Mission Impossible Cah Angon

11 0 0
                                    

Sang gembala segera berlari menuju ke arah kambing-kambingnya. Mereka tercerai berai, berhamburan tak beraturan, sambil berteriak-teriak seperti kambing kalap.
"Setan mana yang telah dilihat kambing-kambingku?" tanya sang gembala dalam hati.
Dari tengah-tengah kerumunan kambing ia melihat sesosok bentuk yang tidak bisa ia percayai.
Gadis itu!
Gadis pujaan hatinya.
Ia sedang tertelungkup sambil memegang pecut dan lunglai.
Sejenak si gembala diam. Lalu amarahnya membludak.
"Wooooiiiiii!!! Balik lagi semua!" Serunya kepada kambing-kambing yang telah berhamburan.
Kambing-kambing itu berhenti. Entah kekuatan macam apa yang dipunyai sang gembala, hingga hewan sebodoh kambingpun tunduk dengan ucapannya.
Ia menghampiri si gadis itu pelan-pelan. Ia masih menelungkupkan wajahnya. Dadanya naik turun, sesenggukan. Saat jarak mereka demikian dekat, sang gembala bingung, kata apa yang ia ucapkan pertama kalinya di hadapan mahluk yang sudah membuatnya tak pernah nyaman lagi bersama kambing-kambingnya itu.
"Hai!!" spontan si gembala mengucapkan itu.
Ia ingat adegan-adegan di film-film jika ada seorang pemuda bertemu pertama kalinya dengan gadis yang menarik.
Hai! Selalu Hai! Hello! Atau lainnya. Tapi yang paling sering "hai" jadi ia mengucapkan kata itu untuk menyapanya.
"Jangan mendekat!" teriak gadis itu.
Sang gembala kaget, terlonjak, mundur beberapa langkah dan tertegun. Ia tidak menduga akan mendapat jawaban seperti itu.
Seperti patung, ia hanya berdiri kaku tanpa sanggup menggerakaan satupun anggota tubuhnya atau membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.
"Kamu yang punya kambing-kambing itu?!" tanya gadis itu sambil berteriak.
Sang gembala mengangguk pelan, belum percaya dengan yang ia dengar.
"Sini kamu!" perintah gadis itu.
Sang gembala melangkah pelan. Gadis itu melotot ke arahnya, tulang-tulangnya serasa copot satu persatu, lunglai. Ia tetap berusaha melangkah hingga jarak mereka tinggal setengah meter. Harum tubuh gadis itu tercium kuat, membuat sang gembala semakin porak poranda.
"Lebih dekat lagi!" teriak gadis itu ketika sang gembala berhenti.
"Ada yang mau aku bisikkan kepadamu. Dan kamu harus menjawab dengan jujur! Kalau tidak akan kupotong-potong lidahmu!"
Dengan perasaan takut, cemas dan penasaran sang gembala menggerakkan kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chapter 3 Sang Gembala Menemukan CaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang