VOTE BEFORE YOU READ.
Bau obat-obatan mendera penciumannya seketika, kepalanya terasa berat ditambah tangan kanannya yang terasa kebas membuatnya meringis dengan pelan. Matanya bahkan belum bisa terbuka lantaran sakit yang menyerang kepalanya bertubi-tubi.
"Bagaimana keadaan istri saya?"
Sooji mengernyit saat mendengar suara itu, dengan mata yang masih terpejam dia menajamkan pendengarannya mencoba menangkap percakapan yang terjadi di sekitarnya.
"Beliau sudah melewati masa kritis, hanya perlu menunggu untuk siuman," ucap pria lainnya, Sooji masih menerka-nerka suara siapa itu. Mengapa dia tidak mengenalinya, dan lagi mengapa matanya sulit sekali untuk terbuka. Padahal kesadarannya sudah kembali.
"Baiklah terima kasih dok, saya akan memanggil anda jika ada perkembangan terbaru."
Setelah itu Sooji mendengar suara pintu tertutup, yakin bahwa saat ini dia telah sendiri. Namun pemikirannya salah, suara kursi berderit mendekati tempatnya berbaring saat ini terdengar begitu nyaring ditelinganya. Hingga ia merasakan sebuah genggaman yang hangat melingkupi tangan kirinya.
"Sayang bangunlah, jangan menyiksaku seperti ini." Bisikan itu terdengar begitu dekat, Sooji ingin membuka matanya untuk melihat siapa pria yang sedang menggenggam tangannya saat ini tetapi kelopaknya sangat sulit untuk dibuka.
"Maafkan aku, maaf. Aku benar-benar suami yang tidak berguna, maafkan aku sayang. Bangunlah dan aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, bangunlah sayang--aku merindukanmu."
Sooji merasakan kepalanya semakin sakit, tetapi ia tidak sanggup untuk bersuara mengeluarkan kesakitannya, hingga kesadarannya yang perlahan menurun. Telinganya masih samar mendengar racauan pria disampingnya sampai akhirnya kesadarannya lenyap dan ia kembali tidak sadarkan diri.
***
Pria itu berdecak saat memasuki salah satu kamar rawat di rumah sakit tempat ayahnya bekerja, kakinya melangkah membawa dirinya pada pria yang kini hanya duduk disamping ranjang dengan menatap dalam wajah wanita yang sedang terbaring lemah di atas ranjang tersebut.
"Myungsoo," Wonho menyentuh pundak Myungsoo membuat pria itu berjengkit dari tempatnya duduk lalu menoleh menatap Wonho dengan wajah yang kuyu.
"Berapa lama kau tidak mandi dan makan? Kau terlihat berantakan."Wonho menggelengkan kepalanya tidak percaya, setelah mendengar kabar bahwa Sooji masuk ke rumah sakit seminggu yang lalu, ia harus rela waktunya terkuras habis demi mengurus perusahaan Myungsoo, karena Myungsoo terlalu keras kepala untuk meninggalkan Sooji dan bekerja.
"Entah," gumam Myungsoo pelan kembali memandang Sooji.
"Dia belum sadar?" Wonho bergerak mendekati Sooji dan memperhatikan wajah pucat gadis itu, pria itu meletakkan bunga anggrek yang sengaja ia beli ke atas meja kecil tepat disamping ranjang.
"Belum."
Wonho menghela nafasnya panjang, dia sudah mendengar cerita lengkapnya dari Myungsoo bahwa gadis itu mencoba untuk bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya sendiri. Dia tidak habis pikir dengan sepasang suami istri itu, mereka berdua bahkan telah menikah selama lebih dari dua bulan tetapi tetap saja hubungan keduanya tidak baik.
"Semua ini salahku," lirih Myungsoo, tangannya mengusap lengan Sooji berharap sentuhannya bisa merangsang kesadaran istrinya, tetapi sepertinya itu tidak berhasil karena Sooji masih setia dengan matanya yang terpejam rapat.
"Tentu ini salahmu." Tukas Wonho cepat, dia menyentuh wajah Sooji dan mengusapnya dengan lembut. Myungsoo mengamati itu tetapi tidak melakukan apapun, ia sudah cukup lelah untuk merasa cemburu dan mematahkan tangan Wonho yang berani-beraninya menyentuh istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage | MS #1 [COMPLETED]
Fanfiction[COMPLETED] Pt. 1 - 9 : PUBLIC Pt. END : PRIVATE ===================================== Marriage Series #1 Forced Marriage Di umur yang masih sangat belia Sooji harus dihadapkan oleh kehidupan yang sangat asing untuk...