Chapter 4

932 39 3
                                    

"HAANIII...." Tangisku pecah.
"Me....e....mereka sungguh keterlaluan Hani!! Mereka bilang aku ini tai kak Novi. Aku tak mengusik kehidupan mereka!! Bahkan tak seujung kuku pun aku menyentuh kehidupan mereka!!"

"Mereka sudah kelewatan" kata teman-teman Hani. Ya, kata-kata yang biasa kudengar jika aku bercerita tentang perlakuan mereka kepadaku. Sungguh ini bukan sinetron atau apapun itu yang seperti kalian bayangkan atau yang sering kalian tonton di televisi. Ini memang hidupku! Ada bagian dari hidupku yang seperti ini.

"Aku tak mau kembali ke kelas Hani, aku tak mau. Bolehkah aku disini saja? Aku ingin berada disini saja." Sambil terisak-isak aku berbicara.

"HANI, TEMAN SEKELAS DEWI SEDANG MENUJU KESINI!" teriak salah seorang teman Hani.

Tak lama kemudian memang benar apa yang dikatakan oleh teman Hani tersebut. Terdengar suara orang dari luar kelas berkata
"Permisi, apa kalian melihat Dewi? Tadi dia terlihat berlari ke arah sini."

Sesaat kemudian aku langsung disuruh oleh Hani dan teman-temannya untuk bersembunyi di sudut belakang ruangan kelas.

"Tidak. Tidak ada Dewi disini. Memangnya ada apa?" Sela teman Hani yang lainnya. Muka mereka meyakinkan seolah-olah aku memang tak ada di kelas ini. Sungguh Tuhan terimakasih sudah memberikanku perlindungan. Aku terselamatkan.

"Oh tidak. Yakin Dewi tak ada disini?"

"Iya memang tak ada."

"Yasudah. Terimakasih."

Mereka pergi. Entah mereka mencariku kemana lagi aku tak tahu atau mereka akhirnya akan menyerah karena tak menemukanku dan akhirnya mereka akan kembali ke kelas. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan selanjutnya.

Untungnya saat aku melarikan diri ke kelas Hani jam pelajar saat itu sedang kosong. Kedua kalinya aku mengucap syukur bahwa Tuhan melindungiku. Mereka membiarkanku untuk menangis sepuasnya. Setelah aku reda mereka mulai duduk satu persatu dan berbicara kepadaku.

"Dewi, kau mau bagaimana? Sebentar lagi bel pulang. Dan tidak akan mungkin kau menunggu di kelas ini sampai malam hari dan sekolah sepi."

"Aku...mungkin jika bel sudah berbunyi nanti aku akan langsung menuju kelas. Anak kelasku memang tak betah berlama-lama di sekolah. Biasanya mereka akan langsung pulang kerumah masing-masing jika bel sudah berbunyi." Kataku sedikit menjelaskan tentang anak kelas.

********

Tak lama kemudian bel pulang berbunyi. Aku bergegas secepatnya untuk mengambil tas dan akan langsung pulang. Sambil berlari dengan tergesa aku memasuki ruang kelas.

Aku hanya terdiam. Astaga Tuhan. Mereka belum pulang. Matilah aku. Aku segera menuju ke tempat duduk ku dan membereskan buku yang masih berserakan di atas meja. Tiba-tiba mereka datang dan langsung bertanya padaku.

"KAU DARIMANA HAH?"
"SUDAH BERANI MELARIKAN DIRI SEKARANG YA?"
"MENGADU KESIAPA LAGI KAU SEKARANG?!"
"BAPAK PENJAGA SEKOLAH??!!!"
"HAHAHAHAHAHHAHA" mereka tertawa sekeras mungkin tanpa ada rasa berdosa dan bersalah.

Aku masih tetap diam dan diam.

Entah darimana asalnya dan siapa yang memberitahu tiba-tiba Kak Novi dan teman-temannya datang ke kelasku. Mereka terkejut melihat perlakuan para orang gila tersebut padaku.

"Ehh sebentar. Ada apa ini? Kenapa kalian?"
"Itu kak, dia itu sok banget jadi orang, jiji banget ngeliatnya"
"Caper banget jadi orang cih"
"Pengadu!"

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang