Tokk... tok... tokk...
"Anka, gue takut." Ujar Clara saat menyadari satu hal.
"Iya, makanya tidur aja."
"Lo juga takut?"
Anka mengangguk. Sementara Clara mendengus sebal. Ternyata, pria di hadapannya adalah seorang penakut. Well, meskipun dirinya jugalah seorang penakut. But, Dude! Anka is a man. Tidak seharusnya dia penakut, menurut Clara.
"Emang sering begini ya?" Bisik Clara. Dan di balas anggukan oleh Anka.
Aneh bukan? Ketukan di jendela, sementara kau berada di lantai empat.
"Gue takut." Bisiknya lagi.
Anka juga bingung, Anka menyuruh Clara untuk tidur. Dan berpura-pura untuk tidak mendengar suara itu.
"Tapi, temenin gue." Ujar gadis itu. Anka mengangguk, "Maksud gue, lo juga tidur di kasur. Gue takut banget. Pleaseee." Anka terdiam cukup lama, lalu menuruti permintaan Teman Barunya itu.
Berbagai suara terdengar banyak malam itu. Dan itu pertama dan terakhir kalinya Clara akan menginjak Kantor Anka. Paginya, Clara menghubungi orang tuanya, Dea dan Joan untuk memberitahu kemana ia semalaman.
"Clara langsung ngantor aja ya, Bun?" Ujar gadis itu saat mengganti pakaian yang baru saja ia beli di toko depan kantor Anka.
"Ya, sudah. Tapi nanti pulang. Besok kita ke Villa. Mengerti?"
Setelah memutus telponnya. Clara berjalan ke Cafe dimana ia sudah janjian dengan Anka untuk sarapan bersama.
"Mau pesan apa?" Tanya Anka.
Clara menatap daftar menu dihadapannya, "Roti bakar selai Coklat dan susu coklat hangat." Kata gadis itu. Anka melambaikan tangan untuk memanggil waiters.
"2 roti bakar selai coklat. 1 kopi hitam dan 1 coklat hangat." Ujar Anka memesan
.
"Baiklah, totalnya 20 dolar... Harap di tunggu." Ujar sang waiters setelah mengambil uang yang diberi Anka.
"Ehm. Sejak kapan kau dan Peter berpacaran?" Tanya Anka.
Clara yang sejak tadi menatap layar ponselnya untuk menunggu pesan dari kekasihnya itu, mendongak menatap pria di hadapannya.
"Ntah lah, aku lupa." Ujarnya dengan suara pelan.
"Sudah berapa lama?"
Clara menarik nafasnya, "5 tahun." Jawab gadis itu.
Anka tersenyum tipis. "Menunggu dia menghubungimu?" Tanya Anka. Clara menatap Anka, kemudian mengangguk.
"Silahkan di makan," ucap seorang Waiters meletakkan pesanan mereka tadi, "-jarang- jarang cafe kami kedatangan Sepasang kekasih seperti kalian, yang serasi dan Plus plus." Ujar sang waiter yang membuat kedua insan itu mendongak memasang wajah bingung dan gelagapnya.
"Maaf, mbak. Kami bukan sepasang kekasih." Kata Clara dengan datar.
"Ah saya pikir. Maaf kalau begitu, permisi."
Clara menggeleng dengan tersenyum sepeninggalnya sang waiter.
"Apa kau sibuk hari ini?"
"Tidak, sepertinya."
"Mau temani aku ke suatu tempat?" Clara menaikkan kedua alisnya.
"Kemana?"
❄❄❄
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
RomanceBingung? Itu lah yang dirasakan seorang gadis cantik ini, Clara. Dua orang pria datang untuk melamarnya. Pria pertama bernama Peter. Tidak sulit untuknya menerima lamaran Peter, sebenarnya. Mengingat mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun. ...