"Ibu, Benarkah aku akan bersekolah disini?" Tanya seorang anak laki-laki berumur 4 tahun kepada perempuan cantik yang ia panggil sebagai ibu ketika melewati sebuah taman kanak-kanak.
"Tentu Baekhyun sayang. Apa kau tak menyukainya?" Ucap wanita itu kepada sang anak sembari menampakkan sebuah senyuman menenangkan.
Anak itu -baekhyun- menatap mata ibunya dengan wajah yang menampakkan kesedihan.
"Apa aku tidak bisa bersekolah di tempat yang dulu saja bu? Aku tidak ingin memiliki teman. Aku tidak ingin bertemu mereka. Aku tidak ingin me-" Ucap nya berkaca-kaca. Ucapannya terhenti ketika sang ibu memeluknya dan mendudukkan baekhyun kecil pada sebuah bangku taman didekat sekolah kanak-kanak tersebut.Ibunya hanya memperhatikan anaknya sembari tersenyum.
"Baekhyun" panggilnya dengan penuh kelembutan.
Baekhyun yang merasa dipanggil namanya, hanya mendongakkan kepala sembari terisak."Apa ibu pernah mengajarkanmu menjadi anak yang selemah ini?"
Baekhyun menggeleng cepat.Sang umma tersenyum, lalu memeluk tubuh kecil sang anak dengan penuh kasih sayangnya. Sebenarnya, hatinya pun sakit jika melihat anaknya begitu terluka sehingga tidak ingin bertemu dengan siapapun kecuali dirinya.
Baekhyun pikir, ia tak membutuhkan siapapun kecuali kehadiran sang umma. Ia pernah berpikir bahwa ia tak akan menemui ataupun 'memiliki' siapapun kecuali ibunya. Jika mengingat itu semua, dadanya terasa kembali sesak. Namun , alasan ia menjadi wanita yang kuat adalah karena sang anak. Baginya Baekhyun adalah satu-satunya alasan yang membuat ia harus tetap bertahan hidup.
Baekhyun melepaskan pelukan sang umma ketika ia menyadari ada sebuah suara isakan yang muncul didekatnya. Ia menatap lekat wajah ibunya, lalu mengusap air mata yang mengalir dipipi wanita yang ia cintai dengan tangan kecil miliknya.
"Jika umma menangis, aku takkan pernah mau bersekolah disini. Aku takkan pernah mau berlatih piano lagi." Ucap baekhyun kecil sembari memajukan sedikit bibir bawahnya dan alis yang menyatu.
Wanita itu hanya terkekeh pelan. Ia tak pernah bisa membayangkan jika anak didepannya ini meninggalkannya. Ia sangat menyayangi putra tunggalnya itu. Bahkan jika menghilangkan nyawanya yang bisa membuat Baekhyun bahagia, maka ia akan lakukan. Sungguh.
"Baekhyun sayang, apa kau akan terus duduk disana dan tidak mau pulang?" Ucap Ibu Baekhyun tiba-tiba yang ternyata telah beranjak dari bangku yang ia duduki.
"Heum? Apa secepat ini kita berjalan-jalan? Bukankah umma telah berjanji akan membelikanku es krim strawberry?" Jawab Baekhyun cepat dengan wajah lucunya.
"Oh Astaga.ibu melupakannya sayang. Maafkan umma" Ucap wanita itu dengan wajah yang dibuat-buat terkejut.
Melihat respon Baekhyun yang terlihat kesal, wanita tersebut segera menggendong tubuh mungil itu kedalam pelukannya.
"Kkk..aku bercanda sayang" Ucapnya berusaha untuk menenangkan Baekhyun kecil.
"Aku tau" sahut Baekhyun sembari menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang ibu.
*****
Seperti biasa, Suasana dirumah 'Baekhyun' akan tampak ramai walau hanya dihuni oleh tiga makhluk yang terdiri dari Baekhyun, Ibunya dan sang pengasuh,Jung So Eun. Ya, Jung So Eun telah menjadi pengasuh dari anak bernama Byun Baekhyun selama 4 tahun. Atau lebih tepatnya setelah kelahiran Baekhyun.
Byun Ha Ra -ibu Baekhyun- menuruni tangganya dengan sangat anggun. Menenteng sebuah Sling bag yang terlihat mahal, sepatu hak yang formal, serta blazer putih yang semakin memperlihatkan betapa indahnya tubuh wanita berkepala tiga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] REMEMBER ME [HIATUS]
FanfictionMereka dipertemukan lagi dalam sebuah kejanggalan suatu perasaan yang mungkin akan menyakiti beberapa pihak. Baekhyun adalah seorang murid yang menyukai seniornya, Taeyeon. Chanyeol, siswa taraf SMA di Belanda yang kembali kenegri asal untuk mencar...