ALENA-2

71 9 0
                                    

----
"kenapa?kok berdiri?"tanya carla bingung karna belum sampai 5 menit mereka duduk alena sudah ingin pergi lagi.
"bukan urusan lo"kata alena ketus,lalu alena pun meninggalkan carla yang terdiam membisu mendengar perkataan alena yang sedikit menyakiti hatinya.
"lo berubah banget al"lirih carla sambil tersenyum sedih.

Alena kembali ke kelasnya dan langsung duduk di bangkunya,ia membenamkan kepalanya ke atas tangannya,ia benar - benar tak menyukai tempat ini,kota ini,bahkan negara ini.
alena benar-benar ingin pergi dari sini dan kembali ke amerika dan hidup lagi bersama ibunya disana,tapi seakan terhantam oleh batu besar di kepalanya Ia sadar bahwa itu hanya mimpi yang hanya akan menambah sakit di hatinya.

bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu,siswa-siswi SMA harapan bangsa pun sudah terlihat melangkah meninggalkan sekolah,entah apa yang akan mereka lakukan setelah habis pulang sekolah,ka mall kah?,nongkrong kah?,atau langsung pulang ke rumah?.

alena terdiam saat memikirkan 1 kata itu 'rumah',alena tak punya rumah di jakarta,bisa dikatakan dia hanya sedang menumpang di rumah ayahnya,kenapa di katakan menumpang?,karna ia tak pernah menganggap rumah itu adalah rumahnya karena rumah itu ditempati oleh orang-orang yang di bencinya,terutama ayahnya karena ayahnya telah meninggalkan alena dan ibunya demi sekertarisnya yang tidak lain adalah ibu tirinya saat ini.

"alena kamu gak pulang?"tanya anissa bingung,karen sudah 5 menit yang lalu bel berbunyi tapi alena hanya duduk di bangkunya tanpa beranjak sedikit pun.
"bukan urusan lo"jawab alena ketus lalu pergi meninggalkan carla yang mematung mendengar ucapan alena.
"lo bukan lagi orang yang gw kenal al"lirih carla sambil menahan air yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

alena pergi dari kelas dengan wajah kesal, dia tak suka jika carla dekat-dekat dengannya,bukan karena dia benci terhadap Carla tetapi dia hanya tak suka jika dia berdekatan/mempunyai teman disini,karna jika dia punya,dia takut jika itu akan menjadi salah satu alasan yang membuatnya bertahan tinggal di negara ini.

alena berjalan di lorong lantai satu,melawati kelas-kelas ekskul yang ada disana,dia sudah sampai di depan pintu ruang latihan basket (indoor) lalu dia membuka pintu itu perlahan,tak ada orang didalam,akhirnya alena masuk ke dalam lalu memilih duduk di kursi penonton paling depan.
Dia mengambil headset dari dalam tasnya lalu memutar lagu dari ipodnya,ia mendengarkan lagu itu lalu dengan perlahan ia tertidur.

Alena pulang ke rumah ayahnya saat hari sudah malam,dia membuka pintu rumah itu,dia masuk pelan-pelan agar tak ada yang tau kalau ia pulang,tapi usahanya sia-sia,karna ayahnya sudah menunggu alena di ruang tamu bersama dengan ibu tirinya.

"Dari mana saja kamu?"tanya ayahnya dengan tatapan seramnya.
"Sekolah"jawab alena malas.
"Apa kau tidak liat sekarang jam berapa?!"tanya ayahnya dengan nada yang sudah naik 2 oktaf,ayahnya terlihat sangat marah,tapi di samping itu ayahnya juga terlihat sangat khawatir dengan alena.
"Sekarang sudah jam 10,dan aku ngantuk aku ingin tidur,bye"jawab alena dan langsung pergi ke kamarnya yang ada di lantai 2,ayahnya memanggilnya tapi alena tidak peduli dan tetap saja menaiki tangga,setelah sampai di depan kamarnya dia membuka pintu dan ingin masuk tapi setelah pintunya terbuka ada seorang wanita di dalam kamarnya
"Ngapain lo disini?"tanya alena ketus.
"Lo dari mana aja sih"tanya wanita itu dengan nada khawatir.
"Bukan urusan lo,mending sekarang lo keluar dari kamar gw dan jangan pernah masuk kesini tanpa seizin gw"kata alena dengan ketus.
"Lo kenapa sih jadi berubah kaya gini,lo jadi beda banget sama alena yang gw kenal,alena adik gw"tanya wanita itu yang tidak lain adalah sindy aquila jessy frandinata kakaknya alena.
"Gw emang bukan adik lo lagi"kata alena ketus lalu pergi masuk ke kamar mandi meninggalkan sindy sendirian.
"Hhhh...,mau segimanapun lo benci sama gw lo tetep adik gw,dan orang yang paling gw sayang seumur hidup gw"kata sindy lalu keluar dari kamar alena,sedangkan alena yang mendengar perkataan sindy dari balik pintu hanya bisa menangis dan bersender balik pintu itu."gw juga sayang sama ka"lirih alena,sindy memang adalah orang yang menempati posisi ke-2 dihati alena setelah ayahnya,tetapi itu dulu sebelum ayahnya menikah dengan ibu tirinya(renata)dan pergi meninggalkan ia dan ibunya (alika) sambil membawa kakaknya,lalu setelah itu alika memutuskan untuk pindah ke amerika meneruskan pekerjaanya sebagai dokter bedah di sana bersama alena, dan kejadian itu sudah berlangsung dari 2 tahun yang lalu dan karena kejadian itu alena menutup hatinya karena ia takut hatinya akan tersakiti lagi.

---

Waktu telah menunjukkan pukul 06.00,tidak seperti biasanya Alena sudah rapih sekali,dia keluar dari kamarnya dan turun ke bawah ia melihat ke meja makan ayahnya sudah duduk manis disana sambil membaca koran,Alena pun berjalan menuju meja makan,ayahnya yang tadi membaca koran pun langsung melihat Alena dan tersenyum.
"Pagi sayang"kata ayahnya lembut
"Hhm.."jawab alena sambil menganggukkan kepalanya.
"Pagi alena"kata renata yang muncul dari arah dapur dengan nasi goreng yang ada di tangan nya.
alena hanya menanggapinya dengan anggukan lalu duduk di kursinya.
"Pagi mah,yah" kata sindy yang baru datang,dia terdiam sebentar kerena melihat Alena yang sudah duduk manis di depannya.
"Alena?tumben banget"tanya sindy sambil mengambil kursi yang berada di sebelah alena.
alena tidak menggapinya ia hanya melahap nasi goreng yang tadi di ambilkan renata.
"Yah hari ini aku ijin pulang lama ya,soalnya chacha hari ini balik lagi ke jakarta"kata sindy sambil tersenyum manis pada ayahnya.
"Chacha siapa?"tanya ayah bingung."itu loh temen aku sama alena,yang dulu sering main ke rumah"jawab sindy antusias sambil sesekali melirik alena.
"Owh..gitu ya udh sekalian aja alena ikut"kata ayah lembut sambil tersenyum pada alena."boleh banget,apalagi chacha kangen banget sama alena karna selama 2 tahun ini ga ada kabar"jawab sindy lebih antusias."gimana al,lo mau ikut nggak?chacha kangen banget loh sama lo"tanya sindy sambil menatap alena dengan puppy eyes nya."nggak bisa.."jawab alena datar."ken...."ucapan sindy terpotong karna seruan seseorang dari arah tangga."pagii mah"kata seorang cowok yang sedang berjalan pelan menuju meja makan,"pagi van"jawab mamanya kepada devan-pria itu,saudara tiri dari alena dan sindy.
"Pagi van"kata sindy sambil tersenyum manis.
"Hhmm.."jawabnya tanpa melihat sindy.
sindy hanya menghela nafas saja karena sedari dulu devan memang seperti itu sangat dingin pada semua orang terkecuali sahabatnya,hanya sahabat - sahabat devan saja yang bisa membuat devan setidaknya untuk tersenyum.

Alena yang dari tadi melihat kecanggungan antara kakaknya dengan abang tirinya pun memilih untuk menyelesaikan makannya,bisa dikatakan itu semua karna kedatangan devan,karena alena tak suka berada didekat devan,karna Devan adalah orang yang pernah mengisi kekosongan hatinya,atau mungkin memang masih menempati tempat terdalam di hatinya.
"Alena mau kemana sayang?"tanya renata saat melihat alena bangkit dari duduknya.
"Mau sekolah"jawab alena datar.
"Bareng sama gw aja"ajak sindy sambil menahan tangan alena yang ingin pergi.
"Ga perlu,gw bisa sendiri"kata alena ketus lalu menghempaskan tangan sindy kasar.

---

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang