2

417 63 5
                                    

"Wah—lihatlah anak baru itu. Tampan sekali."

"Dia sangat jago olahraga!"

"Dia sudah punya pacar belum ya?"

Aku memutar bola matanya dengan malas. Aku membenci gadis-gadis yang berisik seperti itu. Bukan membenci sebenarnya-aku ini risih dan tidak mengerti harus bersikap bagaimana dengan para gadis.

Seorang anak berambut merah-yang menyapaku kemarin-mendekatiku dan menepuk pundakku. "Kau cukup populer juga, anak baru," ucapnya sambil terkekeh. Aku meringis. Terbesit perasaan bersalah karena sudah mengacuhkan anak itu kemarin.

"Maafkan sikapku kemarin—" ujarku yang hanya dibalas dengan tepukan keras di pundakku.

Si-rambut-merah hanya membalasku dengan tawa. "Tidak, tidak masalah. Kau memang terlihat memiliki masalah—" anak itu terdiam. Namun, aku justru tersenyum. "Ah ya, namaku Park Jimin. Ngomong-ngomong, aku sangat senang memiliki teman sekelas yang berasal dari Korea," ucapnya sambil tersenyum lebar.

"Jadi awalnya hanya kau satu-satunya yang berasal dari Korea di sekolah?" tanyaku.

Jimin menggeleng. "Ada beberapa lagi. Di antaranya Taehyung—tapi dia berada di kelas lain. Kemudian Namjoon dan Hoseok hyung yang berada di tahun kedua. Dan terakhir-Seok Jin dan Yoongi hyung. Mereka ada di tahun ketiga," jelas Jimin yang hanya dibalas anggukan dariku.

"Ah, ya. Ada satu—seorang gadis."

Entah mengapa, aku merasa mulai tertarik. Padahal sejak awal, ia memang tidak bisa berdekatan dengan para gadis. "Eh—siapa?" tanyaku.

Tanpa sengaja, aku menangkap siluet seorang gadis yang melambaikan tangannya. Posisinya tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Gadis itu melambaikan tangannya dengan ramah sebelum akhirnya hilang seakan-akan terbawa oleh angin.

"Jungkook? Kau mendengarku?" Suara Jimin membuatku tersadar. Lantas, mengangguk begitu saja.

"Iya, namanya Yein. Jung Yein. Ia meninggal beberapa bulan sebelum kau datang. Tepatnya ketika ujian tengah semester kemarin berakhir-kudengar ia memiliki suatu penyakit. Dan—" Jimin memperhatikan wajahku lamat-lamat. Sehingga membuatku mau tak mau mengernyit.

"Wajahnya mirip denganmu."

Musim semi begitu hangat. Membuatku yang kelelahan mau tak mau berbaring di halaman belakang sekolah.

Aku tidak suka tertidur di kelas-berisik. Aku lebih senang ketenangan dan cenderung menjauhi keramaian. Sendirian.

Belum 5 menit aku tertidur, sesuatu menyentuh hidungku. 'Halus,' batinku sambil membuka kedua mata, penasaran.

Gadis yang sama yang kutemui di kelas.

Gadis yang sama yang kutemui di kantin sekolah.

Gadis yang sama pula yang kutemui saat pelajaran olahraga tengah berlangsung tadi.

"Nuguseyo?" tanyaku.

"Jung—"

"Jung?"

"—Yein."

Jung Yein?

Seketika aku melompat dari tidurku dan memandang gadis yang tengah tersenyum-senyum itu dengan pandangan horror. Gila. Gadis ini arwahnya belum tenang, ya?

Gadis bernama Yein itu meraih tanganku yang langsung kutepis begitu saja. Justru gadis itu tersenyum tipis.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku tidak melakukan apapun!" pekikku dengan ketakutan.

Finding FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang