Aku berjalan menuju halte dengan lesu. Kejadian tadi pagi benar-benar merusak hariku hari ini.
"Sana?!"
Seseorang memanggilku dan ternyata itu Mingyu. Ya tuhan.
"Hai Mingyu" sapaku balik sambil mencoba tersenyum.
"Akhir-akhir ini kita menjadi sedikit dekat ya" kata Mingyu.
Apa maksudnya.
Aku hanya mengangguk.
"Kalau begitu apakah kau mau mendengarkan ceritaku dan membantuku?" Tanya Mingyu.
"Kalau aku bisa aku akan membantumu" Jawabku.
Mingyu tersenyum. "A..aku menyukai sahabatmu. Tzuyu"
Duar.
Hatiku serasa terlindas oleh truk. Pengakuannya benar-benar membuat hatiku gepeng. Tidak ada gunanya berfikir positif tadi."O-ohya? Ke-kenapa k-kau tidak bi-bilang?" Tanyaku sambil terbata-bata menahan air mata.
"Aku malu mengatakannya padamu" kata Mingyu. "Sebentar lagi kan hari valentine, apakah kau bisa membantuku untuk lebih dekat dengannya?" Tanya Mingyu.
Aku rasa hatiku sudah meninggal dan siap untuk dikubur sekarang. Ya tuhan. Ia jelas-jelas meminta tolong padaku.
"Sa-sana?" Panggilnya.
"Ah ne?" Sahutku linglung.
"Bisa tidak membantuku"
Aku menatap kosong jalanan di depan halte. Aku tersenyum dan mengangguk.
"Ya aku mau membantumu" kataku.
Aku melakukan ini demi Tzuyu, sahabatku.
"Terima kasih Sana! Kau benar-benar teman yang baik!" Ujarnya senang.
Aku tersenyum dan tersadar bahwa dan aku dan ia hanyalah TEMAN. Sepertinya aku sudah tersadar dari mimpi indahku.
-
Hari-hariku berubah. Tak ada lagi tawaku dan candaanku karena itu. Hidupku serasa hampa. Rasanya ingin menangis tapi sangatlah sia-sia untuk menangis. Semua berubah.
"Sana akhir-akhir ini kau terlihat sedih. Kau kenapa?" Tanya Tzuyu.
Aku menggeleng.
Tzuyu menghela nafasnya lalu ia kembali membaca majalahnya.
"Tzuyu-ya" panggilku.
"Ne?" Sahut Tzuyu.
"Apa yang kau lakukan jika gebetanmu menyukai sahabatmu?" Tanyaku.
"Kau kenapa bertanya begitu?" Heran Tzuyu.
"Aniya sepupuku bercerita tentang itu dan aku ingin memberikannya masukan" kataku berbohong.
"Mungkin, aku akan melihat gebetan ku memilihku atau memilih sahabatku itu. Kalau tidak memilih salah satu dari kami, aku akan berjuang" jawab Tzuyu.
Mingyu memilihmu. Berarti kau tak akan mengalah untukku.
Aku tersenyum. "Jawaban yang bagus"
Tzuyu tersenyum. "Hmm Sana. Ada yang ingin kukatakan padamu"
"Apa itu?"
"Aku sedang dekat dengan Mingyu" balasnya malu-malu.
Ya Tzuyu. Aku sudah tahu.
"Ah jinjja? Lalu bagaimana perasaanmu padanya?" Tanyaku.
"Ntahlah aku rasa aku menyukainya. Tapi dia itu sangatlah tidak peka!" Kesalnya.
"Kenapa begitu?"
"Kemarin aku mengatakan kalau sebentar lagi valentine. Ya kau tahulah artinya apa. Lalu dia membalas dengan entengnya 'lalu?'" Cerita Tzuyu.
Aku tersenyum. "Pasti ia akan memberimu"
Tenang saja, Tzuyu. Kau akan mendapat apa yang kau inginkan.
-
Aku berjalan keluar kelas dan aku melihat Mingyu memanggilku dengan kode. Aku berjalan mendekatinya.
"Apakah Tzuyu menceritakan sesuatu?" Tanya Mingyu.
"Ia bilang kau tidak peka" Jawabku.
"Maka dari itu, aku membutuhkan bantuanmu. Apa yang Tzuyu suka?" Tanya Mingyu.
Aku berfikir sejenak. "Tzuyu menyukai hal romantis seperti di drama korea"
"Contohnya?"
"Ia menyukai bunga tapi unik. Juga... ia suka pokemon!" Ceritaku.
Hatiku benar-benar sakit. Ya tuhan kuatkanlah aku untuk mencegah air mataku.
"Aish. Aku tak pandai memilih hal begitu. Kalau begitu besok kau temani aku berbelanja ne?" Kata Mingyu.
"Berbelanja? Besok?" Tanyaku.
Mingyu mengangguk. "Aku akan menjemputmu dan aku akan membawa mobil esok"
Aku mengangguk. Mingyu menepuk bahuku pelan dan meninggalkanku. Aku menatap kepergiannya dan menghela nafas.
Walaupun ia mengajakku pergi esok demi Tzuyu, aku senang. Karena aku bisa lebih dekat dengan Mingyu walaupun aku tahu aku tak akan pernah bisa memilikinya.
"Sana!"
Seseorang memanggilku dan ternyata itu Ten. Ia berlari ke arahku dan ia memandangku iba.
"Sana apakah kau baik-baik saja?" Tanya Ten. "Kau sudah tau ya?"
Aku mengangguk. "Gwaenchana Ten"
"Aku sudah tau dari awal tapi aku minta maaf tak memberitahumu" kata Ten.
"Ten gwenchana!" Balasku sambil tersenyum.
"Kalau Mingyu membuatmu menangis kau harus memberi tahuku. Arasseo? Aku akan melayangkan tinjuku di wajahnya" kata Ten.
"Ten kau tak perlu begitu"
"Kalau kau mau bercerita, ceritakan saja padaku" kata Ten.
Aku mengangguk. Ten benar-benar memperbaiki perasaanku yang tadinya sangat buruk menjadi sedikit lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
love or friendship ; sana's fanfiction
FanfictionDalam keadaan ini kau harus memilih tetap berjuang atau mengorbankan perasaanmu.