Secret

1.8K 95 22
                                    

Taeyeon POV

tiga musim berlalu begitu saja dan itu membuatku sedikit lebih membaik dari saat hari dimana kepulanganku ke korea. Dan sekarang disinilah aku, menumpahkan semua emosi yang aku tahan selama ini.. didepan sebuah piano klasik berwarna hitam.
Cita-citaku sudah kugapai dengan cukup mudah tapi tanpa kalian ketahui semua aku harus membayar mahal akan itu semua. Karena.. aku harus melerakan separuh jiwaku untuk itu jadi aku mungkin sedikit menyesal tapi rasa sesal itu tergantikan ketika aku bisa menciptakan banyak lagu tentang dirinya.. yang sampai saat ini terkenal.
Kehangatan melodi piano menyebar,yang aku bawakan saat ini. Aku menutup kedua mataku dan mulai bersandar pada lagu ini. Lalu mulai berbicara, seperti ini.. di dalam hatiku.. dengan begitu hanya aku yang tahu.. Aku ingat hari terakhir itu lagi. Kenangan yang tertera jelas didalam pikiranku sekarang.. mengapa aku sakit sekali, ya? Aku bertanya kepada diriku sendiri.
Kenangan yang meninggalkanku dan ingatan memudar kini membuatku lelah terhadap dunia yang aneh ini. Aku membuka mataku menatap lurus kedepan dan tanganku berhenti menekan tuts piano ketika suara pintu dibuka seseorang. Aku berbalik dan melihat seseorang wanita muda menghampiriku sambil membetulkan kaca matanya.
"ah, kim taeyeon-ssi." Dirinya membungkuk sopan dan aku hanya menganguk sebagai balasannya. Kemudian dia menyerahkan selembaran kertas kepadaku. Dahiku berkerut menatap dirinya.
"apa ini seohyun? Kontrak apa lagi?" tanyaku dengan lembut. Berusaha menutupi amarahku karena aku sendiri lelah bekerja menjadi seperti ini tanpa ada penyemangat hidupku lagi.
Gadis muda yang bernama seohyun itu tersenyum kearahku. "itu kontrak dari S.M entertainment , mereka menawarimu berduet dengan salah satu rookie mereka." Jelasnya. Aku hanya menghela nafas dan mengadahkan tanganku.
"pulpennya." Ucapku tanpa menatap wajahnya. Tapi apa yang kuminta tidak kudapatkan. Aku mendongak dan melihatnya yang menatapku bingung. "aku bilang pulpen bukan, seohyun-ssi? Apa kau tidak dengar nona?" lanjutku dengan penekanan tegas yang membuat gadis itu seperti tersadar dari lamunannya.
"ah, maafkan aku taeyeon-ssi. Ini-" dia segera menyerahkan pulpennya kepadaku. Tapi aku masih menatapnya. Bisaku lihat ada keraguan dan kekhawatiran yang terpancar dari matanya.
"kau kenapa? Apa hari ini kau lelah?" tanyaku yang membuatnya menggeleng.
"ani, hanya saja.. bolehkan aku berbicara sebagai dongsaeng-mu bukan sebagai asistenmu?" tanyanya. Aku terdiam sejenak lalu mengangguk. "maaf jika aku lancang, karena aku kembali membawamu pada masa lalumu." Setelah mendengar ucapan seohyun aku tertegun. Bagaimana bisa dia tahu masa laluku? Padahal kami baru kenal sebulan lalu saat aku menerimanya menjadi asisten pribadiku. Aku menatapnya dengan intens dan memperjelas pendengaranku untuk mendengar apa yang dia katakan selanjutnya. "mungkin kau tidak ingat padaku taeyeon unnie, tapi.. aku seo ju hyun. Siswi tahun kedua saat kau menjadi sisiwi tahun terakhir da-"
"jadi kau adik kelasku dulu? Lalu apa?" seragku yang membuatnya terkejut karena perkataanku yang ketus. Seketika aku menatap kearah lain. Merutuki diriku sendiri yang tidak bisa menahan emosiku.
"d-dan aku teman sekelas stephanie hwang." Lanjutnya yang membuatku terdiam. sepertinya aku tidak merasa asing mendengar nama itu.. marga itu.. "maksudku tiffany hwang." Mataku terbelalak dan ucapannya sukses membuatku menoleh kearahnya.
"mwo?" ucapku yang tidak percaya. Tiffany? Tiffany hwang? Fany-ah? Menjadi penyanyi? Itu sungguh mustahil mengingat dia ingin sekali menjadi model bukan penyanyi. Aku langsung membuat wajahku kembali normal kembali setelah tadi sedikit shock.
"kau bisa mengecek biodatanya jika kau masih tidak percaya. Dan pertimbangan pilihanmu sebelum menanda tangani kontrak tersebut. Baiklah, aku pamit untuk mengurus comeback-mu besok. Jagalah kesehatanmu taeyeon unnie." Setelah berkata seperti itu ,seohyun pergi meninggalkanku diruang kerjaku.
Aku masih terdiam sambil menatap berkas-berkas kontrak yang sekarang ada digenggamanku. Aku meminjat pelipisku untuk mengurangi rasa pening yang tiba-tiba saja menjalar dikepalaku.
Tiffany? Tiffany hwang?
Lalu aku segera membaca biodata yang seohyun maksud tadi. Dan benar saja, dia.. tiffany-ku.. my mushroom.. aku terdiam membeku menatap pinao yang kumainkan tadi lalu aku mengepalkan kedua tanganku dan memukul tuts piano yang membuat nada nyaring yang tidak beraturan.
"AAAgghhh...!!!" teriakku frustasi lalu aku menundukkan kepalaku. Menahan rasa kesal.. menahan tangisanku.. bukan hanya kesedihan yang kurasakan saat ini. Tapi ada sedikit kebahagian saat aku bisa bertemu dengannya. Tapi hatiku bimbang kembali, melihat kembali kebelakang. Ke masa lalu, dimana aku telah banyak menyakitinya..
Tapi.. aku membutuhkan dirinya..
BRAK..
Pintu ruanganku tiba-tiba terbuka dengan kasar. Aku tidak mau menoleh kearah pintu dan tetap dengan posisi seperti tadi, dimana kedua tanganku mengepal diatas tuts piano dan menundukkan kepala. Kertas kontrak yang tadi seohyun berikan pun basah karena tetesan air mataku.
Srrett..
Aku mendongak ketika mendapatkan sebuah pelukkan hangat dari seseorang. Kulihat seohyun memelukku dengan erat. "s-seohyun?"
"maaf unnie.." lirihnya dengan suara pelan. "aku tidak bermaksud unt-"
"sudahlah." Sergahku dengan cepat. Aku tidak mau gadis muda ini merasa terbebani karenaku. "aku akan menyetujuinya tapi setelah comeback dan aku akan menanda tangani kontrak itu. Jadi kau tinggal hubungi mereka dan atur jadwalnya." Ucapku dengan tegas. Aku sekarang sudah bertekad.
Ya.. bertekad untuk meminta maaf kepadanya.. dan mulai berharap untuk bisa kembali lagi kepadanya meski itu sungguh mustahil. Dengan begitu aku bisa bertahan.. bertahan untuk dirinya.. iya, sekarang itu akan menjadi tujuanku untuk hidup.
"t-tapi unnie, kau- apa kau yakin?" tanyanya memastikan dan aku mengangguk mantap. Seohyun melepas pelukkannya dan tersenyum lemah. "baiklah, jangan seperti itu lagi.. kau hanya akan menyakiti dirimu taeyeon unnie. Jika ada masalah kau ceritakan padaku saja biar hatimu merasa lega." Lanjutnya. Aku hanya tersenyum sebagai balasan dan tidak mengindahkan nasehatnya.
Pikiranku sekarang sedang kacau.. kacau karenamu, tiffany hwang.

Painful MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang