya kejang. Mulutnya mulai berbusa.

Sudahkah aku bilang takdir akan menjadikannya miliku?

"Tunggu sebentar di kematian, sayang. Dan kita akan bersatu di alam yang sama," pesanku padanya. Menegak segelas sunrise yang sama. Dengan sejumput racun yang sama pula.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#FIKSIMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang