Naura berjalan keluar gedung dengan Putri disampingnya, dengan raut wajah yang bisa dibilang tidak bersemangat sama sekali.
"Put, lo pulang sekarang?" tanya Naura yang sedari tadi hanya sibuk pada ponselnya.
Putri mengangguk. "Iya, nih. Lo mau bareng gue ga?"
"Enggak, Put. Gue mau ke toko buku yg di perempatan sini." Naura berkata sambil menatap langit dengan awan yang mulai menggelap, tanda akan hujan.
"Udah mau ujan gini, Ra, lo masih nekat ke toko buku?"
Naura mengangguk mantap.
"Yaudah deh kalo gitu gue tinggal ya, lo kalo udah tanda tanda mau ujan neduh dulu di toko buku, jangan maksa pulang." Putri memperingatkan.
"Iya, bawel."
"Yaudah, gue pulang dulu ya. Byee!" Setelah berkata demikian, Putri meninggalkan Naura sendirian.
Naura segera lanjut berjalan ke arah toko buku yang kurang lebih hanya berjarak 50 meter dari tempatnya berdiri, persis di dekat lampu merah perempatan jalan.
***
Naura menoleh ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada angkutan umum yang lewat.
Padahal ini di perempatan, tapi tidak ada angkutan umum yang tujuannya ke daerah rumah Naura.
Naura mendengus kesal
Yang bener aja, masa gue harus jalan dari sini ke rumah?
Akhirnya dengan terpaksa Naura berjalan meninggalkan toko.
Naura terus berjalan, sampai tiba-tiba ia merasakan ada setitik air yang mendarat di wajahnya, disusul titik-titik air yang lama kelamaan semakin deras.
Anjir, ini mah ujan!
Naura berlari-lari kecil menuju halte terdekat. Kebetulan letak halte tersebut dekat dengan gedung yang dibuat untuk pameran Taruna Bangsa tadi.
Naura melihat ke kiri dan ke kanan, siapa tahu ada angkutan umum yang lewat dan ia bisa pulang ke rumahnya dengan segera.
Tapi nihil, sama sekali tidak ada yang lewat.
Ya emang sih nih jalan sepi. Masa gaada yang lewat sama sekali, sih? Omel Naura dalam hati.
Mata Naura tiba-tiba menangkap sosok Valdo yang baru keluar dari gedung dengan mengendarai motornya, bersiap untuk keluar.
Naura terus menatap Valdo, sampai motor Valdo berjalan ke arah halte yang ditempati oleh Naura.
Dia cuma lewat doang, kali.
Lalu Naura mengecek ponselnya sekalian menunggu Valdo melewati halte tersebut.
Lewat beberapa detik, Naura tidak melihat adanya motor Valdo yang lewat di halte. Tapi tiba-tiba ada suara motor yang berhenti.
Naura mendongakkan kepalanya ke atas memastikan siapa yang berhenti di depannya dan saat itu ternyata hujan sudah turun dengan lebatnya.
Anjir, ini—Valdo? Valdo berhenti di halte ini?! Seriusan?!
Naura akhirnya pura-pura memfokuskan pandangan pada ponselnya, sedangkan Valdo mulai berjalan ke arah tempat duduk halte yang saat ini ditempati Naura juga.
Lewat 5 menit, tidak ada yang berubah. Hujan masih lebat, Naura masih sibuk dengan ponselnya, dan Valdo masih duduk diam menunggu hujan.
"Lo temennya Putri yang tadi, kan?"
Suara itu membuat Naura kaget dan mendongakkan kepalanya ke arah Valdo, untuk meyakinkan bahwa Valdo yang mengajaknya bicara.
"Iya," jawab Naura singkat.
Duh, bego. Masa gue jawabnya pendek banget?
Sesudah itu keadaan kembali hening. Naura kembali memfokuskan dirinya pada ponsel, sedangkan Valdo sekarang sudah mengambil kamera dari dalam tas nya dan sibuk dengan kamera tersebut.
1 Message from:
PutriEh lo udah sampe rumah belom?
Satu pesan dari Putri menyadarkan Naura dari lamunan dan dengan segera membalas pesan Putri.
Belom, njir. Gue kejebak ujan di halte deket gedung pameran tadi, gabisa pulang woy. Jemput gue dong put, please.
Message send to:
Putri
1 Message from:
PutriAhelah, Ra ada-ada aja lo. Yaudah tunggu gue, kali aja gue bisa jemput lo, ga janji tapi ya.
Naura kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan di depannya yang mulai tampak jelas karena hujan sudah sedikit reda. Naura kembali melihat kesamping, ke arah Valdo yang ternyata masih asik dengan kamera yang dibawa nya.
Tiba-tiba Valdo berdiri, memasukkan kamera yang ia bawa ke dalam tas serapih mungkin, berjalan ke arah motornya, dan hendak menggunakan helm.
Yah, Valdo pulang, nih? Ga pamit? Ga nawarin tumpangan? Ck, emang lo siapa Ra. Kata Naura dalam hati.
Saat Naura kira Valdo sudah menaiki motor dan hendak pulang, Naura dikejutkan oleh suara Valdo yang tiba-tiba berbicara kepadanya.
"Lo ga pulang?" tanya Valdo yang sudah menggunakan helm, tapi belum naik ke motornya.
Naura menggelengkan kepalanya. "Belom, belom ada tumpangan." lo mau nganterin gue, Val?
Dan Valdo hanya mengangguk mengerti, lalu menaiki motornya, menyalankan mesin dan langsung melesat menyusuri jalan yang masih dibasahi oleh hujan yang belum terlalu reda.
Naura yang melihat itu mengernyitkan dahi heran.
Jadi, ini yang namanya kaya di kasih harapan padahal kita doang yang ke-geeran?
Naura akhirnya berdiri, mengambil tas nya, lalu berjalan ke ujung halte dan dengan sekali langkah, Naura berjalan meneorbos hujan, berjalan menyusuri trotoar ke arah rumahnya yang masih jauh, dan berharap ada angkutan umum yang lewat sehingga ia tidak perlu jauh-jauh berjalan. tak peduli jika Putri benar-benar akan menjemputnya atau tidak.
=====
Ini ternyata lebih panjang dari chapter kmaren yha, wow.
Next chapter kalo jadi mau ada chapt Valdo. Moga aja deh. Jangan lupa mulmed nya dibuka pas baca chap ini, kali aja ngena ehe.
[27/02/16]
-IGN-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nauracamera
Short StoryValdo menyukai fotografi. Bisa dibilang, fotografi adalah hidupnya, dunia nya. Kamera tidak pernah terlepas dari genggamannya, saat berada di sekolah sekalipun. Naura menyukai Valdo. Dapat dikatakan bahwa Valdo juga sebagian dari hidupnya, dunia nya...