Sana POV
Aku berjalan bersama Ten menuju halte bus. Keheningan lagi-lagi melanda kami.
"Kau kenal Mingyu?" Tanyaku.
"Ia teman sekelasku tapi kami sering bertengkar" Jawab Ten.
Aku hanya mengangguk paham.
"Kau kelihatan dekat dengan Mingyu" kata Ten.
Aku melihat ke arahnya. "Dibilang dekat tidak, dibilang jauh juga tidak. Biasa saja"
Memang betul kan?
Ten hanya membentuk mulutnya menjadi O lalu mengangguk. Aku baru tahu bahwa selama ini Ten dan Mingyu satu kelas.
"Hmm apakah kau menyukainya?" Tanya Ten.
Jantungku berdebar cepat. Aku harus menjawab apa?
"Jangan berbohong. Aku tahu kau menyukainya" balas Ten. "Kau terlihat senang bersamanya. Kau menyukainya kan?"
Rahasia yang kupendam selama ini telah terpecahkan oleh seorang Ten Leechaiyapornkul.
"Tolong simpan rahasia ku. Aku tak mau seorang pun yang tahu" kataku.
Ten mengangguk. Kami melanjutkan perjalanan kami.
Ten POV
"Sampai jumpa Ten!" Kata Sana sambil hendak turun dari bus.
Aku membalasnya dengan lambaian tangan dan bus pun berjalan lagi. Akupun duduk di bangku paling belakang sambil mendengarkan musik.
Sana menyukai Mingyu. Ntah kenapa hatiku sedikit sakit mendengar pengakuannya. Ya. Aku menyukai Sana.
Tapi bukannya Mingyu menyukai Tzuyu sahabatnya Sana? Ya tuhan kasihan sekali Sana. Tidak. Aku tak akan membiarkan seseorang melukai Sana. Walaupun Sana tak membalas perasaanku, paling tidak aku tak mau melihatnya terluka.
Tak terasa aku sampai di rumahku. Aku langsung menuju kamar dan menghempaskan tubuhku ke kasur.
"Oppa" seseorang membuka pintu kamarku. Ia adalah adikku namanya Natty.
"Waeyo?" Tanyaku sedikit dingin.
"Tolong ajaran aku matematika. Aku tak mengerti" katanya.
"Tanyakan saja pada eommamu" balasku malas.
"Eomma belum pulang bekerja, oppa" kata Natty.
"Cih ternyata dia tidak pernah peduli padamu. Apalagi aku" balasku. "Sudahlah aku lelah tinggalkan kamarku" kataku.
Natty keluar dari kamarku lalu menutup pintu kamarku. Perlu kalian ketahui, Natty adalah adik tiriku. Appaku menikah dengan eommanya. Dan tentu saja aku membenci eommanya. Tapi aku tak begitu membenci Natty.
Inilah aku. Kesepian tanpa seseorang yang menemaniku. Disekolah tentu saja aku tak punya teman. Teman-temanku dikelas menganggapku mengerikan. Mungkin hanya Sana yang mau berteman denganku.
Ia memang gadis baik. Ia juga cantik. Ya walaupun ia sedikit aneh dan ribut. Tapi aku suka itu.
-
Sana POV
Hari ini aku berjalan menuju stadion basket untuk melihat Mingyu dan teman-temannya bermain basket.
"Sana?"
Aku melihat Ten. Aku tersenyum dan berjalan menghampirinya.
"Kau ingin menonton pertandingan juga?" Tanya Ten.
Aku mengangguk antusias. Sedangkan Ten hanya tersenyum. Kami berjalan menuju stadion dan mengambil tempat duduk.
Aku melihat Mingyu melihat ke arah kami lalu ia melambaikan tangannya. Aku pun membalas lambaian tangannya itu.
Ya tuhan semoga saja tim Mingyu menang. Aku terus berteriak antusias untuk mendukung tim Mingyu.
Tim Mingyu pun unggul 3-2. Sangat tipis bukan? Sekarang adalah detik terakhir pemainan. Ku lihat Mingyu sedang mendribble bola dan menggiringnya ke ring. Ia menshoot dan tim Mingyu menang.
Aku bersorak senang sedangkan Ten hanya tersenyum. Aku melihat tim Cheerleader Tzuyu sedang bersorak senang.
Mingyu mendekati tim Cheerleader dan aku melihat ia menemui Tzuyu.
Tzuyu?!
Sahabatku?!
Tidak. Aku tak ingin melihatnya. Tapi aku sudah melihatnya dan aku tak salah liat. Mingyu memeluk Tzuyu.
Aku pucat. Lututku lemas. Wajah senangku berubah menjadi wajah kaget dan sedih.
Mingyu memeluk Tzuyu. Sahabatku sendiri.
Aku ingat Mingyu sering menanyakan Tzuyu ketika aku bersamanya. Ternyata,
Mingyu menyukai Tzuyu.
"Sa-sana?" Ten memanggilku.
"N-ne?" Balasku sambil mencoba tersenyum.
Aku benar-benar tak bisa tersenyum. Bayangkan saja jika ternyata gebetanmu menyukai sahabatmu. Hatiku sangat sakit.
"T-ten a-aku akan ke kelas" kataku pamit.
Ten mengangguk dan aku meninggalkan stadion. Aku berjalan menuju kelas dan air mataku hampir saja lolos namun aku menahannya.
Tapi aku berfikir. Kalau berpelukan bukan berarti berpacaran atau menyuka, bukan? Aku harus berfikir positif.
"SANA!"
Seseorang mengagetkanku dari belakang dan ternyata itu Tzuyu. Ya tuhan wajahnya itu mengingatkanku kembali pada masalahku.
"Sana kau kenapa? Apakah kau sakit?" Tanya Tzuyu sambil meletakkan tangannya di keningku namun aku menepisnya.
Ya Tzuyu. Aku sakit hati.
"Aniya" balasku sambil tersenyum.
"Kau terlihat pucat. Kau ke UKS saja"kata Tzuyu.
Aku menggeleng. "Aku baik-baik saja
"Syukurlah!" Ujar Tzuyu senang.
"Hmm Tzuyu. Aku membutuhkan waktu sendiri. Bisakah kau meninggalkanku?" Tanyaku.
Tzuyu mengangguk. "Kalau kau ada masalah ceritakan saja padaku ara?
Aku hanya mengangguk dan menatap kepergiannya.
Bagaimana aku bisa menceritakannya padamu?
Kalau kau adalah penyebabnya.
.
.
.
.Hola readers! Di fanfic ini aku bawa kisah cinta segi empat nih. Tapi kayaknya segilima deh wkwk. Sekali sekali gapapa ya walaupun ribet.
Hope you like it guys! Jangan lupa vomments!
KAMU SEDANG MEMBACA
love or friendship ; sana's fanfiction
FanfictionDalam keadaan ini kau harus memilih tetap berjuang atau mengorbankan perasaanmu.