Teriknya matahari tidak mengurungkan niat Ahri untuk sedikit melepas penat dan memberi pelumas pada kerongkongannya yang sudah sangat terasa kering. Entah sudah berapa banyak toko yang ia jejaki untuk mencari lowongan kerja, pekerjaan apapun itu namun hasilnya tetap sama. Mereka semua tidak membuka lowongan pekerjaan sama sekali. Alhasil Ahri pulang dengan tangan hampa.
Dirasakan saku celananya bergetar. Ia segera merogoh sakunya dan mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang sederhana itu.
Sebuah pesan singkat dari Jiyong.
'Kamu dimana? Gak ngampus?'
Nafas Ahri tercekat begitu menerimanya. Ia memang bukan orang yang suci dan polos, buktinya ia suka sekali berbohong soal Daybi terhadap Dokter Lee. Namun tetap saja berbohong itu dosa dan Ahri akam sangat merasa bersalah pada akhirnya. Sebelum membalas pesan Jiyong tersebut, Ahri menghela nafas panjang.
'Aku sakit, maaf baru mengabari.'
Kirim.
Setelah itu, Ahri kembali memasukan ponselnya kedalam saku. Langkahnya semakin terasa berat ketika dirasakannya perutnya berbunyi karena kelaparan. Maklum, ia pergi pagi-pagi sekali agar Dokter Lee tidak menaruh rasa curiga sehingga perutnya masih dalam keadaan kosong. Ia hanya membawa perbekalan satu botol air mineral yang sudah habis. Ia mendudukan dirinya di sebuah halte bis dan menyandarkan punggungnya.
Matanya saat itu menangkap sebuah selebaran berisi lowongan pekerjaan. Dengan kriteria wanita berumur dari delapan belas tahun hingga dua puluh lima tahun, berpenampilan menarik dan bekerja dari jam delapan malam hingga sepuluh malam. Memang sih, sangat larut. Namun gaji yang tertera sangat cukup untuk membayar biaya kuliah semester ini. Ya, walaupun Ahri tidak yakin dengan kriteria standar penampilan menarik itu seperti apa. Tapi bagian itu bukan hal penting sekarang, tidak salahnya untuk mencoba bukan?
Ahri meraih ponselnya dan mengetiknya pada memo alamat tempat tersebut dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Kali ini ia tersenyum puas dan ia sangat yakin kalau ia akan diterima di lowongan ini.
Harapnya.
⚫⚫⚫⚫
Jiyong mendesah pelan sambil menatap ponselnya berulang kali. Berharap kalau layar hitam pada ponselnya akan menyala dan mendapat notifikasi berupa pesan singkat dari Ahri. Ya, pikirannya kacau saat ini. Benar-benar kacau.
Genggamannya pada cangkir greantea latte kesukaannya mengendur. Bahkan untuk mencicipinya saja, seleranya sudah hilang. Sekiranya sudah hampir satu jam setengah dan dia membiarkan greantea latte itu dipesan sia-sia.
Ketika ponselnya bergetar, ia segera meraih ponselnya cepat. Namun ia harus menelan rasa pahitnya kecewa karena itu bukan suatu pesan balasan dari Ahri, melainkan pesan singkat dari teman wanitanya--lebih tepatnya wanita yang mengejarnya, ingin berkenalan dan mengajaknya berkencan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, STAY [ BIGBANG FF]
FanficNO CHILDREN (NC) **info** BEBERAPA PART YANG MENGANDUNG UNSUR 17+ DIPROTECT, HANYA FOLLOWERS YANG BISA MEMBACA. cerita ini pernah di publish sebelumnya dengan judul yang sama. namun terjadi perubahan plot secara besar-besaran, tapi sama sekali tidak...