Awaiting

9 2 1
                                    

Hai, Tuan! Apa kabarmu? Aku harap kamu di sana baik-baik saja, Tuan. Emmmm, kamu ingat dulu ada janji yang pernah diutarakan untukku? Aku ingat, Tuan. "Tunggu aku di bangku ini." katamu. Dan setiap petang menjelang aku selalu menunggumu, Tuan. Di bangku ini, tempat pertama kita bertemu.

Tuan, kamu tahu? Ada yang kamu curi dariku. Dulu.... Dulu sekali. Kamu janjikan pertemuan itu. Kamu berikan harapan padaku. Tapi, kamu juga yang mematahkannya. Tunggu, kamu? Rasanya aku pun bersalah. Karena telah terlalu berharap padamu.

Kamu tahu, Tuan. Setiap hari aku selalu datang ke bangku ini. Duduk menantimu sembari menyaksikan senja yang muncul kemudian perlahan menghilang dan berganti rembulan. Sakit? Tentu tidak, Tuan. Karena sakitku terobati oleh siluetnya yang muncuk dan mengisi kekosongan di hati.

Sudah aku bilang berkali-kali, bahwa senja itu romantis, Tuan. Seromantis pertemuan pertama kita. Yang bisa jadi tak ada pertemuan selanjutnya. Atau bahkan memang itu pertemuan terakhir kita.

Entahlah, aku tak ingin menerka lagi. Biar saja Dia yang mengatur segalanya. Dan aku akan tetap menunggu di bangku ini. Ruang tunggu yang selalu kamu janjikan. Meski mungkin bukan kamu yang datang ke ruang tunggu ini untuk menjemputku.

Jakarta, 06 Februari 2016
Wayan Ayu Widiaratna
#30HariMenulisSuratCinta

AwaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang