"Kau serius kita mendaki gunung ini?" Tanya Nova, sementara ia terbelalak menatap gunung tinggi di depannya.
"Mendaki dengan motor, bukan kaki."
"Heh? Siapa yang nyetir?"
"Kau, tentu saja. Siapa lagi?"
"Lalu kau?"
"Membonceng di belakang sambil makan."
Nova cemberut. "Oh baiklah. Terserah kau saja. Mana motornya?"
"Di sana ada penyewaan motor. Bilang kita sewa sampai jam 4." Sahut Euphy.
"Sejauh itu?"
"Cerewet, sana cepat!"
Nova semakin penasaran akan apa yang menantinya di puncak gunung itu. Tapi apapun yang ditanyanya pada Euphy, hanya dibalas dengan kunyahan fish & chips.
"Berhenti di sini." Ujar Euphy akhirnya setelah mereka mendaki cukup lama. Euphy segera turun dari motor dan berjalan menenteng plastik fish & chips-nya masuk ke hutan.
"Hei, lalu motornya kuapakan?"
"Parkir saja di belakang semak, takkan ada yang mencuri."
Nova segera memarkir dan berlari mengikuti Euphy. "Kau tidak menghabiskan bagianku, kan?"
"Nih, aku tidak serakah." Balas Euphy.
Mereka berjalan menembus hutan lebat dan semak-semak berduri. Tetapi dapat terlihat sisa-sisa aspal di jalan yang mereka lalui, pertanda bahwa dulunya ada jalan di situ. "Tidak bisakah kau katakan padaku sekarang apa yang ada di ujung perjalanan kita ini?" Tanya Nova.
"Villa."
"Mu?"
"Dulunya."
"Sekarang?"
"Tidak berpenghuni, walau ko Tyler sering ke sana dan membersihkannya." Balas Euphy.
"Mau apa kita ke sana?"
"Kupikir lebih baik daripada aku memeras uangmu dengan bioskop dan makan di hotel bintang 5?"
Nova terkejut. Jadi sebenarnya ia peduli dengan keadaan dompetku? "Terima kasih."
Tak lama, mereka dapat melihat sebuah rumah dengan gaya Eropa di sela pepohonan. "Itu dia."
"Wow, besar!" Nova tersenyum senang melihatnya.
Sementara Euphy membuka pintu, Nova melihat sekeliling. "Tapi Euphy, kenapa jalan yang kita tempuh berbeda sekali keadaannya dari yang di sini?"
"Kau tidak berpikir ko Tyler bisa merapikan jalan tadi sendirian kan?" Sahut Euphy.
"Kau tidak membantu?" Balas Nova.
"Berniat saja tidak." Tepat saat itu terdengar bunyi kunci terlepas dan pintu terbuka.
"Masuklah."
Nova takjub melihat interiornya. Tak ada ruang tamu, langsung ruang keluarga. Dan di samping sofa ada sebuah piano yang dengan rapi tertutup dan bersih.
Setelah menyalakan lampu, Euphy masuk ke dapur. "Kau mau minum apa?"
"Yang dingin ada?"
"Air dan soft drink."
"Soft drink deh." Sahut Nova.
Begitu Euphy datang membawa dua kaleng minuman, Nova kembali membuka mulut. "Euphy, aku minta kesempatan sekali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts' Resonance
Teen FictionBagai bumi dan langit, seperti Kutub Utara dan Selatan, laksana Merkurius dan Neptunus. Begitulah hubungan Euphonia dan Valent. Hanya karena Valent meminta Euphonia bermain piano dalam pentas kelas, gadis itu jadi membencinya dan bahkan untuk menyeb...