DILARANG MENGELUH

36 0 0
                                    


Tuhan adalah designer terhebat yang pernah ada, tidak ada satupun yang dibuat olehkNya yang tidak bermanfaat bagi kita. Alam yang indah, anggota tubuh yang bekerja dengan sangat hebat, otak yang brilian dan masih banyak lagi yang apabila dilukiskan dengan kata-kata maka tidak akan ada ujungnya. Dengan semua anugrah Tuhan itu masih pantaskah kita tidak bersyukur? Mengeluh? Atau bahkan berang pada Tuhan?. Kufikir itu semua tidak pantas untuk dilakukan. Di asrama aku punya teman yang sangat istimewa, otaknya sangat pintar terutama untuk pelajaran-pelajaran eksak. Aku mengenalnya sudah lama tapi kami berdua dekat semenjak kami tinggal di kamar yang sama. Dia sering mengajariku, disaat aku tidak punya guru yang bisa membuatku mengerti pelajaran itu. 

Dia mengajariku hingga dia membuatku teringat bagaimana cara ibuku mengajariku sewaktu aku kecil dulu. Setiap hari, disaat punya kesempatan atau waktu luang dia akan membahas soal-soal. Cita-citanya ingin menjadi seorang dokter atau seorang akuntan. Ambisinya banyak tapi Dia labil. Kebaikannya dalam berbagi ilmu layaknya seorang guru sungguhan yang tidak pelit ilmu. Bukan hanya aku yang dia ajari, kepintarannya terkenal keseluruh barak putri asrama. Setiap hari teman-teman yang punya masalah dengan pelajaran eksak mereka, mereka akan datang ke kamar kami dan menemui sang ahli, yap... namanya Lia. Dia sangat hebat, tapi Tuhan itu juga hakim yang adil. 

Dibalik kepintarannya dibidang eksak, dia sulit memahami pelajaran bahasa terutama bahasa inggris. Aku tidak pandai pelajaran eksak tapi aku pandai pelajaran selain pelajaran yang berbau hitung-hitungan. Terkadang kami barter ilmu, belajar bersama. Ibuku memahami kekuranganku dibidang eksak, ibuku memasukkanku ke suatu khursus bahasa inggris, dengan alibi agar aku punya keahlian yang bisa kuandalkan. Aku mulai khursus sejak aku kelas IV hingga aku kelas IX semester I dan semester II aku memutuskan berhenti dari khursus karena ingin fokus UN. Aku tidak pernah mengeluh, kufikir ini adalah jalan agar aku bisa menguasai dunia. Temanku Lia, yang notabenenya penggila pelajaran eksak, memutuskan ikut khursus bahasa inggris dengan teman-teman yang lain untuk meminimalisir ketidakfahamannya tentang bahasa. Hari pertama les saat dia kembali ke kamar, "aduh, Rin.. aku capek banget, pinggangku rasanya encok habis berjalan 200M" herangnya padaku saat aku sedang asyik dengan laptopku. "hahhahahhahaha... ini baru hari pertama kamu les, masak kamu udah nyerah, gimana kamu bisa bertahan dengan les ini?? Ayo semangat... kita sedang berjuang, teman!! " seruku sambil memberinya semangat.

"aku salut sama kamu, Rin.. kamu udah mulai les dari dulu sampai sekarang tapi aku gak pernah dengar kamu ngeluh capek atau lelah sekalipun, bahkan walaupun kamu harus bolak balik Pandan-Sibolga dua kali seminggu hanya untuk les, dan kamu harus pulang malam tapi kamu tetap semangat. Kamu gak capek, Rin??" tanya Lia. "hahhahah... kamu ini lucu, ya. Memangnya kamu fikir aku robot yang gak bisa ngerasain lelah, apa? Gini-gini aku manusia yang mudah lelah, aku memang gak pernah bilang ke kalian kalau aku lelah tapi bukan berarti aku gak ngerasain lelah dengan aktifitasku sebanyak itu, bahkan bukan cuma energiku yang hilang tapi juga sepertiga dari uang jajanku juga harus kusisihkan untuk ongkos naik angkot. Kufikir mengeluh itu gak ada gunanya, karna aku tetap saja harus melakukan aktifitas itu. Kayak les, aku udah bayar masak aku gak les kan sayang uangnya, meskipun orang tuaku punya cukup uang, tapi itu uang mereka, mereka ingin aku lebih sukses dari mereka, dan inilah fasilitas yang mereka berikan ke aku. Jadi, bagiku mengeluh itu hanya buang-buang suara gak berguna mending doa sama Tuhan untuk diberi kekuatan dan kesehatan. Udah ah.. ayo kita tidur besok kita masih harus berjuang disekolah" jawabku panjang lebar berniat untuk memberinya motivasi untuk tidak mengeluh. 

 Setelah sempat berhenti les untuk fokus UN, saat SMA aku masuk les lagi tapi bukan terkhusus pada satu pelajaran saja. Aku harus menempuh kurang lebih 10km untuk sampai ke tempat lesku dengan naik angkot. Pulang sekolah, makan siang lalu berangkat les dan kembali keasrama pukul 21:00. Lelah?... sangat lelah tapi mengeluh pun tidak ada gunanya, jika tetap harus dilakukan. Lia les dua kali seminggu, jarak lesnya bisa ditempuh dengan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Tapi setiap pulang les, dia selalu saja mengeluh. Pernah ketika dia meminjam jaketku dan dia berjanji akan mencucinya. "Rin, pinjam jaket aku mau keluar beli tart untuk mamaku" pinta Lia. "itu, ambil aja dilemari, jaket yang hijau. Tapi cuci ya" kataku. "pasti, tapi gak hari ini, ya mungkin besok. Ok?" tanya dia. "ok!!" jawabku. Sudah hampir seminggu setelah dia memakai jaketku tapi dia tidak kunjung mencucinya. 

Sama halnya, ketika dia meminjam kotak bekalku dan berjanji untuk mencucinya, tapi hingga kotak bekal itu mengeluarkan bau busuk pun masih belum dicuci, dengan alasan dia lelah dengan semua aktifitasnya. Emosiku memuncak setelah mendengar dia mengucapkan kata "capek" itu, " Lia, kemarin kamu pinjam penggaris aku, kan. Aku mau pake " pintaku. "aduh, itu ambil sendiri. Aku capek banget!" jawab Lia. Emosiku langsung memuncak mendengar kata "aku lelah/capek!". Aku membenci kata-kata itu. "selalu saja, alasanmu capek. Cuci jaket capek, cuci kotak bekal capek. Ngembalikan penggaris juga capek. Kenapa sih kamu selalu mengeluh, emang kamu fikir Cuma kamu yang capek?, lelah?. Aku juga!, kita semua! lelah bahkan bosan dengan semua aktifitas kita, tapi lelah dan bosan bukanlah alasan untuk gak mau ngelakuin apa-apa. Inilah namanya proses berjuang, kalo sekarang aja kamu udah sering ngeluh gimana nanti, dimasa depan masih banyak hal yang lebih sulit untuk kita hadapi" bentakku sambil aku berdiri dari tempat dudukku dan mengambil panggarisku dilemarinya. Mendengar perkataanku dia hanya diam membisu, tanpa kata. Kemudian dia memakai earphonenya dan akhirnya tertidur. 

 Kata itu sangat "haram" diucapkan dalam berjuang. Imposible Tuhan akan marah pada kita jika kita selalu mengeluh dan mengeluh. Diluar sana masih banyak orang yang lebih lelah dari kita, diguyur hujan, diserang dinginnya udara pagi dan malam, kotornya udara yang bercampur debu, dan kulit yang disengat matahari tapi mereka tidak pernah mengeluh kalaupun mereka mengeluh, Tuhan adalah tempat mengeluh terbaik mereka. Yang namanya berjuang itu memang lelah, dan capek tapi itulah proses untuk mencapai puncak kesuksesan dan itu memang manusiawi tapi daripada mengeluh yang sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa. Jika selalu mengeluh dan tidak siap untuk merasakan lelahnya berjuang dan kemudian memutuskan untuk menyerah, maka bersiaplah terjun bebas ke tahap dimana kamu tidak dianggap apa-apa sama orang-orang. Banyak cara untuk ngatasi capek, gak mesti mengeluh dengan bilang kesemua orang kalau kamu sedang capek. Jadi, DILARANG MENGELUH!!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DILARANG MENGELUHWhere stories live. Discover now