Nick POV
"Ayo, silakan masuk." Kata Kirana seraya membuka pintu rumahnya.
Aku kini sedang berdiri gugup di depan pintu rumah Kirana. Ia mengajakku bermalam di rumahnya. Karena tidak memungkinkan bagiku untuk kembali ke hotel tengah malam seperti ini.
"Cah ayu, sudah pulang? Kok malam sekali?"
Tiba tiba terdengar suara lembut seorang wanita tua yang aku perkirakan dialah ibunda Kirana.
Kirana langsung menghampirinya dan menyalami wanita tua itu. Aku masih berdiri canggung sambil memandangi adegan mesra ibu dan anak itu.
"Ibu, maaf Kirana baru pulang malam sekali. Kirana habis nonton Ramayana." Sang ibu hanya tersenyum dan mengusap bahu anaknya.
"Oh ya, ibu, kenalkan ini Tuan Nicholas. Dia turis yang Kirana pandu," Kirana langsung berbalik dan mengenalkan diriku pada, ibunya. "Sir, ini ibu saya." Tambahnya. Aku pun menghampiri ibunda Kirana dan mencium tangannya.
"Panggil Nick saja, bu."
"Ibu, Kirana mau minta ijin. Tuan Nick mau menginap semalam disini. Karena kalau pulang ke hotel Jogja sudah terlalu malam." Kata Kirana meminta ijin pada ibunya. Aku hanya tersenyum kecil.
"Oh ya sudah, boleh boleh. Mari, mas. Masuk kedalam. Ayo duduk dulu disini. Ibu bereskan kamar yang didepan dulu ya." Ajaknya sambil membimbingku untuk duduk di kursi ruang tamunya.
"Maaf, bu, kalau saya merepotkan ibu." Ucapku tak enak karena merepotkan beliau ditengah malam ini.
"Tidak apa apa, mas. Kirana kamu buatkan teh untuk Mas Nick ya."
Ibu Kirana meninggalkanku berdua dengan Kirana di ruang tamu.
Sedangkan Kirana terlihat menahan tawa sambil melihat ke arahku.
"Apa?" Tanyaku heran kepadanya.
"Tidak. Sudah ya, aku mau buat teh dulu untuk 'Mas Nick'. Kamu tunggu disini aja." Katanya dengan memberi sedikit penekanan pada kata 'Mas Nick', kemudian ia langsung berjalan meninggalkanku dengan senyum tertahan yang masih melekat di wajahnya.
'Mas Nick'???
'Mas'?
Apa itu 'Mas'?
Emas? Gold?
***
Hari yang melelahkan namun menyenangkan. Itu semua karena ada Kirana yang menemaniku. Meski baru 3 hari mengenalnya, aku merasa sangat nyaman disampingnya bagai teman lama.
Teman?
Benarkah aku hanya mengaggapnya sebagai teman?
Aku merasakan perasaan yang berbeda ketika ia ada di dekatku.
Perasaan yang membuatku untuk ingin selalu menggenggam tangan lembutnya itu.
Perasaan yang membuatku ingin merengkuhnya ketika ia gemetar kedinginan.
Perasaan yang... ahhh.
Tidak mungkin aku menyukai seorang wanita secepat ini.
Pasti ini hanya perasaan nyaman dan aku hanya menyukai ia sebagai sahabat.
Mungkinkah pria dan wanita bersahabat?
Aku terus memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan pertanyaan yang berkelebat dipikiranku. Hingga aku mengantuk dan akhirnya terlelap ditemani udara sejuk yang mengitari bumi Prambanan ini.
***
"Selamat pagi, Mas Nick." Sapa Ibunda Kirana saat aku berdiri di depan pintu dapur.
Saat ini jarum jam sudah melewati pukul 7 pagi dan aku baru terbangun dari tidur nyenyakku. Kelelahan dan udara yang sejuk membuatku lupa waktu hingga terlambat bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Prambanan
ChickLitKetika banyak orang berkata bahwa Candi Prambanan ini membuat hubungan sepasang kekasih tak langgeng. Justru karena Candi Prambanan ini aku menemukan gadis pujaanku. -aku, yang mencintai si gadis Prambanan- Ini bukan cerita tentang Legenda Candi Pra...