1.Satu Kata

83 9 0
                                    

Aku Jasmine Vera. Dipanggil Jasmine, Jas, Jasi, Jae, Javer, Min, Jin, Vera, Ve, As, Ne, Ra, Rara, Ine, Onta, Arab, India, Turki, Cabe, Aladdin dsb. Tapi aku lebih senang kalau kalian panggil aku Jasmine oke?
Ulang tahunku tanggal 6 Mei. Aku enggak suka basa basi, jadi yang mau kasih kado silahkan saja.
Duduk di bangku SMU kelas 10. Anak tunggal. Orang tuaku super sibuk. Hobiku belajar. Yah bohong. Hobiku main hp sambil mendengarkan musik. Dan aku suka membaca. Baca novel dan komik maksudnya.
Aku cukup ' nakal '. Ehm, maksudnya bandel kalo berurusan dengan peraturan sekolah.
Pemalas itu sifat utamaku.
Aku pintar. Hanya saja ' sedikit ' tertinggal dari teman-temanku.
Nggak ada yang kubisa banggakan dari diriku. Hanya satu, yaitu wajahku. Kalau kata orang sih cantik.
Tapi terserah kalian mau mengatakan apa. Yang penting ada yang bisa dibanggain dariku ya kan?.
Badanku ideal. Mataku hitam besar dengan bulu mata lentik. Kulitku putih mulus terawat. Rambutku lurus tebal tidak terlalu panjang ataupun pendek.
Udah ah bahas fisikku, entar kalian suka lagi denganku.
Cukup. Sekian. Terima kasih.

Maaf aja nih kalau udah ada yang suka padaku. Kalian jadi patah hati. Itu karena aku udah menyukai orang lain hehehe.
Kuberi tahu panggilannya. Depannya A belakangnya juga A. Jadi panggilannya A.
Kalau nama aslinya. Depannya A belakannya Res kalau disambung jadi Ares. Dari namanya aja udah berasa kerennya ya ga?. Oke itu berlebihan.
A kakak kelasku. Kami tidak mengenal satu sama lain. Tapi aku mengetahuinya. Kalau dia sih... enggak tahu deh.
Kenapa ya aku bisa suka padanya? aku juga tidak tahu jawabannya. Mungkin karena dia keren?.
Sudah empat bulan duduk di kelas 10, dan menaiki bus yang sama dengan A. Dia tidak pernah menyapaku, menatapku, melirikku, apalagi mengajakku berbicara. Nihil sepertinya.
Cuek dan pendiam. Itulah pandangan pertamaku padanya.
Oke aku akan bercerita tentangku yang ' caper ' pada A dengan harapan dia memperhatikanku.
Aku pernah berpura-pura tersandung di bus agar dapat perhatiannya. Ekspetasiku tinggi, berharap A membantuku.
Tetapi aku salah... Realita memang menyakitkan. DIA CUEK, MALAH DIA NGGAK MENATAPKU DAN ITU MEMBUATKU MALU SETENGAH MATI karena dilihat orang satu bus dan BANYAK KAKAK KELASKU.
Terlebih lagi yang membuatku sebal adalah orang yang membantuku bangkit. Yaitu Finn Hugo, teman sekelasku yang berkacamata besar dan tebal. Dia termasuk anak nerd dan selalu pilek sepanjang masa.
Katanya sih dia mengidap penyakit apa gitu, aku lupa.
Tapi sebenarnya aku juga yang bodoh. Aku nggak melihat kondisi A saat itu.
A sedang tidur di kursi belakang tempat favoritnya pada saat itu.. . Udah ah nggak usah mengingat hal itu lagi.

Pokoknya, A nggak pernah sekalipun menyadariku yang fanatik padanya. Walau aku berteriak-teriak melihatnya saat dia main basket.
Apalagi saat dia mencetak skor. Uuuh, aku bisa gila melihatnya. Bahkan aku juga mengikuti eskur cheerleader! agar A melihatku ketika aku berlatih saat eskur di dekatnya. Eskur cheers dan basket ada di waktu dan tempat yang sama.

Kenapa ya dia tidak melihatku sekalipun? Mungkin dia punya pacar?. Itulah yang kupikirkan.
Kupikir, A bisa menyukaiku seperti teman-temannya yang lain.
Jujur saja, semenjak aku masuk SMU. 5 orang teman sekelas A sudah menyatakan perasaan mereka padaku.
Tapi aku menolak, itu karena aku menyukai A.
Bukannya sombong, tapi itulah kebenaran.

Ingin sekali rasanya agar A bisa melihatku dan menyadari keberadaanku.
Uuh.. aku bisa gila memikirkannya.

---------

Senin yang cerah ini aku mengawali hariku dengan bangun kesiangan.
Gawat, hari ini ada upacara! aku harus bagaimana. Duh siap-siap aja nih ngepel lantai satu. Aku segera mandi ayam dan memakai seragam lengkap. Setelah itu aku langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Di sana ada nenek yang sudah memberikan tatapan tajamnya.

" Makanya kalau dibangunin tuh ya bangun, jangan tidur lagi. Kamu tuh udah SMU! kebiasaan deh " omel nenekku, Martha.

Aku tidak menghiraukannya dan segera melahap rotiku dengan cepat lalu langsung memberi salam pada nenek. Setelah itu, aku segera berlari ke halte bus di depan komplek perumahanku dan menunggu kedatangan bus ke sekolahku.
Pagi-pagi nenek udah berisik aja huh, bikin bete deh.

HALO ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang