4.Rahasia publik

63 7 0
                                    

" Oh.. jadi rumah kakak di jalan Kemangi? wah jauh juga ya.. naik bus lagi " kataku.
" Ya " sahut A.

Aku bersyukur karena keusilan John membawa berkah padaku.
Aku bisa mengobrol dengan A!. Sebenarnya sedikit mengesalkan karena dia menjawab dengan singkat, padat dan jelas. Tapi nggak apa-apa, yang terpenting aku bisa mengobrol dengannya. Terlebih lagi, dia duduk di sebelahku!.
Yah.. memang karena bus sedang ramai. Dan tempat favoritnya di duduki oleh orang lain.
Jadi bukan kemauannya...

" Ngg... tadi maaf ya kak, gue udah salah sangka " kataku.

A mengangguk, " sama " katanya.

Aku terdiam memikirkan apa yang harus kukatakan lagi. Aku ingin sekali mengobrol dengan A sampai puas. Anggap saja ini seperti pelampiasanku padanya yang tidak pernah memperhatikanku sebelumnya. Yah sekarang juga sih.. tapi setidaknya dia tidak terlalu cuek lagi padaku.

Begitu aku mau memulai topik baru, A beranjak dari tempat duduknya dan mencari tempat duduk lain yang kebetulan kosong.
Sialannn!!. Dia masih sama saja!.Ternyata cuman percakapan semata. Tapi nggak apa-apa. Kami sudah berkenalan. Dia tahu namaku. Dan dia tadi sedikit perhatian denganku. Maksudku saat aku menangis. Camkan itu.
Aku yakin sebentar lagi dia bakal jatuh hati padaku. Aku yakin.

----------

" Udah pulang? " sapa nenek yang sedang memotong apel di meja makan.

Aku menyunggingkan senyuman termanis, " belom nek, belom " ucapku.
Lagian udah pulang pake nanya, gerutuku dalam hati.

Nenek menaruh pisau buah di dekat piring yang berisi buah apel yang dipotongnya.

Dia mendekatiku dan memberikan tatapan kesalnya.
" Aduuhh, Jasmine Vera! kamu tuh kalau berbicara sama orang lebih tua kesannya ngejek mulu ya?! " dengusnya.

Aku membuat tanda peace di tanganku. Dan aku sangat bersyukur nenek sudah meletakkan pisaunya di meja.
" Ampun nek, ampun!. Lagian pake nanya sih, kan aku udah lewat depan nenek, Peace! ".
Wajahku panik lalu aku berpikir.
Gawat! kalau nenek marah nanti dia ngadu ke mama terus uang jajan gue apa kabar??, batinku.

Nenek mendengus lagi, " Pas pis pas pis!, kamu nih gak sopan jadi cewek! awas kalo besok-besok masih kayak gitu, nenek bilangin papa biar pindah sekolah ke sekolah akademi yang paling disiplin " ancamnya.

Mata nenek melotot ke arahku. Punya nenek serem banget deh. Udah kayak nenek sihir di cerpen majalah bobo.

Aku mangut-mangut, " Iya iya maaf " sahutku.
Aku berlalu ke kamarku sambil mendumel.
" Udah tua jangan marah-marah dong, makin keliatan tuanya " gumamku pelan sambil menaiki tangga.

" JASMINE KAMU NGOMONG APA HAH??! " teriak nenek dari bawah.

Aku segera cepat-cepat menaiki tangga,
" enggak.. enggak ngomong apa-apa, suerr " kataku sambil menutup pintu kamar.

Aku segera memasuki kamar mandi dan mandi. Setelah itu aku berganti baju santai rumah dan keluar untuk menaruh baju kotorku di keranjang baju.
Dan di dekat ditu ada nenek. Wajah nenek masih sebal dengan kelakuanku tadi.
Dia sedang memilah baju kotornya. Biasanya dia akan memilih bajunya yang akan dia cuci sendiri.
Padahal di rumah ada asisten rumah tangga, Mbak Yah, namanya Yahani.
Tapi nenek bilang, kalo sama asisten rumah tangga kadang suka kurang bersih.
Kalau aku sih biarin saja. Ngapain capek-capek nyuci sendiri. Malas banget.

Aku menaruh baju seragamku di keranjang baju kotor tanpa menatap nenek. Yah namanya juga lagi perang dingin sama beliau.
Aku segera pergi ke ruang tv dan menonton tv.

" JASMINE! " teriak nenek memanggilku.

Aku mendengus dan menghampiri nenek.

Kulihat nenek dengan baju seragam kotorku di tangannya.

HALO ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang