4. Just a Dream

54 7 2
                                    

Sorry for any typo(s)

Enjoy!

*****

Gelap.

Semuanya gelap.

Tak ada cahaya setitik pun yang tertangkap oleh mataku.

Ku raba sekeliling.

Kosong.

Aku, sendirian.

Tunggu...

Apa aku sudah mati?

Atau hanya terperangkap di dunia mimpi?

Tidak, aku yakin aku sudah mati.

"Josephine, my sweetheart"

Astaga, siapa itu?

Siapa yang memanggil namaku?

Kenapa suaranya mirip sekali dengan suara ibuku?

Apa itu... "Mom?" Aku berteriak menyerukan panggilan untuk ibuku.

Tapi, tak ada balasan.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Sampai, dua puluh detik, aku menunggu. Tak ada balasan apa pun.

Aku pasti berhalusinasi karena rasa rinduku yang teramat sangat pada ibuku.

Tapi, aku kan sudah mati. Mana bisa orang mati berhalusinasi? Atau memang bisa? Ah entahlah.

"Josephine"

Aku kembali mendengar namaku dipanggil. Dan, suaranya terdengar lebih dekat dibandingkan sebelumnya.

Aku memutar kepalaku, mencari siapa pun yang kira-kira berada di sekitarku. Aku pun berlari dalam ruang kosong dan gelap ini tapi hasilnya, aku hanya seperti berputar-putar di satu titik yang sama.

Sampai tiba-tiba aku melihat setitik cahaya tak jauh di depan mataku.

Cahaya itu makin lebar, lebar, dan terus melebar hingga cahayanya menyilaukan seperti sinar matahari yang terbit hanya berjarak satu meter di depanku. Bedanya, hanya tidak terasa panas.

Saking silaunya, aku pun menutupi mataku dengan kedua tangan.

"Josephine"

Aku kembali mendengar namaku dipanggil dan seketika itu juga, aku menjauhkan tanganku yang sebelumnya aku gunakan untuk melindungi mataku.

Disana, aku melihat sesosok wanita bergaun putih dengan cahaya yang mengelilinginya.

Apa kah dia malaikat?

Aku pun melangkah mendekatinya, untuk membuktikan.

Dan saat kita hanya berjarak lima langkah lagi, aku berhenti.

Aku terkesima.

Malaikat itu adalah, ibuku.

"Mom?"

Ibuku melebarkan tangannya ke samping seakan mengundangku untuk berlari memeluknya.

Dan, segera aku menerima undangan tersebut.

Aku memeluknya erat.

Sangat erat.

Semua rindu yang ku tahan selama ini, ku curahkan detik ini juga.

Aku bahkan menangis dalam pelukannya.

"Don't cry, sweetheart"

Ibuku mengusap air mata yang membasahi pipiku dengan jari tangannya yang lentik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang